#5 - Warning!

75 7 7
                                    

Warning!

Karna kejadian pemberian bunga, Kak Abi tiba-tiba saja diam sepanjang makan malam. Dia hanya mengobrol dengan keluargaku, yang biasanya dia akan perhatian disaat aku sedang sakit. Dia saja tidak menawariku obat saat sudah selesai makan, ada rasa nyeri didada melihat sikap nya yang berubah menjadi acuh.

"Aku sudah selesai, aku kekamar dulu yah semua." Aku pamit karena sudah tidak tahan lagi. bergegas pergi tanpa menoleh kearah sampingku.

Biarlah kalau dia mau begini aku akan ikuti permainannya.

"Obatnya jangan lupa dimimun Key, kalau belum sembuh besok kita ke dokter saja ya." ucap mama mengingatkan, saat sedang sakit memang aku paling malas jika disuruh menelan obat. Kalau tidak diingatkan mungkin tidak akan pernah kuminum. Kalau minum pun harus disaksikan oleh papa, mama atau kak Arez. Kebiasaanku yang suka menyembunyikan obat membuat semuanya tidak percaya bila tidak melihatnya langsung sudah masuk kedalam tenggorokkanku.

"Iya mah, aku keatas dulu ya." ujarku seraya membawa bunga cantik yang menjadi penyebab acuhnya laki-laki itu. Aku berjalan malas tidak tentu arah.

Aku membuang bunga saat menemukan tempat sampah. Tidak ingin menambah masalah bila dia tahu aku menyimpannya, walaupun ingin sekali aku berteriak didepan wajahnya.

Aku mengambil nafas dan membuangnya perlahan begitupun sebaliknya hingga dirasa sesak ini berkurang.

Aku melihat kesekelilingku. Taman kecil yang dibuat papa untuk mama waktu pertama kali pindah ke rumah ini. Tidak banyak macam bunga karena hanya ada beberapa tapi mampu membuatku terpesona. Bunga makanan hamster itu menjulang tinggi, membuatku betah melihatnya berlama-lama. Bunga itu tumbuh subur merekah indah.

Dinding taman sendiri ditumbuhhi tanaman menjalar yang tumbuh subur dan diselanya terdapat pot-pot kecil berisi macam-macam tanaman berduri, kaktus.

Sedangkan taman ini juga terdapat beberapa lampu-lampu dengan tiang yang hanya setinggi pinggang untuk menerani pencahayaan dimalam hari, indah bukan? Selain itu atap diatasku tidak terbuka seperti perkiraan kalian, tidak juga dipasang genteng atau semacamnya yang menutupi langit malam. Papa menggantinya dengan atap kaca dan dapat dibuka jika kita inginkan dengan otomatis.

Papa dan mama suka bersantai disini pada malam hari, sambil memandangi langit penuh ditaburi bintang. Maka dari itu papa mendesain tempat ini bukan untuk tanaman saja, tapi tempat untuk bersantai setelah lelah bekerja dengan pacar sejatinya.

Karena papa dan mama sama-sama menyukai astronomi, perpustakaan kami bahkan lebih banyak buku tentang langit dan seisinya, bukan bisnis dan semacamnya. Aneh memang jika melihat keluargaku bukanlah seorang ilmuan. Tapi itulah indahnya, kata papa itu tidak terlalu suka monoton. Ia ingin rumah menjadi tempat bersantai dihari libur, bukan sebaliknya.

Selain itu papa dan mama sangat menyukai tanaman, apalagi mama maka dari itu dirumah ini wajib ada tanamannya biar tidak gersang. Tidak jauh dari taman hanya dipisahkan oleh pagar kayu yang setingginya lagi-lagi hanya sepinggangku ada kolam renang yang tidak terlalu besar.

"Kamu ternyata disini." Aku mengalihkan pandangan menjadi kesamping dimana laki-laki yang sedang merajuk berdiri disana dengan tangan bersidekap.

Aku pun hanya diam tidak menanggapi. Kesal yang ku rasakan belum sepenuhnya hilang. Dia ikut duduk disampingku dan badannya menghadap kearahku.

"Kamu marah?"

Apa barusan yang dia katakan? minta ditimpuk pake cobek didapur ya?

Aku tidak menjawab. Masih dengan aksi diamku.

NOTHING ELSE! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang