#10 - The Day

25 1 0
                                    

Hah! Entahlah mimpi apa aku semalam. Hari ini benar-benar akan menjadi hari bersejarah untukku dengan Kak Abi. Benar katanya, aku tinggal duduk dan semuanya selesai. Entah apa yang dilakukannya hingga persiapan yang baru 70% berubah menjadi 100% dalam hitungan jam. Kebayaku saja sudah selesai dijahit dari perhitungan waktu yang harus kutunggu.

Dengan nurut aku mengikuti semua intruksi yang diberikan siapapun. Mulai dari bangun pagi sekali, hingga seorang perias makeover wajahku hari ini. Kebaya putih gading menjadi baju pertamaku untuk menghadiri akad nikah yang rencananya digelar dirumahku.

Entah bagaimana pula, dalam hitungan jam rumahku sudah disulap siap menjadi tempat nyaman untuk melaksanakan akad nikah. Harum menyerbak kedalam seisi rumah. Banyaknya bunga mawar yang entah dari mana datangnya telah tersusun rapi disekitar tangga, ruang tamu, dan halaman.

"Cantik,"

"Terima kasih,"

"Kamu sudah siap?"

Aku mengangkat bahu acuh. "Entahlah, jujur saja semua serba mendadak, tapi aku sudah siap."

Laki-laki yang menjadi sandaranku ketika ada masalah meletakkan tangannya dibahuku dari belakang. Dia tampak tampan sekali, cetakkan papa sewaktu muda.

"Apapun yang terjadi ingat kamu masih punya keluarga." Aku mengangguk patuh, karena aku tidak berniat membantah apapun nasihat yang masuk. Semua ku butuhkan untuk menjalani hari hidup rumah tanggaku bersama orang yang kucintai. Contohnya semalam, saking tidak rela nya mama menemaniku tidur setelah memberi nasihat-nasihat agar menjadi istri yang baik. Papa juga tidak kalah tidak rela melepaskanku hingga mengintrograsi Kak Abi sekali lagi.

"Udah mau jadi istri aja kamu Key,"

"Bukanya kakak juga ingin aku cepat-cepat pergi dari rumah ini?" ledekku menatap bayangannya dicermin. Dia berdecak jika tidak suka dengan yang aku ucapkan.

Kak Arez tidak menjawab melainkan memelukku dari belakang. "Kakak bakal kangen banget sama kamu,"

"Idih manja,"

"Kenapa nikahnya cepet banget sih dek, kakak kan belum puas main sama kamu," kali ini aku yang berdecak. Ahlay Kak Arez sepertinya sedang kumat.

"Sekarang baru ngomong gitu, kemaren-kemaren kemana aja bang? Kerja mulu yang diurussin. Liburnya gak pernah." Wajah Kak Arez meredup memandangku sedih.

"Iya Kakak juga baru kepikiran," ucap Kak Arez dengan tampang bodohnya. Aku terkekeh, aku binggung inikah sosok Angga Arestian Gunawan? Sosok dingin dikantor yang membuat karyawannya segan?

"Kakak cari pacar san.." ucapanku terpotong karena ada yang membuka pintu kamarku dari luar. Ternyata mama masuk sudah lengkap dengan kebaya yang melekat cantik ditubuhnya.

"Kamu cantik banget sayang.." Kak Arez merangkul mama dibelakangku. Aku tersenyum, rasa tidak rela meninggalkan mereka seketika muncul jika saja aku tidak mengingat niatku yang sesungguhnya.

"Makasih mama, kan kecantikkan aku juga dari mama." Mama tersipu. Diumurnya yang ingin menginjak umur lima puluh tahun, mama tergolong awet muda karena rambutnya belum ditumbuhi uban.

"Rasanya mama belum rela ngelepas kamu sayang, kamu cepet banget sih tumbuh dewasanya. Kayaknya baru kemarin mama ngajarrin kamu jalan." Air mataku tanpa bisa kutahan meluncur bebas. Begitupun dengan mama, Kak Arez dengan senang hati membawa mama kedalam pelukannya.

Aku pun berdiri dari dudukku. Langsung saja aku memeluk mama. Seorang wanita yang sudah menaruhkan nyawanya untuk membawaku ke dunia, dan melimpahkan kasih sayangnya yang tiada batas untuk membesarkanku.

NOTHING ELSE! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang