Kapten, Topeng dan si Pemimpi

1.4K 102 19
                                    


Jam dinding kelas sudah menunjukkan pukul 14.10 menit. Itu artinya kelas sudah berakhir. Karra merapikan tas kemudian menyemprotkan body spray hijau muda beraroma melon ke leher jenjangnya. Namun ada yang sedikit janggal, wajahnya terlihat gelisah dan ia seperti sedang memikirkan sesuatu.

Bermula dari surat kecil yang di berikan si kapten klub basket kemarin, Reynald. Ia jadi uring-uringan terus. Wajahnya selalu memerah kalau tidak sengaja berpapasan dengan Rey. Padahal isi suratnya hanya meminta ia untuk bertemu siang ini-sepulang sekolah.

Karra memang sudah lama naksir Rey, sejak ia menginjakkan kaki di sekolah ini. Dimatanya, Rey itu paket lengkap, dia bukan cuma ganteng, tapi juga berprestasi dibidang olahraga. Ditambah lagi, dia merupakan mantan ketua OSIS. Lengkap sudah.

"Lo kenapa sih? Dari tadi nggak jelas gitu.." Riya memperhatikan gerak-gerik Karra. Sebagai orang yang paling dekat dengan Karra di sekolah, ia paham betul ada yang aneh dengan temannya ini. Karra juga tumben-tumbenan tidak cerita soal Rey ke Riya.

"Gak papa... eh lo udah mau balik?" Karra mengalihkan pembicaraan.

"Iyalah, emang mau di sini sampe maghrib?" Riya sudah keluar dari kursinya. "Bareng gak?" tawarnya. Karra menggeleng pelan sambil merapikan seragamnya.

"Lo duluan deh, gue mau ketemu bu Mariska, sebentar..."

Riya hanya mengangguk, setelah itu melambaikan tangannya ke Karra. Walau dalam hatinya penasaran, dia tidak ingin memaksa Karra untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena Riya tau, sebenarnya Karra sangat introvert. Selama setahun di SMA saja temannya cuma Riya. Bukannya tidak ada yang ingin berteman dengannya, tapi karena Karranya sendiri yang tidak suka banyak bicara seperti remaja cewek pada umumnya. Satu angkatan menobatkan Karra sebagai salah satu cewek paling cool di kelas satu dulu dan sekarang, entah ada perubahan atau tidak di kelas dua ini.

Kelas mulai sepi, hanya ada beberapa anak yang sedang berdandan dan merapikan buku-buku mereka. Karra mengedarkan pandangannya keliling kelas. Matanya terhenti pada seorang murid yang sedang tertidur pulas. Karra menggeleng pelan, seingat Karra Aga sudah tidur dari jam terakhir kelasnya. Selain ulangan Aga memang tidak pernah fokus dengan pelajaran yang diberikan guru-Itu info dari Riya. Tapi anehnya nilai dia selalu unggul

Apa beneran dia bayar guru? disetiap ulangan? Gila...

Karra masih duduk dikursinya, ia menunggu Reynald menjemputnya di kelas, karena begitulah yang ditulis di pesannya.

sepuluh menit sudah berlalu, seluruh murid kecuali dirinya dan Aga yang sedang tertidur sudah pergi meninggalkan kelas.

"Aduh.. bener-bener!" tiba-tiba seorang cowok tinggi berkacamata masuk kembali ke dalam kelas. Dia Faiz Azafwa. Cowok yang selalu membawa handycam di tasnya dan Karra sering memerhatikan dia mengambil gambar Aga dan Leon. "Aga!!" setelah sampai di kursi tempat dimana Aga tertidur, Faiz langsung menepuk-nepuk pipinya. "Woy bangun!"

Perlahan-lahan Aga membuka matanya. "Apaan si, lo!" ujarnya tanpa dosa.

"Pulang! Mau ngeronda di sekolah?"

Mana ada ngeronda tidur, Batin Karra.

Faiz menarik tangan Aga dengan paksa. Aga yang terlihat malas-malasan berusaha bangun-disusul dengan ngulet dulu- dan rambutnya acak-acakan karena habis tertidur dimejanya. Karra menatapnya lekat, seketika takjub dengan apa yang barusan dilihatnya.

"Karra!" panggil seseorang tiba-tiba, yang merasa dipanggil langsung berdiri dari kursinya. "Sorry.. lama ya?" katanya sambil duduk dikursi Riya dan Karra kembali duduk dikursinya.

I Will be HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang