Orangtua

818 64 16
                                    


Leon membolak-balikan koran yang sedang ia baca. Matanya memicing tajam saat melihat artikel seseorang yang ada dikoran tersebut.

"Orang yang mirip lo masuk koran nih.." dia melirik Aga sebentar, lalu menaruh koran itu ditengah-tengah meja. Aga meliriknya, dia sudah tau, ayahnya sedang ada proyek pembangunan hotel dan mall di salah satu tempat paling strategis di Jakarta.

Agavhni Corporation, adalah perusahaan yang bergerak dibidang properti, pertambangan, perkebunan dan investasi. Pemiliknya adalah Revo Agavhni yang merupakan salah satu dari 50 pebisnis terkaya dan tersukses di Asia. Perusahaan milik kakeknya termasuk salah satu perusahaan properti terbesar di Asia tenggara, maka tidak heran apapun yang dilakukan ayah dan kakeknya akan masuk media.

Aga baru ingat sesuatu, kali ini gantian Aga yang memandang Leon tak berkedip dari atas sampai bawah. Kemudian dia memicingkan mata tajamnya sambil melirik gambar yang ada dikoran. Di sana, di samping ayahnya terdapat seseorang yang postur tubuh dan tingginya sama persis seperti ayahnya dan orang itu terlihat sedang berjabat tangan dengan kakeknya, Revo Agavhni.

"Lo tau siapa dia?" tanya Aga sambil menunjuk seseorang itu. Leon memandangnya lama. Dia merasa ada satu keanehan pada orang itu. Dan dia harap dia salah.

"Siapa ayah saya aja, saya gak tau.. om malah nyuru saya halang-halangin mama ketemu dia.."

"Sebentar lagi kalian pasti bertemu, oleh sebab itu bersenang-senanglah dengan dia nanti, saya tidak perduli, asal jangan bawa dia kehadapan Aira.."

Tanpa disangka Leon malah berdiri dari tempat duduknya dan langsung berjalan keluar kelas tanpa memerdulikan pertanyaan Aga. Tadinya Aga ingin menyusul, tapi urung. Dia tau disaat seperti itu Leon pasti sedang memikirkan sesuatu.

Leon bersandar dibalik tembok kelasnya, ia mengambil ponselnya dan memencet kontak seseorang untuk dihubungi. Ini pertama kalinya Leon menghubungi orang itu, tapi Leon merasa dia memang harus menghubunginya.

"Lo gak perlu repot-repot nelpon bokap gue.."

Baru saja Leon ingin memencet tombol call, seseorang datang dan berdiri tepat di depannya. Leon langsung menaruh kembali ponselnya disaku celana.

Rey menunjukkan ponselnya pada Leon. Dia sedang menelpon seseorang, yang tidak lain adalah ayahnya. Leon memandangnya kesal.

"Mau ngomong? Nih.. biar gue denger sekalian!" ujarnya sambil menyodorkan ponselnya pada Leon. Rey tersenyum sinis kearahnya. Rey tau soal berita itu. Agavhni Corporation merupakan musuh terbesar perusahaan ayahnya, yang sekarang 50% sahamnya dikuasai oleh Aira, ibu tirinya yang merupakan ibu kandung Leon. Kalau proyek ini berhasil, maka ayahnya akan tenggelam.

Leon tidak peduli, dia kembali ke kelas meninggalkan Rey. Dia menyesali kebodohannya yang ingin menghubungi Raygan. Sejujurnya, Leon tidak mengerti apa-apa soal para orangtua itu dan urusannya, tentang seberapa penting nasib perusahaan yang sedang di kelola ibunya, apalagi.

Tapi kalau boleh jujur, perusahaan yang ditangani ibunya tidak ada apa-apanya dibanding perusahaan raksasa milik kakeknya Aga. Semenjak Rajawali group dipimpin oleh Raygan, perusahaan tersebut hampir drop dan Aira lah yang membantunya kembali berdiri.

*****

"Astaga! Kenapa aku baru sadar..." Aira meremas koran yang sedang dibacanya. Yuskan, asistennya, baru saja menutup telpon dari Raygan yang menyuruhnya singkirkan koran hari ini. Ternyata dia telat, Aira sudah lebih dulu membacanya.

"Aira, ayolah. Jangan pikirkan itu dulu, saham kita hampir anjlok!"

"Yuskan! Dia ayah dari anak saya, yang selama ini saya cari kemana-mana untuk meminta pertanggung jawaban, mana mungkin saya tidak memikirkan itu?!" Aira melempar korannya kearah Yuskan. Sebenarnya Yuskan mengerti, ia hanya ingin mengalihkan hal ini dari Aira, supaya Aira fokus kembali ke perusahaannya dan menomorduakan masalahnya dulu.

I Will be HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang