Susu Coklat

812 68 19
                                    



Hujan turun dengan tenangnya, membasahi bumi untuk kesekian kalinya. Aga masih terbenam dipelukan Karra dan belum ingin untuk melepaskannya. Dia memejamkan mata, mencoba merasakan setiap inci kehangatan yang berasal dari tubuh Karra.

"Udah hujan!" Karra membuyarkan lamunan Aga, dengan cepat cowok itu melepaskan pelukannya dan kembali duduk tegak sambil membasuh wajahnya yang terguyur hujan.

"Lo balik aja, gue mau di sini.." ujarnya santai. Lagi-lagi Aga bersandar dikursi itu dengan mata yang terpejam, mendongak kearah langit malam

"Rumah gue deket, mau mampir?" tawar Karra seraya menoleh kearahnya. Aga kembali membenarkan duduknya dan menatap Karra. Pandangannya kembali sinis. Penuh guratan-guratan tajam.

"Pergi!" ucap Aga tegas. Karra mengangguk pelan, kemudian berdiri. Walau ada yang mengganjal, dia coba memakluminya, mungkin Aga sedang kalut.

Tanpa pikir-pikir lagi, Karra berbalik tanpa pamit. "Tunggu!" tiba-tiba Aga menarik tangannya. "Lo punya susu coklat?" tanyanya. Karra berpikir sejenak.

"Ada..."

*****

Karra membuang dua bungkus ice cream yang ia beli tadi. Acara makan enaknya gagal, karena icenya dengan cepat mencair. Dia mengaduk-ngaduk susu coklat hangat yang diminta Aga tadi. Dalam hati aneh juga kenapa tiba-tiba Aga memintanya membuatkan susu coklat.

"Nih.." Karra memberikan segelas susu coklat hangat kepada Aga, tanpa senyum dan ucapan terimakasih, Aga langsung menenggak habis susu itu.

"Enak.." pujinya.

"Lo suka susu coklat?" tanya Karra seraya menengguk air putih digelasnya, lalu ia menyalakan TV untuk memperamai suasana. Mamanya sudah dikamar setelah tadi berkenalan dengan Aga, sebentar.

"Suka.." Aga menatap kejendela luar. Hawa dingin menelusup masuk kedalam tulangnya. Ia kembali berputar-putar dimasa lalunya. Masa di mana ayah dan bundanya selalu mengutamakan apa yang ia inginkan, walau hanya sekedar susu coklat. Tapi sekarang, perlahan-lahan orangtuanya bahkan melupakan apa yang dia suka. Aga yang dulu sudah benar-benar hilang.

"Gue boleh tanya satu hal?" tanya Karra sambil menatapnya. Aga menyandarkan kepalanya disofa.

"Engga." jawabnya enteng. Karra mengangguk pelan. Sosok mengerikan yang selama ini ditakuti Karra disekolah, hari ini ada di sampingnya dan mengobrol dengannya, walaupun jawabannya sangat singkat. Bahkan tadi ia sempat memeluknya.

Tiba-tiba mukanya merah dan memanas, Karra langsung berpaling takut-takut Aga melihatnya.

Bermenit-menit mereka terdiam dalam kesunyian. Hanya ada suara hujan dan Tv yang volumenya kecil. Baik Karra maupun Aga, keduanya sama sekali tak ada yang ingin membuka pembicaraan. Mereka saling diam ditengah semaraknya bunyi hujan. Karra yang perlahan tau apa masalah Aga, sudah tidak berani mengatakan hal lain lagi. Guratan mata teduh nan berapi itu, sudah cukup membuat panas mata Karra untuk menatapnya lama-lama.

Sementara Aga, ia masih menikmati kesunyian ini. Di rumah pun dia hidup dalam kesunyian. Mengurung diri dikamar dan menatapi turunnya hujan yang membasahi jendela kamarnya. Entah sejak kapan dia menyukai kesendirian dan kesunyiannya. Berteman dalam sepi dan menghilang ditengah keramaian orang. Dia menjadi begitu pendiam dan tak memperdulikan apapun dan siapapun.

Dia mulai menutup diri dan terbiasa dengan semua itu.

*****

Leon menutup novel yang baru dibacanya. Hujan membuatnya tidak bisa konsentrasi pada novel itu. Dia bangun dan berjalan ke jendela kamarnya dan menyentuh butiran-butiran embun yang menempel indah dikaca.

I Will be HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang