Complicated

749 72 12
                                    


Hujan semakin mereda. Suasana menjadi lebih hangat. Begitu juga perasaan Leon yang sedemikian hangatnya karena pelukan Karra. Dia masih nyaman dengan keadaanya ini. Sedangkan Karra, dia hanya bisa diam sambil mengutuk dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia pelukan dirumah begini, sama Leon pula.

"Karra!" panggil seseorang tiba-tiba. Leon tersadar oleh seruan itu, kemudian dia melepas pelukannya. Karra mematung setelah matanya mendapati seorang Reynald sedang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Kak Rey.." ujar Karra kaget. Dia berdiri. Sementara Leon masih terduduk santai di sofanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyum sinis lalu dia mengangkat satu kakinya dan bertumpu pada kaki lainnya, sambil bersiul-siul. Leon merasa menang. Rey menatap Karra dan Leon bergantian. "Kamu mau apa kesini?" tanya Karra sinis. Dia masih berdiri di samping sofa. Kakinya enggan melangkah mendekati Rey.

"Pasti seru, haha." Leon tertawa sambil pura-pura melihat screen ponsel–nya. Karra dan Rey menoleh heran bersamaan kearah cowok itu. "Kenapa? Oh ini. Gue baru dapet notif kalo telenovela akan segera dimulai!" Leon dengan tampang meledeknya berhasil membuat Rey geram, tapi Rey tidak perduli. Dia kesini hanya untuk Karra. Apapun hubungan Karra dengan Leon.

"Aku mau ngomong!" Rey menatap Karra lekat. Posisi mereka masih berjauhan. Karra membuang muka sejenak. Menarik nafas berat, lalu dihampirinya Rey yang masih berdiri di depan. Leon tersenyum puas. Seakan sedang menonton film gratisan.

"Aku gak punya waktu buat dengerin ocehan kakak!" Seru Karra dengan nada tinggi. Rey mengusap keningnya yang berkeringat. Leon tambah jingkrak-jingkrak.

"Dengerin dulu Karr, aku-"

"Dibilang aku gak mau denger!" Karra memotong kata-kata Rey. Cowok itu menunduk sebentar kemudian kembali manatap Karra.

"Oke-oke, aku salah! Tapi please.. semua orang punya kesempatan ke dua.." kata Rey memelas. Ekspresinya membuat Leon ingin tertawa. Rey memegang kedua tangan Karra. Namun lagsung ditepis.

"Lepas! Udah deh kak, ngapain juga sama aku? Kakak masih punya banyak temen dan cewek-cewek liar diluar sa-"

"KARRA! Dengerin aku dulu, aku gak seperti yang kamu kira!" bela Rey. Karra tertawa mengejek. Dia melipat ke dua tangannya didada. Leon masih asik menonton, dia mengusap-usap dagunya dengan tangan, sambil sesekali memeletkan lidah bila Rey membela diri.

"Terus apa? Emang demen kan main sama cewek LI-"

"Cukup ya Karr, aku kesini baik-baik, bukan buat-"

"APA? Udah mendingan sana pergi, aku udah bilang putus kan?" seru Karra dengan nada tinggi.

"Kamu tuh emang ternyata..." Rey menghentikan kata-katanya ketika melihat Leon tertawa terguling-guling. Dia memukul-mukul bantal sofa, saking gelinya.

"Hahaha... drama abis lo berdua, usir gue dulu kek!" Ujar Leon sambil memegangi perut. Kemudian dia bangun dari duduknya dan berjalan kearah pasangan yang sedang adu argumen. Karra menatapnya heran sekaligus kaget dengan tinggah laku Leon. Sementara Rey tak berekspresi karena sudah terbiasa dengan sikap Leon itu.

"Lo kenapa?" tanya Karra sambil memandanginya. Sesaat mata Leon menatap tajam kearah Karra. Lalu dia membuangnya ke Rey. Leon tersenyum sinis.

"Ada yang gak beres sama otak lo, yah? Sekarang tipe lo yang galak? Bukan yang seru dan liar lagi?" Leon memainkan nada bicaranya. Dia meledek Rey habis-habisan. Rey emosi berat. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Matanya memandang sinis kearah Leon.

"Lo mendingan keluar.." ujar Rey dengan nada datar. Dia masih harus menahan emosinya. Kalau tidak, dia akan bertambah buruk dimata Karra. Setidaknya dia harus tetap menjaga wibawanya di depan Karra supaya Karra tidak bicara yang tidak-tidak soal Rey di sekolah.

I Will be HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang