Broken

1.2K 67 20
                                    


Aira menatap Leon dan Andhika bergantian. Matanya memicing, lalu terbelalak ketika sadar siapa yang ada di samping anaknya itu. Aira menatap dengan seksama wajah itu, kalau benar, itu adalah wajah yang dilihatnya dikoran tadi pagi.

"Mama ngapain ke sini?" tanya Leon heran. Tapi tidak ada jawaban dari mamanya sampai Leon tersadar apa yang membuat mamanya diam terpaku.

Ya, pria di sampingnya. Yang juga sedang terdiam kaku menatap mamanya itu.

Ketika sadar tangannya masih dipegangi, Leon langsung menepisnya sampai pergelangan tangannya terbebas dari cengkraman Andhika.

Lalu ke dua orang yang sama-sama terlihat shock itu tersadar. Aira menelan ludah kelu, dia tidak menyangka pertemuannya akan menjadi seperti ini. Begitu juga Andhika. Pria itu belum siap bertemu dengan Aira, bahkan dia belum menyiapkan kata-kata untuk disampaikan pada Aira.

Leon menangkap ada sesuatu yang aneh diantara ke duanya, namun belum sempat Leon menerka-nerka, Aira sudah menarik tangannya untuk mendekat, tapi sesaat kemudian Aira meneliti ke dua kaki Leon yang berjalan pincang ketika ia tarik paksa.

"Dia.. terluka.. saya baru saja mau bawa dia ke dokter," seolah-olah tau apa yang dipikirkan Aira, Andhika langsung menjelaskannya.

Sejujurnya Aira canggung, lututnya masih agak gemetaran, dia tidak tau harus mengambil sikap bagaimana pada Andhika karena ada Leon di sini.

"Kamu masuk mobil," perintah Aira pada Leon yang langsung ditolak mentah-mentah.

"Apaan si mah, orang udah sampe.."

"Leon, denger mama! Masuk mobil!"

"Engga mau, Leon mau pulang!"

Baru saja selangkah Leon hendak meninggalkan Aira, telinganya sudah menjadi target keganasan ibunya itu. "Aw!" teriak Leon kesal.

"Masuk mobil! Yuskan.." Aira menatap Leon geram, ia mengisyaratkan pada Yuskan untuk membawa Leon ke dalam mobil, tapi Leon masih saja berontak. Akibatnya Yuskan hampir terjatuh. "Astaga Leon!" Aira benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Leon yang ke kanak-kanakan. Akhirnya sambil mencubit pinggang anaknya itu dia menyeret Leon untuk masuk ke dalam mobilnya.

Leon pasrah.

Aira menutup pintu mobil dengan geram. Sementara Andhika yang melihat adegan barusan malah tersenyum kecil, Aira pasti sangat kualahan mengurus Leon, pikirnya. Terbukti diusianya yang sudah menginjak 17 tahun Leon masih susah diatur oleh ibunya, dan yang masih jadi pertanyaan Andhika adalah kenapa Leon tinggal terpisah dengan Aira, lalu dengan siapa dia tinggal? Walaupun Andhika memantau semua yang dilakukan Aira, bahkan semenjak dia mengandung Leon, tapi tetap saja Andhika adalah orang yang sangat sibuk, dia tidak cukup waktu untuk membaca semua laporan yang diberikan asistennya tentang Aira dan Leon.

Dan sekarang, ia berhadapan lagi dengan Aira setelah 18 tahun. Dia tidak pernah berhadapan dengan wanita itu secara langsung seperti ini. Pertama kalinya adalah saat mereka sama-sama berada disebuah pesta sahabatnya yang dirayakan di sebuah hotel mewah. Saat itu dia melihat Aira mengenakan gaun berwarna merah dengan bahu terbuka yang menampilkan lekuk tubuh indahnya, lehernya dihiasi dengan kalung perak dengab diamond hitam yang tergantung ditengahnya. 

Dan yang paling membuat Andhika tertarik adalah rambut sebahu Aira yang menampilkan leher jenjangnya. Aira sangat cantik malam itu.

Dia jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Namun dia tidak lebih dari sekedar pecundang, yang pengecut.

"Ada banyak yang ingin saya bicarakan dengan anda, tapi..." Aira menghentikan kalimatnya, napasnya menggebu dan perasaannya sangat tidak tenang.

I Will be HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang