"Ve."
"Hmm?"
"Laper gils, cari makan yuk."
"Udah malem, Nal. Nanti kamu ngejerit lagi waktu ngecek timbangan."
"Dih, gak bakal kok. Kan sekarang makan sama olahraganya ber- beraksi- berkesi- berkecimpung, njir apa tuh namanya?"
"Berkesinambungan."
"Nah itu. Yuk, kalo mager keluar kita deliv aja, ya ya ya?"
"Bukannya tadi sore udah makan?"
"Kan itu makan sore."
"Jadi sekarang makan malem?"
"Yoi."
"Berarti ntar ada makan tengah malem? Makan dini hari? Makan menjelang subuh?"
"Ya ampun, ku gak serakus itu ya mbak Ve."
"Abisan gak kenyang-kenyang!"
"Ish ish jangan colak-colek perut!"
"Sanaan dong, ini sofa gede tau kenapa kamu mepet-mepet sih."
"Kan dingin."
"Pengen makan, minta dipeluk. Banyak maunya banget sih."
"Yang banyak maunya mah si Lidya noh. Yang katanya meng-oshi-kan kamu."
"Duuh sinis banget sama Lidya, masih gara-gara kemarin dia ngasih cokelat ke aku?"
"Apa coba maksudnya, ulang taun kamu aja bukan, valentine kagak, pake ngasih cokelat segala."
"Suka-suka dia dong, kan apapun dilakukan demi oshi ahaha."
"Gue laporin ke bu GM tau rasa."
"Heh, kedengeran ya. Jangan ngadu domba gitu kasian."
"Giliran sama bencong tubir aja kasian, sama aku yang kelaperan gak kasian?"
"Bukan laper kamu tuh, tapi doyan. Kalo gak ngunyah berasa ada yang kurang."
"Tapi kan lapeeeeer "
"Tunggu bentar disini."
"Mau kemana? Dih dih? VEEEE."
"Sebentar!"
"Ck, galak."
......
"Nih."
"Apaan? Loh ini kan cokelat yang dari Lidya?"
"Iya, belum aku makan. Lagian kalo jajan keluar paling kamu beli martabak kan, kalo pengen yang manis udah ini aja. Itung-itung ngirit."
"Tapi ini kan dari si Minlid."
"Kenapa emang?"
"Kalo ada peletnya gimana?"
"Mana ada."
"Eh beneran tau. Itu buktinya kak Melody sampe gitu, sebelum-sebelumnya kan si Lidy sering bawain makanan buat dia kalo lagi latihan."
"Kamu tuh negatif banget ya, kelamaan main sama Jeje apa gimana? Kalo lagi sama aku harusnya gak gitu dong."
"Deeeuh, tau deh yang positif........... hamil."
"HEH!"
"Aaaaarghmpun ampun! Sakit Ve! Bisa-bisanya nyubit pake jempol kaki, ish."
"Mulutnya tuh kaya gak di sekolahin banget tau gak."
"Kan bercanda, udah dong dorong-dorongnya liat udah mepet ujung sofa banget ini."
"Bodo amat, sana jauh-jauh."
"Veranda tega nian. Yaudah aku di karpet, eh tapi sini dong cokelatnya."
"Gak."
"Kan tadi kamu yang nawarin, aku laper banget loh, lemes nih, nanti pingsan disini berabe kamu gak bisa mindahin."
"Biarin, malem ini kamu tidur disitu aja."
"Yaaah, jangan dong tega bangeeeet."
"Ngapain pegang-pegang? Udah dibawah aja, dih siapa bilang kamu boleh naik lagi?"
"Nanti aku masuk angin kalo tidur di lantai."
"Kan itu ada karpetnya."
"Mau di karpet sama berapa lembar selimut pun gak mempan, kan aku cuma bisa tidur kalo dipeluk sama kamu doang."
"......"
"Cieeeee! Pipinya merah banget! Hahahaha."
"Bodo! Jangan masuk kamar!"
"Yah jangan dong! Tungguin napa. Dih jangan dikunci pintunyaaaa."
"Tidur aja diluar, atau di kamar tamu!"
"Gak bisaaa, kan tadi aku udah bilang cuma bisa tidur nyenyak kalo meluk kamuuuu."
"Berisik, Kinal. Nanti kedengeran tetangga, udah ah aku mau tidur."
"Ve jahaaat, aku terus gedorin nih biar tetangga pada protes kesini."
"Kinal berisik!"
"Bodo amat!"
Cklek
"Berisiiiiik ish!"
"Nah gitu kek dibuka. Yuk bobo."
"Siapa bilang kamu boleh tidur disini?"
"Udah dong jaimnya, kan bukan aku doang yang gabisa tidur kalo gak dipeluk sama kamu, kamu juga gabisa tidur kalo gak ada aku kan?"
"Sumpah ya kepedean banget."
"Ngomongnya kaya gitu, tapi buktinya ikut masuk selimut juga."
"Diem, Kinal. Udah malem, besok harus bangun pagi."
"Iya iya, sini peluk."
"Hmm, night Nal."
"Met malem, mbak Ve."
"Itu tolong tangannya ya, megang kemana itu?"
"Hehehehe."
"Ck."
"Eh, Ve."
"Astaga, apa lagi Nal?"
"Cokelatnya ketinggalan di ruang tengah."
"Ergh."
***
Ahoy~
Reaksinya pada macem-macem yaa di chapter sebelumnya wkwk. Nih apdet nih. Tapi yang cimit-cimit dulu~
Makasyih sudah mampir! Jangan lupa tengok Starlight sama Semenjana juga yaaaps!