Melepas rindu

29 7 3
                                    

Rembulan sepertinya enggan meninggalkan peraduannya, tidak memberikan kesempatan pada mentari untuk mengambil alih mengemban tugasnya untuk menyinari bumi.

Sasa sampai tidak sabaran menunggu esok datang menghampiri, gelisah dalam tidurnya yang tidak lelap. Suara krasak-krusuk yang terdengar sampai indra pendengarannya membuatnya semakin gelisah. Padahal, suara krasak-krusuk itu terjadi karna dirinya sendiri yang tidak hentinya menahan gelisah yang bergemuruh didalam hatinya.

Besok.......

Ya Tuhan.... Kepalaku terasa pusing karna memikirkan besok yang akan terjadi.

Asta bilang, besok dia akan datang ke bandung dan menginap di kediaman orang tuanya selama 4 hari.

Kebahagiaan tentu saja membuncah dalam benak perempuan yang mempunyai gigi gingsul itu, hatinya seakan tersiram air setelah sekian lama kering kerontang, gersang. Hampa kosong. Tapi besok?

Ya Tuhan....
Pejamkanlah mata ini, agar waktu terasa berjalan begitu cepat menuju esok.
Putarkanlah waktu secepat mungkin menuju esok.

Setelah sekian lama bergulat dengan keresahan hatinya, sasa bangkit dan berjalan menuju arah balkon kamarnya.

Semilir angin langsung menyapa tubuh wanita itu kala ia membuka pintu yang ada dibalkon, cahaya langit berwarna biru tua dan taburan bintang-bintang seakan menjadi pelengkap langit malam ini.

Sasa tertegun, Asta sangat suka memandangi langit pada malam hari, sambil tersenyum dia akan menceritakan berbagai pengalaman hidupnya yang sangat indah, dan sasa akan memandanginya yang sedang tersenyum tanpa sadar dia juga ikut tersenyum dibuatnya.

Tidak bisa ia gambarkan lagi betapa bahagianya ia dapat memiliki asta, berada disampingnya, mendengar segala keluh kesahnya, sifatnya yang penyabar dan penyayang seakan menambah nilai plus keberuntunganku memilikinya.

Ya Tuhan, ucapan syukur apa lagi yang harus aku ucapkan? Atas semua nikmat yang telah engkau berikan kepadaku.
Ucap sasa sambil terus memandangi langit malam.

*****
SASA POV

Tok...tok....tok....

Suara itu terus saja mengiang ditelingaku. Menggangguku dalam tidurku yang lelap nan nyenyak. Mataku juga seakan tak bisa diajak berkompromi untuk membuka pintu kamarku, mataku ini seakan terus mengikuti keinginan ragaku untuk terus berbaring di tempat tidurku.

"SASA!!!! BANGUN!!!! ADA ASTA!!!"

refleks aku terbangun dan langsung menegakkan tubuhku, teriakan ibuku sepertinya langsung menepis semua rasa kantukku. Radarku terus saja mencerna apa yang terjadi dan apa maksud ucapan ibuku.

"Bodoh!!!!" pekikku setelah sadar apa yang terjadi.

Asta datang? Berarti ini sudah besok yang aku tunggu-tunggu semalam, dan aku sekarang bangun telat dan membiarkan asta menunggu?

Astaga.
Betapa bodoh aku ini.

Tak mau menambah kebodohanku, langsung saja tanpa ba-bi-bu aku langsung melesat menuju kamar mandi dan membersihkan diriku secepat mungkin.

15 menit sepertinya sudah cukup untukku membuat diriku bersih dan memakai pakaian rapi.

Langsung saja aku berjalan gontai menuju ruang tamu, jantungku terus saja bergedup kencang. Gugup. Entah kenapa aku gugup akan bertemu dengan asta.

Dan tiba saatnya mataku memandang orang yang kini sedang menatapku dengan tatapan yang sangat ku rindukan itu, Asta.......
Dia terlihat sangat tampan. Pakaian yang casual tapi tetap terlihat rapi dan pas dibadannya.

"Hai" sapanya riang.

"Ha-haii" balasku tersenyum kikuk.

"Kamu ini mama panggil-panggil, tidur mulu! Kasian nih Asta nunggunya lama." ibuku sepertinya tidak pernah muda!!!! Dia datang dan langsung menghardikku dan menghancurkan momen romantis antara aku dengan asta.

"Gapapa tante, lagian aku kepagian datang kesininya, udah ga kuat sih abisnya pengen ketemu anak tante yang ngangenin ini" jawab asta sambil tersenyum lebar.

Aku harus apa? Jelas-jelas asta sedang menggodaku di depan ibuku.

Dan lihatlah ibuku? Dia sedang menatapku dengan tatapan meremehkan. Dan bukannya bilang "ah kamu ini, asta. Bisa saja, siapa dulu dong, anak tante" Malah ibuku menjawab "kamu pake pelet apa sih Sasa? Ko sampe Asta tergila-gila ke kamu. Heran ibu, cewe manja cengeng kaya kamu dapet pacar yang ganteng dan ramah kaya Asta. Nak Asta, kamu yang sabarnya sama sasa, kalo dia ngejengkelin, ceburin aja dia ke muara angke" jawab ibuku sadis sambil tertawa.

Dan satu pertanyaanku dalam benakku saat itu "aku ini anak siapa?"

"Ah tante bisa aja, yaudah aku izin mau ajak sasa keluar boleh ga? Ga bakal pulang malem ko"

"Ga pulang juga gapapa, nak Asta." jawab ibuku sadis (lagi)

Aku mendengus tapi tetap berjalan kearah ibuku dan mencium tangannya sambil mengucapkan salam, asta juga melakukan hal yang sama sepertiku.
"Aku pergi dulu, bu"

*****

"Asta"

"Sasa"

Ucapanku dan dia berbarengan, kemudian kami tertawa, kompak sekali rasanya aku dan dia.

"Sasa" dia berhenti tertawa dan menatapku serius.

"Ya?" Aku berusaha menjawab santai padahal sebenarnya rasa gugup menyelimutiku.

"Aku kangen kamu." ucapnya terdengar sangat lirih ditelingaku, mengisyaratkan bahwa dia benar benar terluka memendam rindu selama ini.

Asta. Jika saja dia tahu aku disini pun merasakan hal yang sama sepertinya, memendam rindu yang tak kunjung usai, membelenggu ke dalam hati.

"Aku lebih kangen kamu." jawabku sambil tersenyum memegang erat tangannya.

Dia juga tersenyum dan mendekapku ke dalam pelukannya, mengelus lembut kepalaku. Begitu saja sampai berulang kali.

"Maafkan aku." ucapannya kembali terdengar lirih.

"Tidak ada yang harus dimaafkan, kita tidak salah, bukan jarak yang salah. Hanya saja takdir yang mengkamuflase semua ini menjadi salah. Tinggal menunggu waktu yang membuat semua ini menjadi benar." jawabku seakan menguatkannya, padahal selama ini hatiku juga sering mengelak pada takdir.

"Kamu percaya padaku 'kan?" Tanyanya

"Akan kuusahakan selalu untuk percaya padamu."

"Terima kasih."

Dia melepaskan pelukannya dan kembali menggenggam tanganku, mengajakku untuk keluar dari mobil karna kita sudah sampai di tempat tujuan-taman kompleks.

"Gapapa 'kan aku bawa kesini?" Tanyanya terlihat ragu

"Gapapa, asal bareng sama kamu." jawabku mencoba menggodanya

"Kalo ke KUA mau?" Tanyanya lagi

"Mauuuu." jawabku sangat semangat

"Kita masih muda lho, masa iya mau nikah."

Aku memberenggut kesal, tadi dia yang nanya, sekarang dia yang menunda! Jadi apa maunya?!

"Haha iya iya nanti kita nikah ya! Kalo aku udah mapan." ujarnya

"Ko aku kaya murahan banget ya? Ngajak cowo nikah." aku berfikir keras tentang perkataan dan sikapku tadi.

"Ngga ko, kan cowonya juga pacar kamu, jadi wajar lah, itu tandanya kamu sayang aku, iya kan?"

"Iya lah."

Dia kembali memandangiku dengan sendu tanpa melepas tautan tangannya padaku, seakan tak ingin pergi menjauh dariku.

Tak bisa ku bayangkan jika nanti semuanya tak lagi sama, semoga saja semuanya akan tetap baik-baik saja.

Semoga.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang