Pertemuan

40 7 1
                                    

Sasa pov

Ini sudah hari ke 3 sejak Asta di bandung dan sejak 3 hari itu tak ku lewatkan satu hari pun tanpanya.

Dia selalu ada kemana pun aku pergi, menemaniku, menghabiskan waktu bersamaku, mengelilingi kota bandung sampai tempat yang biasanya kita kunjung bersama. Semuanya itu bersama Asta. Hanya Asta.

Dan hari ini rencanya aku akan mengajak asta bertemu dengan temanku, Rala.

Rala kebetulan juga salah satu teman Asta dibandung, jadi ku putuskan hari ini akan hang out bareng Rala dan Asta.

"Rala sekarang kaya gimana ya bentukannya? Masih absurd kaya dulu ga ya?" Tanya asta sambil terkekeh.

"Nambah absurd malah!" Jawabku sambil terkekeh juga.

"Kita beneran ga ngaret nih dateng jam segini, kasian kan kalo dia nunggu" ucapnya sambil sesekali melihat ke arahku dan tersenyum hangat.

Astaga, lama lama bisa diabetes aku kalo dia terus terusan senyum kaya gitu.

"Dia juga pasti datang ngaret kok!"

Tak sampai 20 menit kita sudah sampai di kawasan jalan gatot subroto, dan tak lama mobil asta sudah masuk ke tempat parkir bandung super mall atau BSM.

Setelah memarkirkan mobilnya, Asta segera turun dari mobil dan berjalan memutari mobilnya untuk membuka kan pintu mobil untukku. Aku tahan nafas saat diperlakukan olehnya seperti ini. Kemudian dia kembali menggenggam tanganku dan kami berjalan beriringan menuju pepper lunch, rumah makan yang lumayan terkenal di mall ini.

Dan setelah sampai, disana sudah terlihat Rala yang sedang menggumam tidak jelas sambil menghentakkan sendok ke dalam minumannya dan dia terlihat sangat kesal.

"Hai" sapa asta ramah saat sudah duduk dihadapan Rala.

"ASTAGA KALIAN INI KEMANA AJA SIHHHH" baru saja mendaratkan pantatku dikursi ini, Rala sudah menyemprotku dengan teriakannya.

Aku meringis menahan malu, karna teriakan Rala tadi membuat beberapa pengunjung di rumah makan ini langsung melemparkan tatapan tajam ke arah kami.

"Yhaa sory, gue kira lo bakalan ngaret." jawabku mencoba mencari alibi.

"gue ga ngaret salah, gue ngaret lebih salah, ampuni dosa aku tuhan." ucapnya sambil memelas mengelus dadanya.

Aku menatap Asta seakan mengisyaratkan tuh-kan-dia-masih-absurd. Dan Asta mengangguk sebagai jawaban.

"Lo lagi kenapa ngangguk ngangguk?" Tanyanya garang pada Asta

"Ah, itu tadi... gue.. gue ngangguk ke pelayan yang disana." Asta terlihat gelagapan saat menjawab.

"Wah parah lo, kasian tuh Sasa, udah lu tinggal LDR sekarang lu malah genit ke pelayan. Ck ck dasar cowo."

Kulihat asta terkejut sampai melebarkan matanya, dan aku kembali menatapnya mengisyaratkan malah-tambah-absurd-kan? Dan Asta kembali mengangguk.

"Yaudah, yaudah. Gue minta maaf pokonya, anggep aja ini karma karna biasanya lo yang dateng ngaret. Sekali-sekali rasain gimana rasanya nunggu, kenapa sih?"

Ups. Secara tidak langsung menyinggung Asta dan dia langsung terlihat muram.

"Ehmm maksudnya nunggu gue dateng gitu." buru-buru aku meralat ucapanku.

"Gapapa ko, aku ngerti." ucap Asta seakan mengerti bahwa aku merasa bersalah.

"Oke, stop melow melownya, perut gue udah ngedance minta diisi."

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang