selalu ada.

6 1 0
                                    

Pagi-pagi sekali Sasa sudah disibukkan dengan tugas yang di berikan dosennya secara tiba-tiba.

Tiba-tiba.
Rasanya sasa sangat benci sekali kata tiba-tiba. Semua kegiatan yang dilakukan secara tiba-tiba pasti tidak akan berlangsung sesuai rencana, tapi lain lagi dengan yang sudah ahli, salahkan Sasa kalau ia memang salah dalam hal ini.

"Tugasnya dikumpulin sore ini ya." kata dosen itu saat tepat pukul delapan.

Yang bener aja buuu, situ ngasih tugas apa ngasih makan???
Batin Sasa masih dongkol dengan dosen yang sedang merapihkan buku, bersiap-siap keluar kelas.

"Kelaut aja lu sono."

"Buset dah, ga sekalian aja dikumpulinnya abis zuhur."

"Astagfirullah, cobaan apa ini?!"

"Mohon sabar ini ujian."

Teriakan-teriakan itu berasal dari teman sekelas Sasa yang juga merasa kesal dengan dosen tadi.

Sasa bangkit dari kursinya, bergegas pergi menuju kantin. Ia merasa butuh minum karna tiba-tiba saja dia membutuhkan asupan nutrisi untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosennya.

Suasana kantin tidak terlalu ramai, mengingat ini masih terlalu pagi untuk datang ke kampus. Hanya orang-orang kerajinan saja yang datang pada jam segini.

'Rala aja pasti masih ngebo'
Sasa tertawa mengingat kebiasaan temannya, susah tidur tapi susah bangun. Ia pasti tidur pada jam dua belas malam atau lebih dan akan bangun kalau dia merasa kebelet pipis atau haus.

"Eh, sa. Masa ya, semalem gue ga insom lagi." ucapnya pada suatu hari saat kami sedang berada di kantin.

"Serius? Tidur jam berapa emang lo?" tanya Sasa penasaran, jarang-jarang sekali Rala bisa tidak insomnia.

"Jam sebelas." jawabnya sambil tersenyum sumringah.

"Yaelah, itu mah masih malem lah. Gue kira lu tidur jam delapan atau jam sembilan gitu. Lagian ya, ko lo bisa tau sih lo tidur jam sebelas atau jam dua belas? Ya kali lu pas tidur liat jam."

"Gue juga ga tau pasti sih, lo tau sendiri kan, dikamar gue jamnya error. Gue juga suka lupa gimana gue tidur semalem. Tapi gue nyimpulin dari gue ga bales chat Danu, misalnya hari ini gue chatan sama Danu sampe malem terus ketiduran, besoknya gue liat hp terus liat jam chat terakhir gue ke Danu. Dan jam segitulah gue tidur."

Satu lagi hal yang unik dari Rala. di kamarnya, dia tidak mempunyai jam yang 'benar'. Sebenarnya ada jam, tapi jam itu error, kadang jalan kadang tidak. Hal itulah yang membuat Rala bangun tidur tidak menentu.

***

"Hay, nona maniseeee." seseorang datang dan mencolek pipi Sasa.

"Rama." Sasa memutar bola matanya jengah, "kebiasaan deh, emang pipi gue sambel apa dicolek-colek."

Rama menyeringai lebar dan menarik kursi yang ada di sebelah kanan Sasa agar lebih dekat dengan Sasa, "kalo cium boleh?" tanyanya masih dengan seringaiannya.

"Boleh kalo pipi ceu sari."

"Kan maunya pipi kamu."

Kata Rala, Rama sikapnya tidak berubah sama sekali, selalu jahil dan blak-blakan.

"Jijik."

"Yah, gue ditolak, man."

Man itu maksudnya usman, karna saat itu, kang usman datang membawa pesanan Sasa.

"Rama, ga sopan deh." Sasa menegur Rama yang sering sekali bersikap tidak sopan kepada penjual nasi goreng itu, "maafin Rama ya, kang usman." ucap Sasa sambil tersenyum ramah pada kang usman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang