kembali lagi

22 3 0
                                    


Ini senin, minggu kedua dibulan desember. Hari ini cuacanya cerah, awan dan langit biru sangat mendukung cuaca cerah di senin pagi ini. Sekarang tepat pukul tujuh pagi.

Aku tidak ada kegiatan selain melamun memperhatikan keadaan sekitar dipekarangan rumahku.

Terhitung sudah lima mobil dengan merk dan cat berbeda melewati halaman rumahku saat ini.

Suara bel sepeda terdengar semakin dekat dengan rumahku, aku berdiri, penasaran siapa yang sudah bersepeda sepagi ini.

"Pagi, neng sasa." sapa mang kasim, orang yang bersepeda sepagi ini adalah mang kasim.

"Pagi juga, mang kasim. Makin cakep aja nih, perawatan dimana mang?"

"Ah si neng mah sok banyol, da mamang mah ga pernah perawatan neng, boro-boro buat perawatan, buat beli minyak wangi aja kudu nabung dulu."

Wah, mang kasim curhat colongan ternyata. Mang kasim ini umurnya belum terlalu tua, sekitar tiga puluhan lebih, hanya saja penampilannya yang membuatnya terlihat lebih tua. Dan ini asgar, asal garut, jadi tidak aneh kalau terkadang dia berbicara 'mah' 'teh' dan bahasa sunda lainnya.

"Curhat mang?"

"He he iya maaf neng, ini tumben atuh si neng pagi-pagi udah di depan rumah."

"Lagi galau mang." kini giliranku yang curhat.

"Galau teh apa neng?"

"Gelisah antara lanjut atau udahan, mang."

Mang kasim mangut-mangut seakan baru tahu apa arti kata galau "wah ini mah atuh pasti si neng lagi ada masalah sama kang Asta ya? wajar atulah neng kalo masih pacaran berantem mah, itu teh namanya bumbu pacaran."

"Kaya masakan aja, mang."

"Iya atulah neng, sok atuh jangan terlalu dibawa perasaan kalo pacaran mah, boleh sayang tapi jangan terlalu. Gimana kalo dia bukan jodoh neng Sasa? Itu mah namanya buang waktu buang tenaga mikirin dia yang nantinya bukan jadi milik neng Sasa."

"Aduh mang Kasim udah pantes jadi asisten mario teguh, cuma tinggal namanya aja tambahin jadi kasim teguh."

"Ah saya mah cuma sekedar ngasih solusi saja, neng."

"Tapi mang, gimana ya? Sasa udah terlanjur sayang banget sama Asta, jadi kalo ada masalah sedikit jadi kepikiran."

"Wah gawat kalo udah gitu mah, nanti kalo putus susah mup on-nya."

"Move on, mang." ralatku, gaul juga ternyata mang kasim, galau tidak tahu tapi move on tahu.

"Iya itu maksud saya neng, maklum atulah."

"He he iya mang, duh makasih ya mang. Udah dengerin curhatan Sasa."

"Iya neng, padahal mah gausah bilang makasih da neng Sasa curhatnya cuma sebentar."

"Sebentar lama tetep aja curhat mah beda, ga bakal berubah jadi pidato."

"Yaudah, saya pamit ya. Ingat life must go on, neng."

Sepertinya mang kasim bukan asgar saja, tapi dia juga ada darah campuran dari luar negri.

***

Senin pagi sudah berlalu, berganti menjadi senin malam atau tepatnya malam selasa.

Merasa bosan dengan hanya stalking sosial media orang lain, aku beralih membuka laptop dan tak lama muncul notivication dari salah satu aplikasi di laptop.

Astaga. Asta skype gue.
Tanpa babibu, langsung ku tekan tombol accept dan wajah Asta yang terlihat lelah– namun masih terlihat tampan– menyapaku.

"Sa, ini gawat." suara Asta terdengar khawatir.

Panik, aku langsung duduk tegak siap menerima kabar apapun dari Asta "gawat kenapa, ta?"

"Aku rindu, aku rindu senyum kamu. Aku rindu omonganmu, aku rindu omelanmu, aku rindu bawelnya kamu. Ini gawat, sa. Aku ga bisa lagi nahan rindu ini, sa. Udah cukup jarak aja yang buat kita jauh sa, tapi hati kita jangan. Aku rindu kamu, sa. Maafin aku udah diemin kamu beberapa hari ini, sa."

Lega. Tarikan nafasku menjadi respon pertamaku mendengar rentetan kata yang keluar dari mulut Asta. Dan aku pun tidak kuat menahan gejolak perasaan bahagiaku saat ini, air mata pun rasanya tidak bisa ku tahan lagi.

Oh tuhan, aku bahagia sekali.

"Sa, jangan nangis. Jangan keluarin air mata kamu buat nangisin cowo yang udah tega diemin kamu, sa."

"Aku nangis bahagia, sayang. Astaku, aku juga kangen kamu. Tiap hari aku mikirin kamu. Kamu ga perlu minta maaf, aku yang salah disini. Aku minta maaf udah bikin kamu kecewa."

Asta tersenyum, air mataku tambah keluar lagi.

"Ko kamu nangisnya jadi terus-terusan sih, sa? Kamu sedih ya, sayang?"

"Aku ga bisa deksripsiin gimana kangennya aku sama kamu, aku nangis karna aku bahagia karna kamu udah balik lagi. Ah, Asta. Aku jadi pengen peluk kamu." rengekku manja sambil memeluk bantal yang ada di dekatku.

"Sabar ya, sayang. Aku bakalan pulang ko, kamu boleh peluk aku sepuas yang kamu mau, dibawa ke pelaminan juga aku rela ko."

"Ih modus dasar. Pengennya di peluk-peluk."

"Lah tadi kan kamu yang pengen peluk aku."

Akhirnyaaaa...
Semua kembali pada keadaan semula. Tidak ada yang berubah diantara kami. Asta masih menjadi Asta yang dulu. Astaku.

"Ga jadi."

"Sa kamu cantik deh, tapi sayang ada....."

"Ada apanya?"

"Ada ingusnya."

"Ih astaaaaaaaaaaaa."

Ah, bahagianya. Semuanya kembali seperti semula.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang