5. RealLess

98 15 2
                                    

"Luk, awas!."

Suara itu tiba-tiba saja datang dari arah belakangku. Reflek yang membuatku untuk menengok kebelakang tidak tertahankan, sekilas aku melihat ular berbisa menerjangku dari atas pohon.

Aku pun menghindar sambil melompat kebelakang. Belati yang tersimpan di pinggang belakang, ku lempar ke arah ular itu. Seperti sebuah boomerang yang berputar, bilah pisaunya tepat mengenai ular itu. Alhasil ular itu terbelah menjadi dua dan darah merah masam keluar dari tubuhnya.

"Huh ... kau sungguh menolongku ku, Reiss." Seru ku lalu bangkit dari tumpukan buah pinus setelah itu kembali memungut belati yang ku lemparkan.

"Tak masalah, kita kan sahabat." Ucapnya lalu menghampiriku.

Reiss adalah sahabatku yang berasal dari hutan Magnifia, daerah paling dalam dan paling jarang penduduk ras lainnya untuk dapat menemukan tempat ini. Ia adalah salah satu penjaga hutan tempat tinggal kami yang paling handal dalam membuat sebuah taktik penyergapan bila ada yang merusak hutan sembarangan.

"Oi Luk, apa kau yakin akan mencari kristal ungu violet itu untuk di jadikan hadiah?"

"Tentu saja, emangnya ada yang salah?"

"Ahh ... tidak, hanya saja jarang sekali melihatmu yang seperti ini"

"Reiss, apa kau mengejek ku? Kau tahu kan moto ku. Gunakan energi seperlunya saja lalu -

" ... simpanlah energi lainnya untuk tidur?. Tapi hingga seperti? Aku jadi penasaran siapa dia yang dapat membuatmu menjadi seperti ini." Ucap Reiss lalu berjalan di sampingku dengan menenteng sebuah tombang bermata pisau tajam.

"Nanti juga kau tahu sendiri." Sahuku lalu merangkulnya.

Kami berdua sedang mengambil hari libur kami sebagai penjaga hutan. Mungkin karena kebetulan atau sebuah keberuntungan yang membuat Reiss menemani ku disini.

Namaku adalah Luk Esc Hryes Vlitara, seorang Ranger penjaga hutan yang masih dalam tahap pelatihan. Namun karena suatu insiden yang tak terduga, aku langsung di angkat menjadi Ranger langsung.

Kali ini kami berdua akan mencari sebuah kristal violet, kristal itu akan kujadikan perhiasan untuk calon istri ku nanti. Semoga akmi dapat menemukannya tepat watku sebebelum hari menjelang malam.

Entah prediksiku yang benar atau hanya sebuah dugaan saja, setelah kami menerlusurinya kami menemukannya di balik sebuah pohon raksasa. Tidak membutuhkan waktu yang lama rupanya.

Kuambil kristal itu tetapi terlebih dahulu ku pecahkan dengan belatiku. Sebuah kristal kini berada dalam genggamanku dan tampaknya Reiss ikut senang melihatnya. Lalu ku simpan di dalam tas gantel berbahan serat kayu yang kubawa.

"Hahahaha ... bagaimana aku dapatkan? Sudah kubilang ini mudah"

"Apa maksdumu mudah? Jika kau tadi terkena gigitan ular entah bagaimana nasimu nanti, Luk. Bisa saja kau pingsan sebelum aku dapat berhasil menyelamatkanmu." Tutur Reiss dengan sedikit guyo.

"Ayolah ... jangan seperti itu, ketika kita nanti sampai di desa aku akan mentraktirmu daging panggang raksasa. Aku janji deh."

Setelah itu Reiss tertawa kecil dan selanjutnya yang kulakukan adalah menghampirinya sambil memberikan sedikit pukulan kecil di perutnya yang kuat. Reiss masih tertawa geli entah karena melihat reaksiku atau karena pukulan ku tadi.

Kami pun kembali menuju desa dan nampaknya hari masih panjang. Suasana hutan kali ini cukup bersahabat dibandingkan dengan yang tadi. Burung-burung bernyanyi mengiri perjalanan kami, hembusan angin sepoi-sepoi menghantam kulit kami secara halus.

Noftie Distortion G. ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang