Aku menyempatkan diri untuk pergi ke toko buku. Masih ada satu jam lagi sebelum kencan butaku. Ya, memang sih seharusnya aku datang lebih awal agar memberi kesan pertama yang baik. Tapi jarak antara toko buku ini dan cafenya tidak terlalu jauh kok, toh aku cuma ingin beli komik lalu langsung pergi ke sana.
Penjaga toko tersebut menyapaku dengan senyum ketika aku membuka pintu. Bunyi loncengnya mengingatkanku pada toko jam milik ayahnya Taek. Aku berjalan menyusuri rak-rak penuh buku sampai aku menemukan bagian komik yang aku cari.
Nah ini dia, komik dewasa.
Bukannya apa-apa, tapi aku sudah lama sekali tidak membaca komik seperti ini. Biasanya Dongryong selalu punya stok untuk barang-barang semacam ini. Hmm, bahkan ada yang best seller? Dan barangnya hanya tersisa satu. Mungkin memang ini yang paling bagus.
Aku berniat mengambil buku tersebut, namun seseorang ternyata juga memiliki niat yang sama denganku.
Aku menoleh untuk melihat siapa pemilik tangan itu dan aku terkejut... ternyata seorang perempuan?!
Kulihat wajahnya memerah, mungkin ia malu. Ya, lagipula kenapa juga ia membeli komik seperti ini? Walaupun begitu tangannya tidak lepas dari buku incaranku.
Dan aku juga tidak memiliki niatan untuk mengalah.
Perlahan aku menarik komik tersebut ke arahku. "Cheogiyo, agassi.. tapi aku melihat buku ini duluan-"
"Ani! Aku memegangnya duluan!" Ia juga berusaha menarik komik itu ke arahnya.
"Tapi aku tiba di sini lebih dulu."
"Aku sudah mengincar komik ini sejak lama."
"Ya! Perempuan macam apa yang membaca komik seperti ini?"
"Ya! Apa urusannya denganmu? Berikan komiknya!"
"Aisssh, jangan ditarik seperti itu! Nanti-"
"Lepaskan komiknya!!! Ya!!!"
"Tunggu, tunggu! Hey- YA!!!!"
Sreeeeekkk! Buk! Perempuan itu jatuh terjerebam ketika komik incaran kami robek menjadi dua.
Saking bingungnya kami hanya saling tatap-tatapan ^mbeeeekkkkk^. Lalu penjaga toko buku tadi tiba-tiba sudah ada di belakang perempuan itu dan berkata. "Merusak berarti membeli." dengan wajah tersenyum dan ramah bersahaja.
Setelah berdebat dan melakukan kompromi dengan perempuan itu, akhirnya kami memutuskan untuk patungan membayar komik tersebut. Padahal kalau dilihat dari dandanannya, ia seperti perempuan yang baik-baik, polos dan lemah lembut.... Hah! Ternyata bacaannya komik dewasa. Memang kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari penampilannya.
"Astaga! Aku hampir lupa dengan kencan butanya!" seru perempuan itu begitu kami sama-sama keluar toko buku.
Mendengar ucapannya aku jadi teringat dengan tujuan utamaku hari ini. Aku mengecek jam tanganku. Sial, sudah lewat setengah jam! Ini semua gara-gara komik bala itu!
Perempuan tadi segera memberhentikan taksi sedangkan aku berlari menuju parkiran. Aku mengendarai jeepku di belakang taksi perempuan itu. Aneh, kenapa rute yang kami ambil sama? Apa mungkin cuma kebetulan?
Taksi itu berhenti tepat di depan cafe tempat aku kencan buta. Aku mulai curiga.. tadi dia bilang dia akan kencan buta jugakan?
"Ya! Kenapa kau mengikutiku?!" ujar perempuan itu ketika aku menghampirinya di salah satu meja cafe. Ia memilih kursi di sudut ruangan.
Aku duduk di hadapannya dan memandang berkeliling. Tidak ada satupun orang yang duduk sendirian kecuali perempuan ini. Perasaanku semakin tidak enak. "Aku.. hanya ingin memastikan sesuatu."
"Apa? Omong-omong aku sedang menunggu seseorang jadi kau tidak bisa lama-lama duduk di sana."
"Ya, aku juga tidak ingin lama-lama di sini. Aku juga sedang menunggu seseorang." jawabku.
"Ya sudah, kalau begitu kenapa? Kau masih mau membaca komik ini? Tadikan kita sudah sepakat-"
"Nomor beepermu 090-752-262 bukan?"
"Ya, bagaimana kau tahu?" lalu tiba-tiba mata perempuan itu membesar, sepertinya hal tersebut langsung ter-register di otaknya. "Seolma?....."
"Jadi.. kau Woo Niseul?"
Kami tidak bicara sama sekali setelah itu. Niseul berkali-kali meneguk greentea lattenya sampai sekitar bibirnya penuh krim putih. Aku pun tak jauh berbeda, mataku menatap kemanapun selain ke arah perempuan itu. Aish, sekalinya ikut kencan buta malah begini. Memang seharusnya aku menunggu eomma menjodohkanku dengan anak temannya saja-
"Eh, soal komik itu.. aku punya alasan sendiri kenapa aku membelinya." ujar Niseul tiba-tiba, sepertinya ia lebih terganggu dengan kesan pertama yang ia beri padaku dibanding diriku sendiri. "Kakakku memaksaku membelinya.. dan dia laki-laki. Jadi aku bukan pembaca komik seperti ini."
"Oh.. begitu."
Sejujurnya, aku juga bingung bagaimana menanggapi pernyataan itu. Memangnya aku harus bilang apa?
"Kalau begitu.. maaf ya soal keributan tadi." Ia bangkit dari kursinya dan membungkuk. Wajahnya terlihat salah tingkah. "Kau juga pasti sibuk, jadi karena kencan buta ini tidak berjalan lancar.. lebih baik kita sudahi saja. Maaf atas kesan pertamaku yang sangat buruk."
"Eh? Jj-jakkaman!"
Tapi perempuan itu melesat pergi keluar dari cafe tanpa mendengarku. Aku sudah setengah bangun dari kursiku, tapi aku tidak bergerak untuk mengejarnya. Jadi kuputuskan untuk duduk kembali dan meminum kopiku. Kupandangi minumannya yang sudah tinggal seperempat gelas. Sepertinya insiden di toko buku tadi membuatnya sangat kehausan.
Lalu tiba-tiba hal itu menyadarkanku.
Kalau tadi ia langsung lari keluar kafe... berarti dia belum bayar minumannya dong?
"Aish, benar-benar!" Jangan-jangan ia sengaja seperti itu biar aku yang bayar semua?
Setelah aku menghabiskan minumanku aku pergi ke kasir untuk membayar pesananku dan pesanan Niseul. Begitu aku ingin pergi meninggalkan kafe tiba-tiba seorang pelayan perempuan menghentikanku. Aku bingung karena ia menghampiriku dengan wajah malu-malu..
"Eh cheogi.. ini barangnya ketinggalan. Komik.."
Mataku mengarah pada kantong plastik yang ia berikan.
Oh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sides (Reply 1988)
FanficAfter effect dari ending drama Reply 1988. Bahasa Indonesia. Jungpal focused. Sama OC. Read at your own risk WKWKW