BAB 5

6.4K 676 10
                                    

Chanyeol kini menatap layar ponselnya, menatap foto dengan dua manusia yang sedang asik bercanda, mengeluarkan tawa yang amat bahagia.

Foto dirinya dan Baekhyun.

Bahkan Chanyeol sekarang berpikir, apa yang sedang Baekhyun lakukan, atau yang lebih parah, kini ia merindukannya.

Jemari-jemari panjangnya mengetik nomor telepon Baekhyun. Mungkin saja dengan menghubungi Baekhyun, Chanyeol merasa lebih tenang?

"Yeobuseyo?"

"Yeobuseyo, nugu?"

"I-ini bukan Byun Baekhyun?"

"Maaf, kau siapa?"

"A-aku... aku teman akrab Baekhyun."

"Namamu?"

"Park Chanyeol imnida."

"Park Chanyeol, aku eomma Baekhyun, maaf saat ini Baekhyun sedang... sibuk."

"A-ah, baiklah, maaf menganggu, Nyonya Byun."

"Ne, gumawo."

Panggilan langsung terputus. Mengapa perasaan Chanyeol kini menjadi tidak enak? Serasa sesuatu menganjal dengan ucapan sibuk dari nyonya Byun.

Sudahlah, hanya perasaan, tidak perlu ada yang dikhawatirkan, pikir Chanyeol.

Chanyeol kini berbaring di ranjangnya dan menatap layar ponselnya. Matanya tidak bisa terpejam.

"Ayolah, besok aku akan bertemu dengan Baekhyun," Chanyeol bergumam sembari tangannya mengangkat bantal kepala tinggi-tinggi dan menenggelamkan kepalanya pada bantal, "Aku harus tidur," kembali ia bergumam di dalam bantal kepala.

Semoga saja alam mimpi menjemputnya, ia harus menghilangkan perasaan buruk tentang Baekhyun.

===

Baekhyun menghela napasnya lega mendengar nyonya Byun mengucapkan kata sibuk diakhir kalimat, dan ditutupi oleh ucapan terimakasih.

"Siapa Chanyeol?" nyonya Byun tentu saja terasa sangat aneh dengan seseorang dalam panggilan tadi, "Seseorang yang kau suka?"

Baekhyun menunduk, memainkan selimut rumah sakit yang kini menutupi setengah tubuhnya. Dengan ragu ia mengangguk, membuat nyonya Byun setengah menggeram.

"Kau tahu, aku menentang hubungan teralang seperti itu kan, Byun Baekhyun?"

"Tapi eomma-"

"Biarkan saja, yeobo, aku ingin yang terbaik untuk Baekhyun," tuan Byun datang dengan jas yang melekat dengan tubuhnya, "Bukankah kau yang bilang sendiri, kau akan mengabulkan apa permintaan Baekhyun?"

"Tidak dengan hubungan telarang!" ucap Nyonya Byun dengan cukup tegas, Baekhyun menunduk, "Eomma memperbolehkan kau memiliki apa yang kau suka, tapi tidak dengan hubungan telarang!"

Tuan Byun menarik lengan Nyonya Byun dengan cepat, ia membawanya keluar ruangan, "Kita harus membicarakan hal ini," ucap Tuan Byun ketika sudah berada di luar ruangan.

Baekhyun remang-remang masih dapat mendengar suara kedua orangtua nya yang kini membicarakan masalah dirinya dengan Park Chanyeol.

Dalam beberapa menit kedua orangtua Baekhyun kembali masuk, Baekhyun tertunduk lesu. Jika bukan karena pertemuan, maka Baekhyun tidak akan menjadi seperti ini.

"Kau ingin yang terbaik untuknya, maka biarkan dia melakukan hubungan telarang seperti itu."

"Tapi, aku tetap saja membenci hubungan telarang yang mereka buat."

"Yeobo, biarkan saja, ini demi Baekhyun, demi anak kita. Biarkan dia mendapatkan apa yang ia inginkan untuk sisa-sisa hidupnya. Biarkan dia mendapatkan yang menurutnya berharga, meski ia harus melepasnya suatu saat nanti."

"Tapi-"

"Apa kau masih ingin menentang sesuatu demi kebaikan anak sendiri?"

"Baiklah, namun aku tidak akan menerima resiko."

Nyonya Byun mendekat ke arah Baekhyun, "Terserah padamu, kami.... mendukung yang terbaik," ucapnya dengan senyuman ramah yang Nyonya Byun miliki.

Ah, bukan ini yang Baekhyun inginkan. Jika eomma nya tidak menyukai hubungan Baekhyun dan Chanyeol berlanjut, tidak apa. Baekhyun tidak akan melanjutkan hubungan dekat mereka, bahkan jika Baekhyun melanjutkan pun, ia tahu apa resikonya.

Resiko terbesar adalah, Park Chanyeol akan merasa sangat kehilangan.

Ah, tapi tidak mungkin. Baekhyun tidak dapat membuat kepastian tentang itu.

"Kapan aku pulang?"

"Hari ini, sekarang juga jika kau mau, kondisimu sudah mulai membaik," ucap Tuan Byun, "Besok, bersenang-senang lah, eomma dan appa akan membiarkan mu melakukan apa yang kau inginkan mulai besok."

Baekhyun merasa hatinya terenyuh, "Terimakasih," dan hanya itu yang bisa ia ucapkan, tidak lebih.

===

"Baekhyunie, kau ingin jalan-jalan?" Baekhyun menatap laki-laki tinggi yang berada di sampingnya. Sejak Chanyeol dekat dengannya, dirinya menjadi lebih aman dan bahagia.

"Terserah denganmu, kita kemana?"

"Bagaimana jika kita menuju taman hiburan? Ku dengar ada pertunjukan kembang api untuk malam nanti," Baekhyun mengangguk dan tersenyum manis menghadap Chanyeol.

Cup!

Chanyeol dengan sengaja menempelkan bibirnya dengan Baekhyun dengan singkat. Baekhyun mendelik terkejut. Bagaimana jika murid lain melihat? Bagaimana jika para guru melihat?

"Tidak ada yang melihat, tenang saja," ucap Chanyeol lalu mengerling ke arah Baekhyun, dan mendapat hadiah dari Baekhyun, "Akh!"

Sebuah jitakan yang cukup keras.

"Kau membuatku hampir mati, Yeollie!"

"Mianhae, Baekhyuniee," ucap Chanyeol.

Rasanya Chanyeol ingin mengucapkan bagaimana perasaannya sekarang, namun lidahnya sangat sulit untuk berucap dan bibirnya seperti lem yang sangat lengket, membuat kedua bibirnya tidak bisa terbuka.

"Ada yang ingin kau ucapkan?" Chanyeol meneguk ludahnya, ingin mengangguk namun yang keluar sebuah gelengan kecil, "Baik, aku harus pergi, kelasku menunggu, sampai jumpa pulang nanti."

Baekhyun berlari menjauh dari Chanyeol. Chanyeol terdiam dan bergumam, sebuah gumaman yang menjalarkan perasannya.

"Aku menyukaimu."


Ciat, gatau nulis apa, hehe, moga-mogahan aja nyambung deh wkwk, untuk bab selanjutnya aku mungkin punlishnya kamis ya, soalnya besok ada tanding, dan rabu ada acara dari pagi. Kalo sempet nanti rabu malem aku publish.

Tbc

Edited: Monday, 19 June 2017

Missing You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang