Keadaan sekolah hari ini nampak baik, sama seperti hari biasa. Tidak ada yang merasakan ke khawatiran untuk bertemu dengan seseorang, namun pasti tentu ada beberapa orang.
Byun Baekhyun, kini ia duduk, menatap makan siang yang sedikit. Ia sama sekali tidak berniat untuk memakannya sedikit pun. Jika ia berniat, ia juga tidak akan mengambil makanan dengan porsi besar.
"Baek, apa yang kau lihat?" Baekhyun menghiraukan ucapan sahabat yang berada di hadapannya, "Kau hanya melihat beberapa butir nasi, dan sekarang kau melamun? Memangnya nasi kau sangat menarik, hingga kau tidak memakannya?"
Baekhyun menaruh sumpit nya di samping nampan yang berisi makanan. Ah, Baekhyun tidak kesal dengan ucapan sahabatnya, hanya saja otaknya mengucapkan sesuatu yang menurutnya sangat penting untuk diucapkan kepada seseorang.
"Aku harus pergi," setelah itu mengambil nampannya dan pergi.
"Yak! Kau marah?!" sahabat nya hanya berteriak, setelah kepergian Baekhyun, ia mendengus sebal, "Apa ucapanku salah?" kemudian mengunyah semua makanan yang berada dalam mulutnya yang kini penuh.
===
Baekhyun menatap Chanyeol yang sedang berlari mengelilingi lapangan. Entah apa yang dilakukan oleh pemuda itu, mengelilingi lapangan dengan kaki panjangnya? Heol! Bukankah itu berarti Park Chanyeol sedang mendapat hukuman?
Tapi, mana mungkin seorang Park dapat dikenai hukuman? Park Chanyeol adalah anak berbakti pada guru, meskipun terkadang sangat menjengkelkan.
"!!"
Oh tidak! Ini bukan waktu yang pas untuk menghadap pada Chanyeol. Baekhyun berlari menuju toilet. Entah toilet mana, ia lebih mementingkan agar Chanyeol tidak melihatnya.
"Sial!" umpatan yang begitu kecil, membuat Baekhyun lemah untuk berlari untuk masuk ke salah satu bilik toilet, "Darah sialan!"
Darah mengucur dengan deras menuju seragam yang Baekhyun kenakan, menyisakan beberapa bercak darah yang terlihat berwarna merah kental.
Ia mengambil ponsel dari saku celananya, menelpon seseorang. Tentu saja ia harus melakukan hal tersebut jika nyawanya masih ingin tinggal dalam tubuh.
"Tolong aku!"
"Aku berada dalam toilet, disalah satu bilik."
"A-aku membutuhkan kau, sekarang!"
"T-tolong, Dokter."
Setelah itu yang ia lihat hanyalah kegelapan. Kegelapan yang kini menyelimuti dirinya.
===
"Byun Baekhyun!"
"Baekhyuniee, kumohon bertahanlah!"
"Tidak, jangan tinggalkan aku!!"
"Jangan tutup kedua mata kau!"
"Baekhyun!"
Baekhyun tersadar dari tidurnya yang cukup panjang. Semua badannya kaku, tidak bisa ia gerakkan. Kakinya serasa mati rasa, begitu pun dengan anggota tubuh lainnya. Hanya mata, yang dapat melihat, hidung yang dapat menghirup dan menghembuskan, bibir yang bergerak dan juga telinga yang dapat mendengar.
Samar-samar ia melihat cahaya, cahaya yang berada di hadapannya, bahkan ia bisa merasakan tubuhnya kini terbaring lemas tidak berdaya. Sangat susah untuk menggerakkan jari-jari mungil miliknya.
"Kau sadar?" pemandangan yang ia lihat pertama kali begitu indah. Sangat indah, membuat hatinya damai, "Kenapa kau tidak mengatakan hal ini kepadaku?"
"C-chanie?"
"Apa, Sayang? Aku ada di sini, aku bersama dengan kau," ucap Chanyeol. Kedua orangtua Baekhyun hanya menatap Baekhyun dengan tatapan sedihnya, tidak tega melihat anaknya yang sudah memasuki masa-masa paling parah, berujung pada kematian.
Nyonya Byun menangis dalam dekapan Tuan Byun. Chanyeol menggenggam erat tangan kanan Baekhyun, sedangkan Baekhyun hanya bisa tersenyum memandang Chanyeol. Namun, hatinya yang sakit tidak bisa ia tahan.
Air matanya jatuh, melihat Chanyeol menangis sembari menggengam, sesekali mengecup tangan mungil yang menyatu dengan tubuh serapuh kristal.
"C-chanyeol."
"A-aku," Baekhyun tidak bisa berucap, bibirnya ikut tertahan, "A-aku juga... mencintaimu."
Akhirnya!
Ucapan yang Baekhyun ingin ucapkan beberapa hari terakhir, membuat dirinya begitu tenang. Beberapa hari terakhir? Tentu saja Baekhyun sudah membuka matanya tiga hari setelah hari itu.
Hari dimana ia ingin mengatakan yang sejujurnya kepada Chanyeol. Namun, yang terjadi adalah hal sebaliknya.
Dirinya ditemukan pingsan dengan darah yang terus mengalir dari lubang hidungnya. Ia ditemukan oleh Chanyeol.
Tepat dimana setelah Baekhyun menyadari darah keluar, Baekhyun berlari, Chanyeol yang melihat Baekhyun berlari, mengikutinya.
"A-aku juga mencintaimu, sayang," Chanyeol teriris, hatinya teriris begitu saja. Mendengar seseorang yang ia cintai mengucapkannya dengan nada parau, "Maaf, aku tidak menjagamu."
"Tidak," nada suaranya terpotong dengan napasnya yang ia hembuskan, "Ini bukan salahmu, ini salahku."
Chanyeol menaruh genggaman kedua tangan itu pada pipi sebelah kanannya, berusaha menyemangati Baekhyun, meskipun itu terlihat sia-sia.
Beberapa perawat dan seorang dokter masuk ke dalam ruang rawat inap Baekhyun. Sang Dokter tersenyum, dengan beberapa perawat yang memeriksa semua kebutuhan Baekhyun.
"Baekhyun, aku ingin mengucapkan hal ini kepadamu," Dokter memberikan sebuah surat pada kedua orangtua marga Byun, "Waktu mu tinggal 64 jam lagi untuk di operasi, kami akan melakukan semuanya dengan baik."
"Semoga operasimu nanti membuahkan hasil, saya permisi."
Semoga semua menjadi seperti apa yang aku harapkan.
Ku tak tahu apa yang ku tulis, aku bukan dokter dan jarang baca atau nonton orang-orang yang berpenyakitan kayak fanfic ini, jadi harap maklum ya kalo misalkan aneh.
TBC
Edited: Thursday, 22 June 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You ✔
Short StorySemua orang ingin memiliki cinta, bahkan terkadang merasa harus saling memiliki. Namun, bagaimana jika dua laki-laki bernama Park Chanyeol dan Byun Baekhyun harus mengalami takdir yang mempermainkan kisah cinta mereka? [REVISI SELESAI] WARNING!! BO...