Chapter I

253 70 78
                                    


Tampak empat gadis remaja berseragam putih abu - abu ciri khas anak SMA tengah berlari dengan tergesa - gesa melintasi gerbang sekolah SMA BANGSA sembari merapikan pakaian dan rambut mereka yang sedikit berantakan akibat terus berlarian dari gerbang sekolah.

Keempat siswi tersebut tiba di lantai dua bangunan sekolah dengan sedikit berantakan.

Langkah mereka perlahan melambat saat hampir mencapai ruang kelas yang mereka tuju.

IPA XI-1

Kelas sebelas IPA yang terletak disebelah timur bangunan sekolah SMA BANGSA.

Kelas tersebut sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar.

Disana, tepat di depan papan tulis putih berdiri seorang guru dengan tubuh ramping berkacamata bulat sedang menuliskan kisah - kisah sejarah yang cukup membosankan, setidaknya begitulah tanggapan para murid tentang pelajaran sejarah.

Mereka saling melempar pandangan satu sama lain seolah - olah hanya dengan saling memandang mereka dapat membaca pikiran masing - masing.

Siswi bernametag Renata Adriwijaya tampak jengah dengan kelakukan Tiga siswi lainnya lalu memutuskan memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Bu Dewi ada didalam" kata Renata Adriwijaya atau lebih akrab disapa Rena.

"Mending kita ke kantin sampai jam Bu Dewi selesai" tutur siswi berpenampilan Tomboy dengan pakaian sekolah jangkis dan lengan seragam yang sengaja digulung.

Penuturan siswi tomboy tersebut sontak membuat ketiga siswi lainnya melongo tidak percaya.

"Gila. Itu sama saja kita membolos" pekik siswa bertubuh mungil.

"Daripada dihukum, emang lo mau?? Gue sih ogah!!". Timpal si siswa tomboy atau lebih akrab disapa Flori.

"Udahlah, kita masuk aja dulu. Siapa tau Bu Dewi lagi baik ngijinin kita masuk" Ucap Gladis untuk menengahi ketiganya.

Tiga diantara mereka mengangguk sepakat yang membuat salah satu diantaranya mendesah pasrah.

Flori.

Gadis yang dengan berat hati harus mengalah.

Dia akan lebih baik memilih menuju kantin daripada harus mengikuti pelajaran sejarah yang amat sangat membosankan bagi dirinya.

Gadis itu dengan berat hati mengikuti langkah ketiga siswi didepannya menuju ambang pintu kelas untuk mengucapkan salam secara bersamaan.

Bu Dewi menghentikan aktivitasnya sejenak setelah mendengar salam dari arah pintu kelas.

Dia mendapati Rena, Gladis, Flori dan Della yang tengah berdiri diambang pintu kelas dengan nafas yang naik turun seperti orang yang habis lomba lari marathon.

Bu Dewi menghampiri mereka berempat diiringi dengan pelototan tajam dimatanya yang menandakan,

Tamaltlah riwayat kita. Pikir keempat siswi tersebut

"Kalian terlambat lagi?!!" Tanya Bu Dewi dengan nada lembut yang begitu mengerikan ditelinga mereka.

"Maaf Bu, tadi di jalan macet".

"Tentu saja macet. Ini sudah jam berapa?? Kalian terlambat 15 menit. Harusnya kalian berangkat lebih awal. Kalian'kan tahu bagaimana macetnya jakarta..." ada jeda sejenak sebelum Bu Dewi melanjutkan perkataannya, ia melirik keempat siswi dihadapannya ini sebelum terdengar dengusan pelan dari kedua bibir tebal nan merah miliknya.

"Sudahlah, lebih baik kalian keluar, kalian baru bisa masuk jika jam pelajaran saya selesai". Sambungnya.

Baru saja Gladis ingin membantah tapi perkataannya lebih dulu dipotong oleh Bu Dewi dengan cepat "Jika kalian masih membantah, saya akan menjemur kalian ditengah lapangan"

[1] SECRET MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang