Setelah mendapat kebenaran kalau dia adalah Rio, Ella menjadi murung. Pikirannya berkelana memikirkan Rio, banyak pertanyaan di benak Ella.
Jadi bener dia Rio?kenapa dia kek gitu? Haha
Gampang banget ya?
Kok dia kek ga kenal gue?
Lupa ingatan kali ya dia kek di drama-drama, ntar gue nyoba bantuin dia biar inget. No no so cheesy ew!
Terus kenapa?kenapa dia ga inget gue?kenapa cuek?
Apa karena...
"Ah bodo!bodo!bodo! Ga peduli!!!" Seru Ella.
"Aaaaaa!!!!" Teriak Ella frutasi sambil menutupi kepalanya dengan bantal pink kesayangannya. Hingga Ella pun tertidur hingga pagi.
···
Esok paginya Ella pun berangkat sekolah seperti biasa dan mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Saat mata pelajaran matematika, seperti biasa Ella bermain hp dengan di tutupi tempat pensil ajaibnya. Tempat pensil Ella merupakan tempat pensil magnet berukuran besar sehingga hp-nya tidak akan terlihat dari depan, Ella hanya sekedar melihat aplikasi musik di hapenya dan memakasi earphone-nya. Pikiran Ella menghilang entah kemana, dia melamun sambil mengunyah permen karet dengan santainya tanpa peduli pak Emon mengajar di depan kelas.
"Lo napa?mellow gini?menjijikan," ucap Qila yang tak di hiraukan Ella. Qila pun menyikut Ella, "Wey!!kuping apa riting?" Hingga akhirnya Ella terkaget.
"Iya pak?!" Seru Ella.
Kelas yang hening pun membuat seruan Ella terdengar keras, ini membuat teman sekelasnya mengernyit bingung dan tak lama tawa pun pecah.
"Ada apa Ella?" Tanya pak Emon, terlihat kalau Qila menepuk jidatnya serta Yola, Tita, dan Rina yang menahan tawanya.
"E-eh gapapa pak," jawab Ella.
"Kamu mau mengerjakan soal di depan?"
"Eung...gimana ya pak..."
"Cepat maju dan kerjakan soal di depan." Ucap pak Emon tak terbantahkan, Ella pun melirik Qila seakan menuduh kalau Qila yang membuat dirinya seperti ini.
Salah sendiri gue panggil pake ngebudeg, ucap Qila tanpa suara. Ella pun segera maju ke depan kelas, mukanya cengo melihat kumpulan angka-angka di papan tulis. Ella kebelet seketika, teman sekelasnya ada yang menahan tawa ada juga yang menatap prihatin. Sedangkan pak Emon menatap Ella dengan tatapan serius.
"Ehm pak, saya gabisa ngerjain ini," ucap pak Emon.
"Terus?" Tanya pak Emon.
"Hm anu pak, mending saya balik duduk lagi aja pak,"
"Hm menurut kamu begitu?"
"I-iya pak,"
"Gimana kalau kamu keluar saja?"
"Yah pak, kok gitu?"
"Melawan ya?"
"Oh gak kok pak hehe yaudah saya pamit ya pak, awas kangen ya pak,"
"Keluar sekarang,"
"Ya pak, Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab anak lain serentak begitu pula pak Emon yang menjawab salam sambil menggelengkan kepalanya.
···
Ella berjalan sendiri, menyusuri lorong sepi. Dia melewati kelas XI A6 dan langsung menjinjitkan kaki kecilnya untuk mengintip Rio. Matanya berkelana diam-diam agar tidak ketahuan, di sana Rio sedang bercanda dengan teman sebangkunya. Tawa Rio membuat Ella tersenyum perih, terpaku seolah merekam tawa yang di lakukan Rio. Tak mau berlama-lama, Ella pun menuju kantin karena di saat seperti ini makanan adalah yang paling mengerti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERIELOVE
Roman pour AdolescentsKetika cinta dan waktu mempermainkan kita, ego memenangi intuisi kita. Ketika kamu pergi dan kemudian datang, ketika semua terlambat, ketika rasa yang terpendam mulai membuncah. Kita di permainkan oleh roda kehidupan, akan kah kita menang?mendapatka...