Bab Tujuh

172K 9.7K 358
                                    


Dua hari setelah kejadian malam itu, Kenzo dan Rere tidak berkomunikasi kembali. Kenzo selalu pulang lewat tengah malam dan Rere tak tahu apa yang dikerjakan pria itu hingga pulang begitu larut. Mungkin saja Kenzo menghabiskan malam dengan wanita lain? Setiap pemikiran itu terlintas di benaknya. Rere menjadi gelisah.

Dia tahu jika pernikahan ini tidak begitu penting, baik bagi Kenzo maupun dirinya. Tapi walau begitu, bisakah Kenzo menahan diri untuk tidak mendekati wanita lain selama mereka masih menjalin hubungan pernikahan? Dia tak mau pria itu berselingkuh. Dia tak rela jika pernikahan yang tak begitu ia inginkan ini dibumbui dengan adanya pihak ketiga. Itu menyakitkan.

Di meja makan, Rere mengerjakan laporan pemasukan dan pengeluaran yang belum ia rampungkan. Menginput data dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Dilirik jam yang menggantung di dinding ruang tamu yang bisa ia lihat dari tempatnya duduk.

Sudah pukul satu malam tapi Kenzo belum pulang dan dia juga belum mengantuk. Disimpan pekerjaannya lalu mengetukan jemari di permukaan meja. Mengapa dia gelisah begini? Di mana pria itu?

"Ya ... besok gue ke sana."

Suara dari ruang tamu menariknya dari lamunan. Dilihatnya Kenzo yang baru memasukan ponsel ke dalam kantong jaket yang dikenakan pria itu. "Kamu belum tidur?" tanya Kenzo mendekati Rere.

Dia duduk di sebelah wanita itu yang langsung menggeser duduk dengan ekspresi takut. Melihat wajah Kenzo akan mengingatkan kejadian dua hari yang lalu. Rasa malu mulai menggerogotinya.

Kenzo sangat ingin tertawa melihat ekspresi lucu Rere. "Kamu nunggu aku?" tanyanya tanpa nada menggoda karena dia tak tega melakukan itu walaupun sangat ingin. Karena ekspresi takut Rere adalah kebahagiaan tak berbentuk bagi Kenzo.

"Nggak. Aku baru ngerjain laporan." Rere menunjuk laptopnya. Pria itu kemudian mengangguk dan melihat meja yang terdapat ayam dengan bumbu kecap.

"Aah ya ... aku mungkin bakal sibuk untuk seminggu ke depan. Jadi nggak perlu masak untuk aku." Kenzo memberitahu lalu memandang Rere.

Mengapa mereka sekarang seperti pasangan suami istri pada umumnya? Pria itu mengedip beberapa kali lalu berdiri. "Sana pergi. Aku mau tidur." Dia tak mau hubungan mereka membaik.

"Kamu sibuk apa?" tanya Rere penasaran.

"Urusan aku dan kamu nggak perlu tahu," ujar Kenzo kembali dingin.

Rere langsung cemberut. Namun kemudian dia sadar diri siapa dia bagi Kenzo. Mereka tak boleh ikut campur urusan satu sama lain. "Aku butuh daftar apa aja yang kamu suka dan kamu nggak suka. Termasuk yang kamu nggak boleh makan." Rere menyodorkan selembar kertas beserta pulpen kepada Kenzo sebelum pria itu masuk ke dalam kamar dan akan mengamuk jika diganggu.

"Besok saja," tolak Kenzo langsung berjalan ke kamarnya.

"Nanti kalau salah lagi, aku yang diamuk-amuk," gerutu Rere cukup Kenzo dengar. Pria itu berhenti lalu melihat Rere yang menggunakan kaos bergambar lebah dan berlengan panjang. Di bagian bawahnya, wanita itu menggunakan celana sepanjang mata kaki. Rambutnya digelung ke atas menampilkan lehernya yang putih san jenjang.

Senyum Kenzo terukir saat melihat tak ada garis bra di balik kaos berwarna putih itu. Wanita itu pasti tak mengenakannya. Sial. mengapa dia ingin mendekati wanita itu dan menggoda Rere?

Tak pedulikan larangan hatinya. Dia kemudian berjalan kembali ke arah Rere dan saat itu Rere merasa bahwa pantatnya tak menyentuh kerasnya kursi kayu lagi.

"Aah! Kenzo--"

"Kamu menggerutu. Itu salah satu hal yang aku tidak suka." Kenzo membekukan Rere.

We Are Your FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang