Martin

172 16 4
                                    


"Semua perubahanku bukan tanpa sebab. Seseorang menjadi penyebab perubahanku. Seseorang yang kukagumi sejak delapan tahun lalu."

***

Selasa, 5 April 2016.

Aku sedang berkelut dengan laptopku mengerjakan tugas yang sudah menumpuk. Mengutak-atik file yang tertera di layar, tak sengaja aku menemukan satu file berjudul "wawancara," ini pasti file milik Riri, adikku. Iseng, aku membuka file tersebut dan menemukan sebuah video, karena penasaran aku pun memutar video tersebut.

"Hal apa yang cuma bisa lo dapetin di sekolah?"

"Mmmm... apa ya? Nongski-nongski bareng temen kali ya."

"Hal apa yang cuma bisa gue dapetin di sekolah? Udah pasti bel istirahat dan bel pulang sekolah, heuh."

"Apa ya? Guru killer kali ya, eh guru sok ngartis juga ada tuh! Guru yang suka ngasih tugas segunung, pas dikumpulin cuma dikasih paraf. Yaela bu, pengen jadi artis tapi gak kesampean ya?"

"Kalo gue pribadi sih... nge-bully. HAHA."

"Geng war. Yuhuuuu."

"Ngerumpi. Yeay!"

"AYAM CABE IJO AA!"

"Hal yang cuma bisa gue dapetin di sekolah? Udah pasti lah pemandangan cewek-cewek bohay yang bajunya dikecilin, dan roknya span ketat abisss. Beuhhh manteb jiwa."

"Tidur nyenyak di jam pelajaran sejarah."

"FREE CLASS!"

"Hal apa yang cuma bisa gue dapetin di sekolah? Mmm... 'doi.' Ngeliatin doi."

"Mandangin cogan yang lagi main basket."

Aku tersenyum mendengar jawaban-jawaban dari siswa-siswi dalam video itu. Sejak 8 tahun yang lalu, para pelajar SMA belum banyak berubah. Semuanya masih tampak sama seperti di masaku dulu. Jika aku ditanya hal apa yang cuma bisa kudapatkan di sekolah, aku akan menjawab "cinta pertama."

Aku Keira Anala, gadis yang selalu pergi ke sekolah dengan rambut dikuncir satu dan lengan baju tergulung. Penampilanku liar seperti preman pasar yang suka memalak para pedagang. Aku bukan tipe cewek yang girly, melainkan boyish. Aku suka bermain basket dengan teman-teman lelakiku di sela jam istirahat. Aku suka tertidur di pelajaran sejarah. Aku sangat malas sehingga aku sering menjadi incaran guru killer. Aku sangat menyukai free class. Aku sangat menyukai suara bel istirahat dan bel pulang sekolah, kedua bel itu adalah hal yang paling kutunggu-tunggu, dan di saat pulang sekolah aku suka nongkrong bersama teman-teman.

Tapi aku yang sekarang sudah berubah, menjadi lebih baik dan menjadi lebih girly. Semua perubahanku bukan tanpa sebab. Seseorang menjadi penyebab perubahanku. Seseorang yang kukagumi sejak delapan tahun lalu.

8 tahun lalu

Pagi itu, tepat di sudut lapangan saat aku sedang bermain basket seorang lelaki menghantam tubuhku dengan amat keras― ralat, lelaki itu tak menghantam tapi dihantam. Tubuhnya jatuh dan buku-buku yang digenggamnya terlempar ke sembarang arah. Lelaki itu berusaha bangun sambil menaikkan kacamatanya yang melorot.

"Lo gak papa kan?" tanyaku. Lelaki itu tak menjawab, ia merapihkan buku-bukunya yang berserakan lalu berjalan menunduk keluar lapangan. Gila, dia bisu kali ya! batinku.

"Ayo Kei, lanjut!" teriak Ryu. Lalu kami kembali melanjutkan permainan basket yang sempat tertunda.

Keesokan harinya, di kantin aku bertemu lelaki yang sama. Lelaki itu memesan ayam cabe ijo buatan Aa yang memang merupakan menu andalan kantin sekolahku. Ia kemudian duduk menyendiri di bangku pojok, ditemani handphone yang tersambung dengan kabel earphone di telinganya.

Enggak ada selain di SEKOLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang