Sekolah

77 7 0
                                    

"Masa-masa di sekolah adalah masa-masa yang menyenangkan dan tidak boleh disia-siakan begitu saja."

*****

"Kak, tadi aku lihat teman-temanmu dateng kesekolah loh," lapor adikku, Angel, begitu menginjakkan kakinya kedalam rumah sepulang sekolah. Aku hanya menatapnya dengan alis terangkat seolah-olah mengatakan "memangnya apa urusannya denganku?" membuatnya mengedikkan bahu tak peduli. "Kak, kok kakak gak mau kesekolah lagi setelah UN?" tanyanya membuatku menoleh lagi kepadanya.

Tiga minggu yang lalu, saat aku masih sekolah, aku sering melihat kakak kelasku yang bermain di sekolah ketika mereka memiliki waktu luang. Aku bertanya-tanya dalam hati. Apa yang mereka cari di sekolah? Apa waktu luang mereka begitu banyak sehingga mereka sering muncul di sekolah? dan sampai sekarang aku masih belum menemukan jawaban yang tepat. Bahkan setelah aku hampir tamat. Kukira hanya kakak kelasku yang begitu kurang kerjaan sampai-sampai hampir setiap hari mampir ke sekolah hanya untuk menyapa guru-guru. Ternyata teman-teman seangkatanku juga sama. Mereka sering pergi kesekolah hanya untuk menyapa guru-guru dan itu terjadi hampir setiap hari. Setidaknya itulah yang aku tahu dari laporan adikku. Padahal mereka baru saja lepas dari sekolah tiga minggu. HANYA TIGA MINGGU. Tapi mereka selalu mengunjungi sekolah selepas UN.

Aneh! Itulah yang aku pikirkan. Saat mereka dipaksa pergi ke sekolah sebelum UN mereka merasa sangat malas. Namun sekarang, lihatlah hampir setiap hari mereka mengunjungi sekolah. Jujur saja aku heran apakah mereka tidak bosan mendatangi tempat yang sudah mereka habiskan selama hampir seumur hidup mereka. Atau memang ada sesuatu yang menarik disana. Aku tidak tahu. Hanya satu hal yang kutahu. Aku sudah bosan kesekolah. Sudah lima belas tahun lamanya aku berada di sekolah, hanya satu hal yang kurasakan. BOSAN. Hanya itu. Tidak ada lagi yang lain.

"Kak, kakak dengerin aku gak sih? Kenapa kakak gak pernah pergi ke sekolah setelah UN?" ulangnya lagi dengan tidak sabaran.

Aku menghembuskan nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan yang sudah sering dilontarkan olehnya ketika melihat teman-teman seangkatanku bermain kesekolah selepas UN. "Memangnya buat apa aku ke sekolah lagi? Memang di sekolah ada apaan? Apa untungnya juga aku pergi kesekolah?" cecarku tanpa menjawab pertanyaannya membuatnya mengerutkan kening karena bingung. Sebelumnya ia sudah sering mengatakan hal-hal seperti ini padaku dan hanya kutanggapi dengan gumaman tidak jelas atau aku dengan sengaja membelokkan topik. Namun karena aku sudah capek ditanya terus seperti itu aku kembali mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus terngiang tanpa bisa kujawab. Dia hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Mungkin dia juga sama bingungnya denganku.

Apa yang begitu spesial dari sekolah sehingga membuat murid-murid yang sudah tamat suka bermain kembali kesekolah? Ada hal apa yang begitu menarik di sekolah?Atau mereka hanya ingin menyetorkan muka mereka tiap hari agar guru-guru selalu mengingat mereka?

Ah, sudahlah. Apa peduliku memang? Lebih baik aku mengerjakan sesuatu yang lebih penting daripada memikirkan hal-hal yang tidak penting seperti itu. Aku mulai mengalihkan fokusku pada pekerjaan yang sedari tadi aku tekuni. Mengedit gambar.

****************

Ting! Suara singkat yang menandakan ada pesan masuk.

"Ra, hape kamu bunyi," ucapku tanpa melihat hp siapa yang berbunyi. Sejujurnya aku tidak tahu hp siapa yang berbunyi itu, aku hanya asal bilang saja. Di rumah hanya ada aku dan Ra, kakakku, jadi kalau dia marah-marah berarti itu hpku yang berbunyi.

"Woi! Taik kamu! Hp kamu ini. Setan. Hp aku gak bunyi sama sekali. Buat orang capek aja pun," omelnya membuatku melongo. Apa katanya tadi? Capek? Capek? Wah... gila nih anak. Cuma jalan beberapa langkah doang capek. Udah geser ya otaknya? Apa tadi waktu dari kamar keruang tamu dia kejedot?

Enggak ada selain di SEKOLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang