Bab 5 (Habis terang terbitlah gelap)

46 8 0
                                    

." NING MORNING KAWAN KAWANNN,,!!!!!" sapaku ceria pada teman teman sekelasku.

"Dihh,, kenapa tumben ceria gini Riel,,??" tanya Dana salah satu teman kelasku.

"Kakak Gue PULANGGGG,,,,!!!!!" kataku dengan muka berseri seri.

"Wiihhhh,,, oleh oleh nihh,,!!" mereka serempak meminta oleh oleh, tak terkecuali Dhea. Kini dia menatapku dengan wajah berseri dan alis di naik turunkan.

"Enggak ada oleh oleh guyss,, sorry" memang Kak Eliss tak membawakan oleh oleh untuk mereka, namun tetap ada jatah untukku dan Dhea.

Terlihat wajah wajah kusut kembali berserakan. Tak ada lagi senyum yang menghiasi wajah mereka. Yang ada hanyalah helaan nafas dan desahan kecewa dari mulut mereka.

"TAPIIII,,,, KITA MAKAN MAKAN PULANG SEKOLAAHHH,,,,,,, SEMUA HARUS DATENG KE RUMAH GUA YAAKKK,,,,?????" seketika suasana kembali berubah dengan kebahagiaan.

Inilah yang aku sukai dari kelasku, mereka selalu kompak dan tak pernah ada yang membuat geng geng atau apalah itu. Meskipun ada yang bersahabat dekat, namun mereka tetap mau bersahabat dengan lainnya.

"Dhe,, sini sini,," aku mengajak Dhea untuk mendekat ke arahku dan menariknya ke Taman.

"Dhea,, Kak Eliss pulangg,, ahh gue seneng banget dehhh,," ku peluk Dhea kugoyang goyangkan kekanan dan kekiri badannya.

"Iihhhh,, udah dong Riielll, gak bisa nafas nih guee,,!".

"Eh,,?? Hehehehe :D".

"Duduk di sana yuk,," Dhea menunjuk kursi taman tempat yang biasanya ku datangi setiap saat.

Kudaratkan tubuhku di bangku taman tersebut, "Emmm, tapi Dhe,, Tian kemana ya,,? Kok dia gak ada kabar sama sekali sih,,? Apa dia sakit ya,,? Dia juga nggak masuk sekolah,,!".

Ada apa ini,? Kenapa wajah Dhea selalu berubah saat aku menanyakan soal Tian.

"Ada apa sih Dhe,,?? Setiap gue tanya tentang Tian wajah lo selalu aja gitu,," ujarku dengan nada manja.

"Udah nggak usah ngomongin dia,, nggak penting," katanya dengan cuek bebek lalu melangkah meninggalkanku sendirian disini.

Baru saja aku rasakan bahagia karena Kak Eliss pulang ke rumah. Tapi kini semua kembali seperti kemarin suram dan penuh tanya. Aku masih belum tau kenapa Tian bagai hilang di telan bumi, aku juga tak tau kenapa Dhea selalu saja cuek bebek saat aku bertanya soal Tian.

Aku berjalan cepat ke kelasku, sekarang adalah jam pelajaran Bu Ika, wali kelasku.

Perlahan ku buka pintu kelas yang tertutup dan bernafas lega ketika mengetahui bahwa Bu Ika belum masuk kelasku.

Aku duduk di samping Dhea yang sedang menyembunyikan kepalanya diantara kedua tangan yang dilipat. Dia kelihatan sangat frustasi, kutepuk pundaknya dan berkata.

"Dhe, lo harus tetep cerita apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun sebenernya itu pahit."

Dan kulihat Dhea hanya mengangguk dan menegakkan tubuhnya. Tak lama setelah itu Bu Ika masuk kedalam kelas membawakan kabar mengerikan. TES DADAKAN.

Bel pergantian pelajaran berbunyi, Bu Ika sudah siap untuk keluar dari kelasnya par zombie ini, semua teman teman sekelasku mendadak tak bernyawa saat mendengar kata TES DADAKAN Hehhehe.

Namun sebelum Bu Ika benar benar keluar, aku mengangkat tanganku.

"Bu, apa ibu tau kabar Tian,? Sudah beberapa hari ini Tian tidak masuk sekolah bu,!".

"Ibu juga tidak tau," begitu singkat padat dan tidak jelas. Huuhh, Tiaan kamu dimana sih,?

Bel pulang sekolah adalah suara termerdu yang paling di sukai anak seisi sekolahku.

The MAIN of LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang