Bab 7 (Alasan)

19 6 0
                                    


Ariel's Pov

"OK, hari ini gue harus masuk sekolah. Masa bodo kalau ada Tian,! Yang penting gue bisa pinter dan bisa ngerjain ujian bulan depan."

Ku ambil tasku dan bergegas turun menuju meja makan. Terlihat Mama, Papa, dan kak Ellis sedang duduk sambil berbincang bincang. Jangan dianggap keuargaku hanya diam saja ketika aku mengrung diri di kamar. Kalian tau,? Bahkan setiap jam kak Ellis selalu mengedor gedor pintu kamarku, namun hanya ku biarkan hehehe.

"CIEEE~ udah mau keluar kamar~. Udah nggak galau lagi,?" kata mama dengan nada menjengkelkannnya.

"Aduh dekk,, kamu itu baru pertama pacaran aja udah baper banget. Jangan terlalu di bawa hati kali dek, kalau putus galaunya kan jadi kebangetan." Uh~ ini satu lagi. Kenapa nggak balik ke New York aja sih ni anak,,?

*Nanti kalau balik kamu kangen lagi riel,?

*iya juga ya, hehehe

*nah kan udah ikutin aja ceritanya

"Semerdekamu lah kak, ledek aja teroosss" ujarku kesal. Orang ini memang tak bisa merubah sifatnya. Like mother like daughter, emang emak ama anak sama aja, bikin darah tinggi.

Ku ambil sepitong roti yang telah dilapisi selai kacang dari tangan kak Ellis tapa babibubebo.

"Dek, itu kan punya gue,, lo bisa bikin sendiri kan,?" aku mengbaikan kekesalannya dan berpamitan dengan mama dan papa. "Ma, Pa berangkat dulu Assalamualaikum" ujarku sambil mencium tangan kedua orang tuaku dengan kilat. Sebelum macan betina itu menerkamnya.

Aku mengendarai sepedhaku dengan semangat, aku berangkat sendirian karna Dhea tak tahu bahwa aku akan masuk sekolah hari ini. Cuaca hari ini begitu cerah, seakan mendukungku untuk move on dari Tian.

Ku parkirkan sepedhaku di tempat biasa. Dan kulangkahkan kakiku sambil bersenandung riang. Sekarang aku tepat di depan kelasku, aku menguatkan hatiku untuk tetap masuk hingga seseorang menepuk pundakku.

Badanku terlonjak kaget karena sentuhan itu. Perlahan tapi pasti ku balikkan tubuhku, karna posisi kepalaku sekarang menunduk aku hanya bisa melihat sepatu sekolah berwarna hitam yang tak asing di mataku.

Jantungku berdetak kencang hingga membuat dadaku bergemuruh. 'jangan dia jangan dia' hatiku berkomat kamit sambil tak berhenti berharap bahwa itu bukan dia.

Karena rasa penasaranku, kudongakkan kepalaku hingga aku melihat mata itu. Mata coklat cerah yang pernah memandangku dengan penuh kasih, mata yang pernah membuatku jatuh cinta. Mata yang membuat hatiku berbunga lalu mengahncurkannya.

Segera kupalingkan kepalaku kesamping kanan, aku tak mau jatuh lagi dalam pesonanya. Aku harus MOVE ON, HARUS. Iya, dia Tian. Cinta pertamaku, orang yang pertama kali mengajarkan apa itu cinta. Orang yang membuatku terbang lalu menjatuhkanku.

Aku tak mau terlihat lemah dihadapannya, aku berusaha menahan tangisku. Melihatnya sama saja dengan melihat kebelakang, disaat dia mencium kening seorang gadis dengan penuh kasih sayang, saat aku masih menyandang status sebagai pacarnya. Ku tahan sekuat tenaga agar air mata ini tak jatuh kembali. Tanpa babibu aku melangkah masuk kedalam kelas.

Ku banting badanku, lalu aku membuka buku tebal yang ada di dalam tasku. Aku bukan membaca bukunya, tapi memanfaatkan buku tebal itu untuk menutupi wajahku, yang ada setitik air mata disana. Aku tak mau orang lain iba kepadaku hanya karna setitik air itu. Aku harus kuat, aku perempuan. Tapi perempuan diciptakan bukan untuk terlihat lemah.

Segera kuhapus air mataku ketika melihat Dhea masuk ke dalam kelas sambil menenteng tas pink kesukaannya. Kulihat Dhea terperangah melihatku, "Eh,Ehhhhh ratu galau udah masuk aja." Ucapnya sambil menempatkan tubuhnya di sampingku. "Ellaah,, diejek lagii,, terusin aja buukk teroooss, gak usah pakek berhentii."

The MAIN of LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang