Younghee mengutuki dirinya sendiri. Jam sekolah telah berakhir sejak dua jam yang lalu, namun hujan masih saja turun dengan deras.
Apalagi alasannya mengutuki diri sendiri, selain karena dirinya tidak membawa payung.
"Seharusnya aku mendengar perkataan oppa. Aish, tapi sekarang sudah terlambat," sesal Younghee.
Ia melirik ke segala tempat, mencari keberadaan sesosok manusia, yang setidaknya sedang terkena sial sepertinya. Namun tak ada seorang pun di sana. Younghee menghela nafasnya pasrah.
Terbesit di benaknya, sebuah bayangan di mana ia harus--dengan terpaksa--tinggal di sekolah hingga hujan berhenti. Menunggu hingga seseorang di rumahnya menyadari bahwa ia belum pulang.
Walau ia ingin menelepon pun, ponselnya telah kehabisan baterai.
Intensitas turunnya hujan sudah tak selebat tadi. Younghee memeluk tasnya, bersiap untuk berlari menerobos hujan.
"Sekarang atau tidak sama sekali!" Begitulah prinsip yang diterapkan oleh Younghee.
Sebuah tangan yang hangat menahan pergelangan tangannya. Younghee memandang si penahannya, yang ternyata seorang namja dengan rambut panjang yang diikat.
"Hai. Apakah kau ingin berjalan di bawah payung bersamaku? Hujan dapat membuatmu sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN DRABBLE [Discontinued]
Short StorySEVENTEEN as themselves Reader(s) as Park Younghee Setiap drabble tidak memiliki sangkut paut apapun. ©2016 by apollost