Laut, Lenta, Kiera, Viona dan Galih tengah asik dengan pembahasan mengenai Universitas yang akan mereka jadikan sebagai jalan menuju masa depan. Saat ini, mereka tengah berada di kantin sekolah, baru beberapa jam yang lalu mereka mendapatkan hasil dari pendidikan yang mereka jalani di masa SMA.
Laut memperhatikan Lenta yang sibuk dengan makanannya sembari mendengarkan celoteh Kiera yang berencana untuk masuk Universitas Indonesia dengan Fakultas Hukum, dari awal ia memang berminat untuk menjadi pengacara.
"Lo kalau jadi pengacara jangan duitnya doang yang dicari, tapi ngebela yang bener." Viona menasehati. Kiera hanya manggut-manggut mengerti.
"Gue mah nanti kalau udah lulus kuliah mau jadi suaminya Lenta aja deh." Galih menatap Lenta yang sekarang menatap dirinya dengan ekspresi super polos yang dimilikinya dengan sendok yang masih berada di udara karena ia berniat memasukkan sendok beserta isinya yang berupa mie itu pada mulutnya. "Ngelihatinnya biasa aja kali, Len."Galih jadi ngeri sendiri mendapat tatapan polos dari Lenta.
Lenta menggelengkan kepalanya tak perduli ia kembali sibuk pada mie ayamnya. "Len, gue sayang sama lo." Lenta yang tengah menunduk langsung mengadahkan kepalanya, menatap sumber suara yang kini juga menatapnya dengan wajah super datar yang ia miliki. Viona, Kiera juga Galih ikut menatap si sumber suara yang tak lain dan tak bukan adalah Laut.
"Laut, lo nggak lagi bercanda kan?" Pertanyaan Kiera cukup mewakili Lenta yang masih shock, ia masih menatap wajah datar Laut.
"Apaan sih Ki. Gue kalau masalah perasaan mana pernah bercanda." Sungut Laut. Ia kembali menatap Lenta yang masih diam. "Len, lo denger gue ngomong kan?" Laut kembali berbicara pada Lenta.
Lenta mengerjap, ia mengangguk dengan ragu. "Ya, gue sayang sama lo. Tapi..."
"Oke, kalau gitu kita jadian mulai sekarang." Laut tak mau perduli apa yang akan diucapkan Lenta selanjutnya, yang pasti ia sudah tahu bagaimana perasaan Lenta terhadapnya itu sudah cukup.
Pletak! Sebuah jitakan mendarat manis di kepala Laut dan itu diberikan oleh Galih yang menatap tajam sahabatnya itu. "Lo kalau mau nembak cewek romantis dikit kek, jangan pake pemaksaan gitu." Omel Galih, Laut mengedikkan bahunya tak perduli.
"Udah-udah. Kalau itu emang maunya Laut, yaudah gue nggak masalah kok." Lenta melerai sebelum adanya pertarungan diantara dua pria yang bersahabat sejak berada di dalam kandungan itu.
"Demi apapun, gue baru kali ini lihat Laut nembak cewek, udah gitu nggak ada romantisnya lagi." Kiera angkat bicara yang diamini oleh Viona.
"Asal lo berdua tahu, padahal semalem gue udah nyuruh dia nembak Lenta dengan cara romantis minimal nggak pake pemaksaan kaya tadi, tahunya..." Galih mencibir, sementara Lenta hanya terkekeh geli.
"Udah nggak pa-pa. Nggak perlu cara romantis kok, lagian Laut nggak maksa gue buat jadi pacarnya." Oke. Lenta mulai membela Laut, Laut yang dibela mengembangkan senyum kemenangannya di depan Galih.
"Kalian lihat kan? Gue nggak maksa dia buat jadi cewek gue." Laut bangkit dari duduknya. "Balik yuk. Gue mau ketemu sama Bayu." Laut mengajak Lenta.
"Duluan aja. Gue bareng sama anak-anak." Jawab Lenta. Laut mengangguk dan setelah berpamitan ia langsung melesat meninggalkan kantin sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
RomanceMohon Maaf cerita ini akan dihapus untuk diperbaiki secara penulisannya. Jadi nanti akan di publish kembali setelah rapi semuanya. terima kasih :) ---------------------- Lenta harus menahan rasa rindunya pada Laut yang kuliah di Bandung dan ia di Ja...