LDR 13

33.7K 1.5K 86
                                    

Lenta dan Laut kembali ke Rumah Sakit setelah membicarakan masalah mereka. Laut juga berjanji untuk menjauhi Kei meskipun Lenta tak memintanya. Keduanya saling bergandeng tangan menuju ruang rawat Laut. Tawa mengiringi langkah kaki mereka, bahkan saat ini tangan Laut menggenggam erat tangan Lenta, seolah ia memang tak ingin kehilangan Lenta dalam hidupnya.

Lenta sendiri merasa senang dengan perlakuan Laut kali ini, ia benar-benar merasa jika Laut sudah berubah dari Laut sebelumnya. Ia tahu, lusa Laut sudah kembali ke Bandung untuk mengikuti Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar di Universitasnya. Lenta mengerti jika itu berhubungan dengan kuliah Laut meskipun itu di luar akademik Laut.

Laut membuka pintu ruang rawat Laut, gelak tawa terdengar saat pintu itu terbuka. Laut dan Lenta mengucapkan salam, mereka menjawab dengan kompak. Orang-orang yang ada di ruangan masih sama seperti tadi, bedanya sekarang bertambah dengan kedua orang tua mereka.

"Kalian dari mana?" tanya Mudra saat Lenta dan Laut menyalami Mudra juga Alien. Tangan mereka sudah terlepas satu sama lain semenjak membuka pintu tadi.

"Biasa Yah, pengennya berduaan mulu kalau udah ketemu. Kakaknya sampe ditinggal gini." Langit meledek Lenta.

Lenta mendelik dan mencubit pinggang Langit dengan keras "Apa sih. Kakak aja sibuk sama Viona, masa aku sibuk sama Laut nggak boleh sih." Lenta mendengus kesal.

Semuanya tergelak mendengar Lenta. Rama hanya tertawa kecil. Ia berharap jika yang berada di samping Lenta saat ini adalah dia, bukan Laut. Sejak awal, dia memang tertarik dengan gadis itu, terlebih saat tadi ia bisa berbincang secara leluasa dengan Lenta, membuatnya semakin nyaman dan menguatkan hatinya untuk mendapatkan sedikit dari hati Lenta. Ia tak berharap seluruh hati gadis itu untuknya, karena ia sadar, Lenta hanya mencintai Laut.

Sudah pukul 19.30 WIB, jam besuk sudah berakhir. Teman-teman Lenta yang juga merangkap menjadi teman-teman Langit-pun berpamitan untuk pulang, begitupun dengan Viona. Laut masih berada di sana, masih asik bercengkrama dengan keluarga Lenta yang sudah dikenalnya sejak ia berstatus sebagai sahabat Lenta, kecuali Alien, ia baru mengenal beliau saat ia menghuni kost Alien.

"Ma, laper." Adu Lenta pada Alien saat dirasa perutnya berdangdutan ria.

"Kebetulan, tadi Mama beli nasi goreng. Tapi cuma sisa satu, karena tadi kan Laut nggak ada, jadi Mama nggak tahu deh kalau ada Laut juga." Alien mengeluarkan sebungkus nasi goreng dari dalam lemari yang ada di samping brankar Langit. Ia membawanya ke sofa yang ada di ujung ruangan. Meletakannya di atas meja. Alien kembali duduk di samping Langit.

"Nggak pa-pa Ma. Ini berdua sama Laut aja." Jawab Lenta saat membuka bungkusnya.

"Kaya kamu kenyang aja. Biasanya juga masih nambah." Laut memberantakkan rambut Lenta dengan jail. Keluarga Lenta tertawa kecil mendengar ungkapan Laut sementara Lenta mendelik ke arah Laut. Memangnya sebanyak itu apa makannya?

"Ma, Yah. Langit mau ngomong." Langit mulai serius. Membuat Lenta menyimak sambil memakan nasi gorengnya.

"Ngomong apa Sayang?" tanya Alien yang membelai lembut rambut Langit.

"Aku mau sepulang dari rumah sakit, Mama sama Ayah nikah lagi." Pinta Langit yang membuat semuanya tercengang. Menatapnya dengan tak percaya. Bahkan, sendok yang sudah bersiap masuk ke dalam mulut Lenta kembali ke asalnya sebelum nasi itu berhasil menuju mulut Lenta.

"Kamu serius?" tanya Alien memastikan.

Langit mengangguk mantap. "Aku tahu, Ayah sayang banget sama Mama. Lenta yang tiap hari bilang kangen sama Mama, dan aku yang diam-diam juga kangen sama Mama di balik segala rasa benciku sama Mama. Jujur, kemarin aku nggak ikut karena aku masih marah sama Mama, tapi Viona dateng ke rumah, dia nasehatin aku, dia juga nyadarin aku betapa kangennya aku sama Mama, betapa butuhnya aku sama Mama dan betapa sayangnya aku sama Mama." Berhasil. Langit berhasil membuat air mata Alien jatuh, dan membuat Mudra tersenyum bangga terhadap putra pertamanya itu, sementara Lenta tersenyum senang. Laut yang ada di sampingnya menangkap binar bahagia dari gadisnya itu.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang