LDR19

27.9K 1.2K 63
                                    

LDR 19

Lenta kini sibuk mendengarkan cerita yang mengalir dari bibir Lukas, namun pikirannya kini tak benar-benar fokus pada cerita Lukas, saat ini yang ada di pikirannya adalah, pulang ke rumah dan menenggelamkan dirinya di atas ranjang kesayangannya. Ah, tapi sayang sekali, ia sudah berjanji untuk menemani Lukas main futsal bersama teman-teman Lukas saat SMA, dan sekarang mobil Lukas pun berhenti di sebuah gedung olahraga yang ada di sekitar komplek perumahan tempat tinggal Lukas.

Lukas keluar dari mobilnya diikuti Lenta yang tengah keluar dari mobil Lukas dengan sesekali menguap. Lukas seolah buta dengan penglihatannya saat Lenta menguap, ia malah menggandeng tangan Lenta masuk ke dalam gedung tersebut. Lenta menurut saaja, tak ada penolakan meski hatinya ingin sekali menolak. Keduanya kini berada di ruangan terbuka di belakang gedung tersebut, senyum Lukas mengembang manis dari bibirnya saat teman-teman Lukas memberikan sapaan hangat pada pria itu.

"Siapa Kas?" Tanya pria berjambul saat Lukas kini sudah berada di hadapannya juga beberapa teman Lukas yang lain. Pantas saja, Lukas mati-matian mengajak Lenta ikut, di sana ternyata juga ada beberapa teman wanita Lukas yang Lenta yakini pasangan dari teman-teman laki-laki Lukas.

"Kenalin, ini Lenta, cewek gue." Senyum itu makin melebar dari bibir Lukas, sementara Lenta hanya tersenyum kecil sambil mengangguk kepalanya ramah—tepatnya berusaha ramah. Karena nyatanya Lenta merasa tak nyaman berada di sana.

"Hai, Lenta. Selamat menikmati hidup barumu bersama pria posesif seperti Lukas yah." Tawa kecil itu meluncur dari bibir gadis cantik dengan rambut diikat kuda. Sementara Lenta ikut tertawa, itupun bukan tawa dari hatinya-ia terpaksa. Lenta benar-benar tak nyaman berada di sini.

"Sial! Lo itu yang posesif, bukan gue!" Lukas tak mau kalah.

"Berantem mulu, balikan aja!" pria manis dengan lesung pipi saat berbicara itu langsung dihadiahi dua tatapan tajam dari dua anak manusia yang sehabis berdebat kecil itu. Sementara Lenta hanya tersenyum sinis meski kesan yang ditimbulkan tersenyum tipis. Lenta sekarang paham kenapa Lukas memaksanya ikut, ia hanya ingin dipamerkan dan menunjukkan bahwa Lukas mampu berpaling dari gadis yang disebutnya posesif itu.

"Bawel! Udah langsung main aja." Lukas mengalihkan, dan Lenta dapat melihatnya dengan jelas, laki-laki itu pun meletakkan tas bahunya di bangku panjang yang menjadi tempat duduk gadis yang baru saja berdebat dengan Lukas itu. "Aku main dulu, kalau dia ngomong macem-macem jangan didengerin." Lukas menuding pada gadis cantik tadi saat memperingatkan Lenta. Mau gadis itu bicara macam-macam entah itu nyata atau bukan, Lenta bahkan tak akan peduli.

"Iya." Jawab Lenta sambil tersenyum tipis, lagi-lagi senyum palsu. Lukas dan yang lain langsung masuk ke dalam lapangan, sementara Lenta duduk di samping gadis cantik dengan kuncir kudanya tadi.

"Kenalin, gue Rani." Gadis berkuncir kuda tadi memperkenalkan namanya, mengulurkan tangannya dengan diiringi senyum ramahnya.

Lenta balas dengan tersenyum tipis, tangannya pun terulur untuk menjabat tangan gadis yang memperkenalkan dirinya sebagai Rani itu. "Lenta." Lenta melihat ke dalam mata Rani, mata coklat cerah yang membuat siapa saja melihatnya akan merasakan sebuah kedamaian. Namun, ada hal lain yang dilihat Lenta dari sana, seperti cenayang, Lenta sekali lihat bisa tahu sisi lain dari gadis itu. Ada rasa kecewa di mata itu, bola matanya yang cerah seolah terlihat redup di mata Lenta.

Dering ponsel Lenta menginterupsi keduanya, Lenta buru-buru pamit dan menerima telfon yang diketahuinya dari Laut. Lenta tak mau ada orang yang mendengar perbincangannya dengan Laut, meskipun ia tahu, ia juga Laut tak ada lagi hubungan spesial, hanya sekedar sahabat.

"Iya, Sea. Kenapa?" Tanya Lenta saat gadis itu menemukan sebuah tempat duduk yang ada di lorong gedung. Berusaha tak terlihat dari pandangan Lukas.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang