LDR 18

35.4K 1.3K 63
                                    

Lenta menatap ribuan bintang yang malam ini menghiasi pekatnya malam, bersama rembulan yang membentuk sabit. Rasanya nyaman sekali, membuatnya ingin berlama-lama di atas rumah, tak peduli dengan waktu yang menunjukkan tengah malam. Hatinya kini tengah dilanda kegalauan, siang tadi sepulang kuliah Lukas menyatakan cinta padanya, dan ini adalah hari ke-14 setelah hubungannya kandas dengan Laut, rasanya tak mungkin semudah itu menggantikan posisi Laut.

Lenta menghela nafas putus asa, terlebih biasanya ia akan mencurahkan hatinya kepada Laut, namun sekarang, mana bisa ia dengan seenaknya mencurahkan segala rasa mengenai kisah cintanya yang lain terhadap Laut, yang ada nanti ia menyakiti hati Laut. Lenta tahu, Laut memang telah menyakiti hatinya namun entah mengapa rasa benci itu tak ada sedikitpun di hati Lenta, justru kini ia merindukan sosok pria itu dalam hidupnya. Ia merindukan sosok Laut yang hangat, bukan Laut sahabatnya yang dingin.

Lenta meraih ponsel yang ada di dalam saku celana tidurnya, mencari nomor pria yang sudah beberapa hari ini tak ia ketahui kabarnya. Lenta langsung memilih menu call dalam pilihan yang tersaji di layar ponselnya, sekarang ia tak peduli dengan apa yang akan terjadi, yang terpenting ia bisa dekat dengan Laut dan kembali bersahabat seperti dulu, tanpa ada rasa canggung yang tercipta seperti ia juga mantan-mantan kekasihnya yang lain.

"Hallo." Suara Laut terdengar serak, Lenta bisa memastikan jika saat ini Laut menerima panggilannya dengan mata tertutup.

"Lauuut." Suara manja Lenta membuat Laut mengernyitkan keningnya, ia kemudian sadar dengan siapa yang menelponnya dini hari begini, terlebih suara Lenta yang sudah sangat dihafalnya tengah merasa galau. Laut sudah hafal semua itu!

"Kenapa Len? Ada masalah sama Lukas?" Tanya Laut yang kini memosisikan dirinya duduk di atas ranjang, meraih segelas air putih yang ada di atas nakas. Laut tahu, pasti Lenta galau karena Lukas. Laut tak mau membuat gadisnya merasa canggung dengan hubungan mereka saat ini, biar saja hubungan mereka seperti dulu tanpa mengingat apa yang telah terjadi diantara keduanya.

Lenta menarik nafas lega, ternyata Laut benar-benar bisa memerankan perannya sebagai sosok sahabat, bukan mantan kekasih. Ada sedikit kecewa di hati Lenta, karena itu artinya ia akan terlupakan dari hati Laut. "Lauut, Lukas nembak gue." Rengek Lenta, ia bingung harus bagaimana dan nada inilah yang biasa ia lontarkan saat kebingungan itu melandanya.

"Terus?" Tanya Laut jadi bingung sendiri.

"Gue belum bisa sayang sama dia, Sea." Ada nada sedih di sana, dan itu berefek pada hati Laut. Selain nada sedih itu, ia juga merasa sedih karena Lenta masih memanggilnya seperti saat mereka menjalin kasih, namun di hati kecil Laut ada sebuah senyum kecil terkembang manis di sana.

" sewaktu mereka masih menjalin kasih dulu. "Dengerin gue, coba ikutin kata hati lo. Kalau iya, coba jalanin, tapi kalau enggak, lepas dia, jangan buat dia berharap sama lo karena itu akan nyakitin buat lo berdua." Lanjut Laut, yang dibalas anggukan kecil oleh Lenta.

Lenta tersadar apa yang dilakukannya tak mungkin terlihat oleh Laut, pada akhirnya dia mengiyakan nasihat Laut, berterimakasih pula pada pria itu karena tak mengungkit hubungan mereka. "Sea, gue masih boleh kan manggil lo kaya gitu?" Tanya Lenta akhirnya, mengalihkan pembicaraan mereka berdua, kali ini bukan tentang Lenta dengan Lukas, melainkan tentang dirinya bersama dengan Laut.

"Terserah lo, yang pasti kalau lo jadian, kalian harus traktir gue." Ada nada jenaka disana, membuat Lenta kembali tersenyum. Lenta tahu, Laut tengah menghindar dengan pembicaraan sederhana yang akan ia ciptakan mengenai keduanya.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang