LDR 9

35.1K 1.6K 19
                                    

LDR 9

Lenta mengabaikan dering ponsel yang sedari tadi mencoba mengganggunya dari dunianya sendiri, ia tak perduli meskipun ponselnya hari ini bernyanyi lebih dari dua puluh kali, matanya tetap terfokus pada layar TV di depannya. Langit meletakkan dirinya disamping adiknya itu, mengernyit heran karena ponsel yang ada di atas meja itu tak disentuh sama sekali oleh pemiliknya. Langit mengintip di layar ponselnya, dan menemukan nama Laut disana.

"Itu Laut nelfon kenapa nggak di angkat?" Tanya Langit yang meminum jus berwarna hijau di dalam gelas tinggi yang di genggamannya itu.

"Lagi males, BT! Biarin aja, biar dia tahu gimana rasanya dicuekin." Lenta mengunyah dengan gemas kripik singkong yang baru saja di ambilnya dari toples yang ada di atas meja.

"Ayah denger lagi ada yang ngambek yah?" Suara berat itu muncul dari belakang sofa yang diduduki oleh Lenta juga Langit, keduanya langsung menoleh kebelakang, Lenta sendiri langsung lompat dari tempat duduknya saat matanya menangkap sosok pria yang tengah tersenyum manis padanya. Memeluk pria yang sedari kemarin belum ditemuinya itu, sejak hari ulang tahunnya kemarin, Ayahnya langsung ke Bandung, menemui kliennya disana.

"Lenta kangen sama Ayah." Mudra mengelus kepala putrinya itu dengan sayang.

"Bohong tuh Yah, Lenta tuh lagi kangen sama Laut, tapi gengsinya kegedean." Langit menyahuti, membuat Lenta melotot kearah Langit. Mudra tertawa kecil dan menggiring putrinya menuju sofa, Mudra menempatkan diri di sofa yang sama dengan Langit dan menempatkan Lenta di antara keduanya.

"Mama kalian juga gitu dulu." Lenta dan Langit langsung diam saat mendengar Ayahnya berbicara mengenai sosok wanita yang dua belas tahun ini meninggalkan rumah ini.

Akhirnya, setelah dua belas tahun berlalu dan sang Ayah tak membahas mengenai sosok wanita itu, malam ini terlontar dengan jelas pria itu menyebut panggilan malaikat cantik itu untuk Lenta. Lenta sangat senang akan hal ini, namun tidak untuk Langit yang langsung diam.

"Emang dulu Mama ngambekan banget ya, Yah?" Tanya Lenta, tangannya melingkar pada pinggang sang Ayah, kepalanya mengadah untuk melihat wajah sang Ayah saat menceritakan mengenai Alien.

"Iya, dulu Mama kalian tuh ngambek mulu kerjaannya. Waktu pacaran, dia sering banget cuekin Ayah kalau Ayah nelfon, SMS juga jarang di bales, tapi kalau udah ketemu, Mama kalian perhatian banget sama Ayah, meskipun kadang Ayah sibuk sama kerjaan Ayah, dia nggak protes. Makanya, Ayah nikah sama Mama kalian." Mudra menatap kedua anaknya. Ada rasa rindu yang kini mulai di bagi pada dua anaknya meskipun ia membaginya secara tak langsung, sebelumnya, rasa rindu itu disimpannya sendiri tanpa mau membaginya.

"Dan Ayah salah orang, dia ninggalin Ayah tanpa perduli gimana perjuangan Ayah buat kita. Bahkan sampai sekarang pun, dia nggak dateng kesini atau ngubungin Ayah buat minta maaf, jadi jangan pernah sebut nama dia lagi di sini, Yah! Langit nggak suka!" Langit benar-benar menunjukkan rasa tak sukanya pada Alien di depan Mudra, dan rasa sedih juga kecewa itu kini tumbuh di hati Mudra. Mudra tak pernah mengajarkan Langit untuk membenci wanita yang telah melahirkan anak-anaknya itu, tapi sekarang? Mudra benar-benar merasa gagal sebagai seorang Ayah.

"Besok, kalian ikut Ayah. Ada yang mau bertemu dengan kalian." Mudra tersenyum tipis pada kedua anaknya, Lenta mengangguk mengerti sementara Langit hanya diam. Mudra juga memilih diam setelah itu, ia tak mau membuat suasana malam ini menjadi makin keruh dengan perbincangan yang tak ingin dibahas oleh putra sulungnya itu.

Keheningan mereka terpecah saat ponsel Lenta kembali berdering, gadis itu langusung meraih ponselnya dan menerima panggilan masuk sembari mencium pipi Ayahnya juga Langit, ia berpamitan pada dua pria yang disayanginya itu untuk pergi kekamar.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang