Hari demi hari berlalu, aku dan Juna akhirnya berpisah. Bukan, bukan berpisah seperti itu.. Tapi karena kita sudah tidak sekelas lagi. Berada di kelas yang berbeda dengan Juna membuatku agak kehilangan semangat. Tidak ada lagi yang duduk di sebelahku saling mencoret satu sama lain, tidak ada lagi yang meniup ubun-ubunku, tidak ada lagi orang yang ribut menanyakan tugas kuliah padaku.
Siang itu, Juna menghubungiku,"Nya, ntar waktu aku balik Semarang kita jalan-jalan yuk"
"Oke, mau kemana?" tanyaku
"Yang bagus kemana?" dia balik bertanya
"Ke pecinan aja piye? Tapi bisanya kalok nggak Jumat, Sabtu, ya Minggu." jawabku.
"Oke" jawab Juna singkat. Kemudian cukup lama diapun mengirimkanku sebuah foto hasil screen capture percakapannya dengan seseorang..
Seorang perempuan.
"Nyaaaa kayaknya aku bakal ngelepasi status lama nihh hehehe"
Deg, mendadak jantungku serasa ditendang, dan ada gumpalan benang di leherku sehingga aku sulit berkata kata."Selamat ya" Tanggapku singkat, agak tidak ikhlas.
Kutunggu sejam dua jam Juna belum juga membalas. Lalu kuletakan ponselku dan beralih menyetubuhi gitarku. Dalam angan anganku aku sungguh ingin menemui Juna lalu menamparnya dengan keras dan mengatakan kalau aku tidak rela dia berada di tangan orang lain. Skenario skenario buruk mulai menghujani kepalaku. Aku tergeletak di kasur, mencoba mengingat semua yang pernah kulakukan bersama Juna. Tidak ada. Aku tidak pernah melakukan apapun dengannya.
Oke, menganalisis perilakunya satu persatu.. Dia memang tidak ada niatan selain hanya menjadi teman dekatku. Cukup, disitu saja. Aku tidak mau menganalisis lebih lanjut. Tiba tiba ponselku berbunyi, notifikasi dari Juna. Aku sudah siap mendengar jawabannya. Aku sudah siap mendengar tawa puasnya yang ahirnya menemukan separuh jiwanya.
"Huahahhahaha enggak Nyaaa aku gak bakalan jadian sama dia kok"
Langsung kulempar ponselku dengan keras ke tempat tidur hingga memantul dan ahirnya terjatuh di lantai.
"Laah.. Jadi aku harus lebih lama dengerin keluh kesahmu jadi jomblo, Jun?" jawabku jaim.
"Iyaaaa hahahha yang sabar yaa"
Kulemparkan lagi ponselku, kali ini dengan halus kemudian aku berguling guling di atas kasur.Aku belum kalah.
Setelah Juna kembali ke Semarang, ia memenuhi janjinya berjalan jalan denganku di pecinan. Aku memakai blouse berwarna putih dan celana jeans berwarna gelap. Entah mengapa hari ini aku ingin sekali menguncir ekor kuda rambutku dan memoleskan sedikit gincu di bibirku.
"Eh kamu lihat nggak barusan? Itu.. Si Cintya, anak jurusan sebelah" bisik Juna sambil menunjuk seorang perempuan.
"Ah iya apa? Kira kira kita bakal ketemu siapa ya disini? Jumat kan? Harusnya jarang ada yang keluar." tanggapku.
"Aman kok aman, sini sini jangan jauh jauh nanti aku ilang" kata Juna sambil memegangi tasku.
Aku dan Juna terhanyut pada suasana pecinan, dengan alunan musik karaoke mandarin di pinggir jalan, bau khas masakan cina, cahaya lampion yang menyinari di sepanjang jalan, desain vintage dari bangunan tua, dan hembusan angin malam hingga tanpa kusadari... Kami bergandengan.
"Wayooo!! Sonyaaa!! Apa kabaaarr??" teriak seorang lelaki di depanku.
"Eeh Sonyaaa lama banget gak ketemuu, makin manis ih kamu!" Sama siapa?"
Cukup lama untukku menyadari kalau aku baru saja berpapasan dengan Rama, Putra, dan Taufik.
"Sama.. Ini.." jawabku kebingungan. Juna mengintip dari punggungku. Dia terkejut, lalu melepaskan tangannya.
"Oalaaahh jadi kamu sekarang sama si Juna, Nya?? Hayoloo ciyeeee ketauan ciyeee" teriak Putra heboh.
"Ahahahaha ketauan yaa mana pake baju kembaran gitu ciyeee" ledek Rama. Sontak aku dan Juna saling memandang. Dan aku baru saja menyadari, Juna memakai kaos putih dan jeans berwarna gelap.
"Ah enggak kok, lagi bete aja kelamaan liburan. Oh iya yang recomended dong, aku sama Sonya baru nyampek nih.. Apa yang enak?" tanggap Juna tenang
"Ini nih, es krim ini enak looh.. Eh hai Sonya, iiih kok kamu beda sih, serius makin manis ajaa" kata Taufik agak ganjen.
"Iya, beda kayak di kampus biasanya yak? Apa mau jalan sama Juna makannya berubah?" lanjut Putra. Aku menggeleng gelagepan.
"Yaudah deh kita cabut dulu ya, Nya.. Jun.. Gaenak gangguin kalian. Kita udah lama disini soalnya. Yuk cao pulang." kata Rama sambil tersenyum ambigu. Kemudian mereka bertiga meninggalkanku dan Juna.
* * *
Dua minggu setelah itu, aku mendapat 3 tiket gratis dari temanku untuk menonton konser Naif. Kuajak Vincent jelas, karena dia penggemar beratnya. Aku ingin sekali mengajak Juna, tapi aku takut, apalagi setelah tragedi pecinan kemarin. Maka Vincent yang mengajaknya, dan Juna pun mau. Lalu Vincent meninggalkanku dan Juna karena dia bertemu dengan teman sewaktu SMA nya dulu.
"Ini pertama kalinya aku lihat konser loh" kata Juna sesaat sebelum Naif on stage.
"Hah? Serius Jun?" tanyaku kaget. Juna mengangguk.
Mendadak penonton ricuh, semua berteriak memanggil "Naif, naif, naif, naif !!" Aku celingukan, posisiku memang agak di belakang. Juna tersenyum lebar sambil terus menatap panggung.
"Udah dateng Naif-nya?" tanyaku.
"Iyaaa ituu kelihatan lagi cek sound. Kelihatan nggak? Itu bang David di belakang besi lagi make gitar" jawab Juna masih terfokus ke panggung.
"Enggak."
"Yaudah sini, kamu mau aku gendong nggak biar kelihatan?" Juna balik bertanya.
"Eeh apaan sih nggak usah haha ntar nunggu dia on stage aja"
Ya, aku mau Juna..Kemudian musik berbunyi cukup kencang dibarengi dengan tepuk tangan penonton, dan Naif pun ahirnya on stage. Juna terlihat girang sekali. Belum pernah aku melihatnya lepas kendali seperti ini.
Lalu pada lagu ke-4 suara musik mendadak mellow."Yak, ini request dari mbak yang pakai baju merah itu, sepertinya dia lagi galau hahaha oke, this is it.. Benci untuk mencinta!"
Aku belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya. Tapi mendengar nada dan suasana malam yang sedang berlangsung membuatku terhanyut ke dalam syairnya.
"Aku tak tahu apa yang terjadi antara aku dan kau.. Yang kutahu pasti ku benci tuk mencintaimu"
Damn! Aku benci saat Juna sering mengirimkan screen capture atau foto-foto perempuan. Aku benci saat Juna berpura pura tidak mengenaliku. Aku benci saat Juna tak lagi menghubungiku sesering dulu. Aku benci akan sikapnya yang cuek. Aku benci melihat penampilannya yang berantakan saat ke kampus. Aku benci melihat bulan sabit di wajahnya. Aku..
Aku rasa aku mulai mencintainya.Lalu Juna dan aku saling menatap..
Tubuhku seakan ditarik mendekatinya.Juna mengulurkan tangannya, dan.. Memelukku..

KAMU SEDANG MEMBACA
Arjuna [COMPLETED]
RomansaArjuna.. Dalam budaya Jawa orang menyebut Arjuna adalah sosok wayang yang pendiam, sopan, teliti, cerdik, pemberani, dan melindungi mereka yang lemah. Namun bagiku, Arjuna bukanlah sosok wayang yang terlihat sempurna di mata seseorang. Arjuna adalah...