chapter 13

1.4K 64 4
                                    

Hari ini, Cinta tidak masuk kuliah karena libur. Jadi, pagi pagi sekitar pukul 06.00 Wib. Cinta sudah bersiap siap untuk berangkat kerja.

"Nak.. Kamu sudah rapih sekali. Mau kemana?" ( tanya ibu sambil menyiapkan sarapan )
"Ini bu. Cinta mau kerja dulu, soalnya kan hari ini. Cinta libur bu."
"Yasudah. Ayo! Kita sarapan dulu."
"Oh ya bu! Aliya, Silla, sama bapak kemana bu?"
"Mereka sudah berangkat duluan. Kalau Aliya, katanya ada kerja kelompok, kalau Silla dan bapak. Ibu gak tau."
"Yaudah. Kalau gitu, ayo bu! Kita sarapan."
"Iya."

Ibu dan Cinta pun, sarapan pagi hanya berdua. Dengan hidangan, telur ceplok balado, sayur asam, dan teh hangat manis. Cinta dan ibu sangat menikmati sarapan pagi ini.

Tiba tiba, Cinta mendapatkan pesan dari Rama.

"Cinta. Kamu cepat ke cafe, hari ini saya akan ketemu klien di cafe. Kamu cepat datang. Jangan sampai terlambat!"

Setelah, Cinta membacanya. Cinta langsung buru buru ke luar rumah, tak lupa memberi salam kepada ibu. Dengan, semangat yang tinggi. Cinta langsung tancap gas dan jalan.

Di perjalanan, tidak terlalu macet. Jadi, Cinta dengan cepat sudah sampai di cafe Sweet City Cake. Cinta langsung berlari menuju ruangan Rama. Di sana, Rama sudah menunggunya.

"Baguslah, hari ini kamu tidak terlambat. Ini saya kasih, baju kantor buat kamu. Untuk ketemu klien, jangan lupa! Kita ketemu dengan klien pukul 06.35. Sekarang masih pukul 06.15. Ayo! Cepat! Ganti bajunya." ( ucap Rama )
"Baik. Pak." ( jawab Cinta dengan pasrah )

Akhirnya, Cinta pun dengan cepat mengganti baju kausnya dengan baju kantor yang di berikan oleh Rama. Setelah, Cinta memakai baju kantor tersebut. Cinta terlihat cantik sekali dan seperti pengusaha yang sangat sukses.

Akhirnya, Cinta pun keluar dari toilet. Dan menghampiri Rama yang sedang duduk, menanti Cinta.

"Pak. Sudah.." ( ucap Cinta polos )

Rama pun, langsung memandang Cinta dengan serius. Terkadang, ia tersenyum dan menggeleng.

"Kamu terlihat cantik. Memakai, baju yang saya kasih." ( puji Rama sambil berdiri )
"Terima kasih pak." ( jawab Cinta yang pipinya mulai memerah )
"Kok. Pipi kamu, memerah. Kenapa? Apa, ada yang salah sama perkataan saya?"
"E-enggak. Pak.. Bapak bisa aja."
"Emang bener kok, pipi kamu memerah. Kalau gak percaya, nih kamu lihat! Di cermin saya. Tuh!"

Cinta melihat, pipinya di cermin. Dan memang benar, pipinya sangat merah. Melebihi, make upnya. Cinta jadi, tertunduk malu. Dan berusaha, bertingkah biasa.

"Ayo! Kita harus bertemu dengan klien." ( ajak Rama sambil menarik tangan Cinta )
"Tapi, pak.. Kenapa, harus saya yang nemenin bapak bertemu dengan klien? Kan, bisa yang lain pak."
"Seharusnya, kamu bersyukur saya pilih, jadi pendamping saya untuk bertemu klien. Kamu malah, nanya nanya. Udah mendingan, sekarang kamu ikut saya."
"Ta-tapi, pak.."

Rama dan Cinta pun, menghampiri klien yang sedang duduk di meja makan bernomor 2. Tiba tiba saja, kaki Cinta keseleo karena memakai sepatu hak tinggi yang gak biasa dia pakai. Tapi, untung saja Rama menolong Cinta. Di depan kliennya, Rama.

Tatapan wajahnya, sangat dekat. Membuat jantung Cinta dan Rama berdetak kencang. Tetapi, salah satu klien yang bernama Kevin Wijaya. Tiba tiba , mengagetkan Cinta dan Rama dengan batuknya.

"E-eh.. Maaf. Pak."
"Iya. Gak apa apa kok. Maaf, pak Kevin dan pak Reno. Atas, kejadian ini saya minta maaf."
"Tidak apa apa kok. Pak Rama, jalinan kasih kalian. Masih sangat romantis sekali ya.." ( ucap Kevin tersenyum )
"Apa, ini tunangan pak Rama?" ( tanya Reno penasaran )
"E- bukan pak. Ini asisten saya... Kenalin, namanya Cinta."

Cinta pun, berjabat tangan dengan Kevin dan Reno. Sebagai tanda perkenalan.

"Baik. Pak, hari ini kita harus kumpulkan, berkas berkas penting untuk kesepakatan kita, dalam bekerja sama dalam proyek ini. Bagaimana?" ( ucap Rama dengan bijak )
"Baik kalau begitu. Supaya, prosesnya lebih cepat ya pak?" ( ucap Reno )
"Iya. Saya juga setuju." ( ucap Kevin )

Pertemuan klien ini sangat membuat Cinta bingung. Cinta hanya diam, dan mengikuti perintah dari Rama saja.

15 menit kemudian, akhirnya pertemuan dengan klien. Sudah selesai. Tiba tiba saja, Rama mengajak Cinta untuk makan siang bersama. Tapi, Cinta menolaknya.

"Cinta. Kita makan siang dulu yuk. Saya lihat kamu kayaknya, lapar."
"Apaan sih bapak. Sotoy deh.. Enggak pak. Terima kasih, saya mau pulang aja. Boleh pak?"
"Boleh kok. Oh ya! Bajunya buat kamu ya.. Kamu gak usah kembaliin lagi ke saya."
"Yaa.. Saya udah tau pak. Kan, tadi bapak juga udah ngomong."
"Ohh.. Gitu ya, iya."
"Kalau gitu, saya pamit pulang dulu ya.. Pak."
"Iya."

Cinta pun, memutuskan untuk pulang. Di perjalan, Cinta mendapat pesan dari handphonenya. Cinta pun, meminggirkan motornya. Dan mengambil handphonenya yang berada di dalam tas dan langsung membukanya.

Dari nomor yang tidak dikenal, tetapi berbeda dengan nomor misterius yang biasanya meneror Cinta.

"Cinta. Ini saya Steven, kamu masih ingatkan dengan saya? Kamu bisa gak? Temenin saya, belanja bahan bahan kue. Dan ajarin saya, membuat kue? Kalau kamu bisa, tolong kamu datang ke rumah saya. Sekarang ya?"

Setelah, Cinta membacanya. Tanpa berpikir panjang, Cinta langsung bergegas ke rumahnya Steven. Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di rumah Steven. Dan akhirnya, Cinta sampai juga di rumah besar.

Cinta sudah dipersilakan masuk, oleh penjaga pos satpam tersebut. Jadi, Cinta tidak usah repot repot memencet bel untuk mengetahui bahwa ada tamu yang datang.

Sesampainya, di pintu besar. Cinta langsung memencet bel pintu rumah. Hanya satu kali pencetan, Steven sudah keluar dari rumahnya.

"Hai.. Cinta." ( sapa Steven dengan ramah )
"Iya. Hai.. Oh ya! Katanya, kamu mau ke supermarket ya? Mau beli bahan bahan kue?"
"Iya. Yuk! Ini aku sudah siap."
"Yuk!"
"Tapi, pakai mobil aku aja ya.. Biar, motor kamu taruh di sini aja."
"I-iya. Terserah kamu aja."

Cinta pun, mengikuti Steven dari belakang. Di dalam mobil, Cinta melihat Steven sedang sibuk dengan ponselnya, dan wajah Steven terlihat sangat takut sekali. Ketika, melihat pesan tersebut.

"Kamu kenapa, Steven? Kok, muka kamu kayak ketakutan gitu? Ada apa?"
"E-enggak kok. Cin-Cinta. Mungkin, itu perasaan kamu aja. Aku biasa biasa aja kok."
"Ohh.. Iya kali yah.."

"Untung, aku cepat cepat cari alasan. Kenapa muka ku terlihat takut gini.. Huh.. Ya Tuhan.." ( ucap Steven dalam benaknya )

Sesampainya, di depan supermarket.. Cinta dan Steven langsung masuk ke dalam supermarket tersebut. Cinta dan Steven, melihat lihat dan memilih milih bahan apa saja, yang akan di butuhkan untuk membuat kue.

"Cinta.. Nih.. Kita sudah beli 1 kilo telur, tepung maizena, tepung terigu, blueband, pewarna makanan, keju, coklat, terus apalagi?"
"Emm.. Coba kita ke tempat yang bagian krim gitu loh.."
"Yaudah... Coba kamu lihat aja. Aku tunggu sini, aku mau lihat alat alat untuk membuat kue ya?"
"Ohh.. Iya."

Cinta pun, berjalan menuju tempat tempat bagian krim kue. Cinta melihat lihat, dan memilih krim rasa blueberry dan vanila.

"Nah.. Ini kayaknya cocok buat hiasan kue, black forest."

Saat Cinta, ingin menghampiri Steven. Tiba tiba, Steven sudah pingsan di bagian tempat alat alat masak. Dan di mulut Steven, terdapat sapu tangan berwarna hitam. Cinta pun, langsung memasukkan sapu tangan tersebut ke dalam tasnya dan Cinta langsung berteriak minta tolong.

"Ya Allah.. Steven. Bangun.. Bangun dong Steven... Tolonggg!!!! Tolonngg!! Mba. Tolongin teman saya mba."
"Sebentar ya.. Mba.. Saya panggil teman saya yang lain dulu." ( ucap seorang wanita penjaga supermarket tersebut )

Akhirnya, Cinta pun membawa Steven ke rumah sakit menaiki taksi.

Master Dan Cinta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang