chapter 14

1.5K 60 3
                                    

Cinta sedang menunggu keadaan Steven, di UGD. Hati Cinta, sangat panik sekali dan takut kalau Steven ada luka parah. Walaupun, dia hanya pingsan.

Tetapi, Cinta tidak tahu persis bagaimana kejadian Steven bisa sampai pingsan. Cinta bolak balik, tidak jelas sambil menggigit ibu jari kanannya.

"Ya Allah.. Semoga Steven, baik baik aja.. Aminn.."

Tiba tiba, seorang dokter keluar dari ruangan UGD. Cinta pun, langsung mendekati, dokter tersebut. Cinta sangat penasaran, dengan keadaan Steven sekarang.

"Emm.. Mba. Apakah mba ini, keluarga dari saudara Steven Goerge Else?" ( tanya dokter tersebut )
"Emm.. Saya temannya, dok. Gimana ya, keadaannya Steven dok?"
"Keadaan Steven, baik baik saja. Tetapi, dia kekurangan oksigen dan asmanya kambuh. Jadi, untuk saat ini Steven harus dirawat di sini dulu dan dia harus rajin rajin menghirup udara segar, di luar. Saat, pagi hari." ( jelas dokter tersebut )
"Ohh.. Baik dok. Terima kasih."
"Kalau begitu, saya permisi."
"Silahkan dok."

Tak berapa lama, beberapa suster yang sedang berada di ruang UGD keluar, dan membawa Steven ke kamar rawatnya. Cinta pun, mengikutinya dari belakang. Steven di tempatkan di kamar rawat Melati 01.

"Mba. Nanti, kalau Tuan Steven sudah siuman. Tolong, berikan buburnya dan obatnya ya... Di minum sehabis makan 2 kali sehari dan anti biotiknya 3 kali sehari." ( jelas suster tersebut, yang diketahui bernama Elisa )
"Terima kasih. Suster.."
"Sama sama. Kalau begitu, saya permisi dulu ya.."
"Iya. Sus.."

Cinta pun, duduk di sebelahnya Steven. Wajah Steven, terlihat sangat pucat. Cinta merasa kasihan sekali, dengan keadaan Steven yang sedang terbaring lemah.

Hidung Steven, dimasukkan selang oksigen yang berguna untuk mrmbantu dia bernafas dan di tangannya banyak sekali infusan yang pastinya bermanfaat untuk kesehatan Steven.

Cinta pun, tersadar dengan sarung tangan hitam yang Cinta simpan di tasnya. Cinta langsung membukanya dan memperhatikan sarung tangan hitam tersebut dengan detail. Cinta terus berpikir dan berpikir, kira kira siapa yang memiliki sapu tangan ini.

Di saat, Cinta sedang memperhatikan sapu tangan tersebut. Tiba tiba, Cinta merasa ada yang memperhatikannya dari tadi. Tetapi, siapa? Seketika, Cinta langsung menengok ke arah pintu dan ternyata benar dia sedang mengintip Cinta dan Steven.

Dengan cepat, Cinta langsung berlari mengejar sosok yang memakai jubah hitam itu.

"Tunggu! Hei! Jangan lari kamu!" ( teriak Cinta )

Sosok hitam itu, berlari sangat kencang dan sesekali sosok itu, menengok ke arah Cinta. Cinta terus berlari, dan berlari. Cinta tidak peduli dengan orang orang disekitar, yang dari tadi melihatnya dan terkadang berbisik bisik sesuatu.

Sesampainya, di taman rumah sakit. Sosok hitam itu, menghilang. Dan Cinta, tidak tahu di mana sosok itu bersembunyi. Cinta terus mencari cari dan mencari. Sampai, akhirnya Cinta menemukan sebuah kertas kecil di bawah pohon.

"Ada kertas... Mungkin, ini penting."

Cinta pun, mengambil kertas tersebut dan membacanya. Surat itu, berisi..

Hahaha.. Cinta kamu telah masuk jebakkan ku.. Mungkin, kamu akan terus mencari identitas ku. Tapi, itu tidak mungkin. Kamu, bisa mencarinya.. Coba saja, kalau kamu bisa.. Hahahaaa...

"Hehhh.. Aku ke tipu.. Mendingan, aku balik aja deh.. Ke kamar Steven. Kali aja, Steven sudah siuman."

Cinta pun, menyimpan kertas tersebut ke dalam saku celananya, dan bergegas menuju kamar Melati 01.

Sesampainya, di kamar Melati 01. Cinta melihat kalau Steven belum juga siuman. Cinta pun, kembali duduk dan merenungkan pikirannya, tentang kertas yang berisi surat dan sapu tangan hitam. Tiba tiba, tangan Steven bergerak dan ke dua mata Steven telah terbuka. Steven sudah siuman.

"Cin- Cinta. A- aku ada di mana?" ( tanya Steven sedikit lemas )
"Alhamdulillah.. Steven.. Akhirnya, kamu sadar juga. Sekarang, kamu ada di dumah sakit. Tadi, kamu pingsan di supermarket."
"Apa? Aku pingsan?"
"Iya. Dan.. Ini, aku nemuin sapu tangan hitan di mulut kamu. Emangnya, gimana kejadiannya kamu bisa pingsan kayak gini? Apa ada yang nyakitin kamu?" ( tanya Cinta penasaran )
"Oohh.. E- enggak kok. Gak ada, yang nyakitin aku. Lagi pula, tadi.. Asma aku kambuh, terus aku pakai sapu tangan ini untuk nutupin mulut aku. Eh.. Malah aku, ngerasa lemas gitu.. Terus aku gak ingat lagi. Cin.." ( jelas Steven panjang lebar )
"Emm.. Ini punya kamu. Yaudah.. Sapu tangannya aku taruh di laci ya?"
"Iya. Terima kasih ya.. Cinta. Oh ya! Jadi, dari tadi kamu nungguin aku di sini?"
"Iya.. Tapi, maaf ya.. Mobil kamu masih ada di supermarket. Soalnya, tadi kita naik taksi. Lagi pula, aku kan gak bisa ngendarain mobil. Jadi, aku anterin kamu naik taksi. Gak apa apa kan?"
"Gak apa apa kok. Nanti, biar supir aku yang bawa. Tapi, by the way.. Thank's ya sekali lagi."
"Sama sama. Oh ya! Stev, tadi kata suster. Kalau kamu sudah siuman, kamu di suruh makan buburnya. Terus minum obat deh.. Kalau yang tablet, minumnya dua kali sehari dan yang anti biotiknya 3 kali sehari sesudah makan.."
"Gak ah.. Aku gak suka sama bubur. Mendingan, makan yang lain deh.. Selain bubur. Pizza kek, burger kek, atau sphagetti kek.. Asalkan jangan bubur." ( ucap Steven yang alasannya seperti anak kecil )
"Steven.. Kamu nih, aneh aneh aja deh.. Ya.. Gak boleh lah, kamu mau gak sih, cepat sembuh?"
"Mau.."
"Makanya, kamu nurut aja. Oke? Ini kan, demi kesehatan kamu juga."
"Oke deh? Tapi, biar aku makan sendiri ya?"
"Yaudah. Tapi, jangan lupa! Di minum obat ya?"
"Iya.."
"Kalau gitu.. Aku mau buatin kue dulu ya.. Di rumah. Nanti, kalau sudah jadi. Kuenya aku anterin kok."
"Emang, kamu buatnya, mau di mana?" ( tanya Steven sambil memakan buburnya dengan sedikit enek )
"Yaa.. Di rumah aku lah.. Masa di rumah kamu."
"Gak usah. Mendingan, kamu buatnya. Kalau aku udah sembuh, biar aku tau. Cara membuat kue blackforestnya."
"Terserah kamu aja deh.."
"Cinta! Emm.. Boleh gak? Aku pinjem handphone kamu. Soalnya, aku mau nelfon papa dan mama aku, untuk datang ke sini."
"Ohh.. Yaudah. Nih.."

Steven pun, meminjam handphonenya Cinta untuk menelfon papa dan mamanya. Agar, kedua orang tuanya tahu kalau dia sedang berada di rumah sakit.

"Halo.. Ma..."
"...."
"Ma... Aku masuk ke rumah sakit. Mama sama papa, ke sini yaa.."
"....."
"Ini ma... Asma aku kambuh, jadi aku tadi di bawa sama teman aku ke sini."
"....."
"Mama sama papa, cepat ke sini ya.. Biar nanti, alamat rumah sakitnya, aku sms sin. Soalnya, aku minjem handphone teman aku ma.."
"..."
"Iya ma.."

Tut.. Tut.. Tut..

"Ini handphone kamu. Makasih ya."
"Iya. Sama sama..."
"Emm.. Cinta. Karena, papa sama mama aku mau datang ke sini. Mendingan, kamu pulang aja deh.. Soalnya, gak enak dari tadi aku ngerepotin kamu terus."
"Gak kok. Kamu sama sekali gak ngerepotin aku. Malah, aku seneng bisa bantuin kamu. Di saat, kamu sakit gini. Tapi, gak apa apa? Aku tinggal?"
"Gak apa apa kok. Emang, kamu khawatir banget ya? Sama keadaan aku?"
"Iyalah.. Kan, kamu lagi sakit."
"Ehh.. Cinta. Aku juga, bisa mandiri kali... Kamu gak usah khawatirin aku. Mendingan, kamu sekarang istirahat di rumah deh.."
"Yaudah.. Kalau gitu. Aku pulang dulu ya.."
"Iya."

Cinta pun, pamit kepada Steven untuk pulang ke rumah. Tiba tiba saja, ada sosok hitam yang masuk ke kamarnya Steven dan langsung mendekati Steven.

"Itu! Cinta, lo suruh pulang?" ( tanya sosok hitam itu, dengan was was )
"Iya..." ( jawab Steven )

Master Dan Cinta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang