III

414 55 7
                                    

"Capek gue dikacangin anjir," gumam Louis sambil menatap Bea yang sedang asyik dengan nasi goreng dan update-an twitter dari akun milik Thomas Sangster.

"Gue bukan kacang, woi!" teriak Louis sambil melempar kuaci yang ia beli barusan dan sukses membuat Bea menoleh dengan wajah kesalnya.

"Tau gue. Lo Louis kan?"

Louis tertawa, walau sebenarnya lawakan Bea tidak lucu sama sekali. "Ternyata lo bego, ya?"

"Untung cantik." sahut Bea angkuh dengan senyum yang dipaksakan.

"Pede amat lo," ujar Louis yang diabaikan oleh Bea, lagi.

"Lo tuh suka banget sih ngacangin orang? Pantes gak laku lo," ujar Louis yang langsung mendapat sentilan kerasa di kenignya dan membuat ia mengaduh kecil. "Tuh kan, cewe kok kasar, sih?"

Bea masih diam, terlalu malas untuk menanggapi manusia macam Louis. "Bea," panggil Louis yang hanya dijawab dengan gumaman.

"Gue mau ngomong yang kemaren," lanjut Louis. Bea dengan segera menatap Louis agar dikira ia tertarik. Padahal, aslinya ia sangat malas mendengar satu kata yang keluar dari bibir Louis.

"Yaudah, silahkan."

Bibir Louis yang tadinya sudah menbuka ingin mengatakan sesuatu, tertutup lagi. "Tapi gue bingung ngomongnya gimana,"

"Ih anjing!" teriaknya sewot sambil memukul meja yang terbuat dari kayu tersebut. "Lama banget sih? Mau masukan goblok!"

"Anjir, serem amat sih lo?"

Bea berdiri, berniat meninggalkan Louis jika ia tidak segera mengatakan sesuatu.

Louis menahan pergelangan kiri Bea agar tidak pergi dulu sebelum ia mengutarakan apapun yang ia ingin katakan.

"Yaudah cepet," ujar Bea yang kini sudah duduk kembali dihadapan Louis.

"Tapi kalo gue salah ngomong, jangan ilfil ya?"

"Iyaaaaaaaa, ih bawel." protes Bea sambil menaruh kedua tangannya diatas meja.

"Oke tunggu." sela Bea sebelum Louis mengeluarkan suara sambil mengacungkan jari telunjuknya, bermaksud membuat Louis tutup mulut.

Bea menurunkan jari telunjuknya, lalu menatap mata Louis. "Jadi pacar gue mau gak?"

"Eh?" tanya Louis bingung sekaligus kaget dengan tawaran Bea barusan.

"Serius, nih." ucap Bea yang mulai terlihat tidak sabaran dengan jawaban yang akan diberikan oleh Louis.

"Gue juga serius. Maksud lo apa?"

Bea memutar bola matanya malas lalu menghembuskan nafasnya secara kasar. "Dasar lemot."

"Okay, okay. I'll make it easier."

Louis terus memperhatikan Bea, mulai dari dia yang mengeluarkan ponsel dari sakunya, sampai mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu lalu menaruhnya didepan Louis.

"Lo mau ini, gak?" tanya Bea disertai seringai liciknya.

Louis menaikkan alis kirinya bingung. "Gue gak sebego itu ya. Mau lah!"

Bea menarik lagi dua lembar rupiah berwarna merah itu dan menaruhnya di saku kembali. "Ada syaratnya, sayang."

"Apaan?" ucap Louis sedikit memekik.

"Jangan baper deh, adek gue juga gue panggil sayang."

"Apaan?" tanya Louis sewot. "Gue gak baper, goblok."

"Jadi," ucap Bea lalu menunjuk ke meja dengan sekumpulan lelaki di dekat mereka. "Lo harus ngaku ke orang-orang kalo kita itu pacaran, ngerti?"

"Terutama sama gengnya Zayn yang belagu nan songong itu,"

Louis mengangguk lalu menggumam. "Tanpa duit mah gue juga mau ngakuin."

"Hah?"

Louis menggeleng, berusaha mengelak bahwa ia tidak mengatakan apa-apa barusan. "Tapi kan gue juga ada di gengnya Zayn?"

"Iya, tau gue." jawab Bea lalu berdiri dari duduknya berniat kembali ke kelas berhububg bel untuk memulai pelajaran kembali sudah berbunyi.

Baru 3 langkah ia berjalan, Louis sudah memanggilnya lagi. "Janji ya, 200k nya?"

Bea mengangguk kecil, lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Saat ia rasa Bea sudah mulai jauh, ia berbisik. "Makin sayang gue ah,"









yaudahlah walaupun yang dimulmed bukan louis sama joanna tapi sama (ku)danielle aka my bae tapi anggep aja itu bea. oke? oke.

Louis Tomlinsonㅡ FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang