XIII (bon-chapt)

362 40 16
                                    

Louis terdiam menatap perempuan didepannya, masih tak menyangka mereka bertenu dan berbicara lagi ditempat pertama yang mereka kunjungi berdua.

Rasanya pahit jika harus mengungkit kenangan itu kembali, tapi rasanya terlalu sayang jika tidak dikenang dan dibiarkan membeku didalam hati.

"Gue kaget loh tadi, pas ngeliat lo disini." ujar Louis membuka percakapan.

Bea mengalihkan pandangannya dari ponsel kepada wajah Louis, menatapi satu-satu bagian wajah Louis. Mulai dari alis, turun ke mata, hidung, hingga bibir indahnya.

Kenangannya terbesit kembali di otak. Saat Louis pertama mengiriminya pesan dengan nomor tidak dikenal, saat Louis mengajaknya jalan untuk pertama kali, atau saat Louis menjahilinya tanpa ampun hanya untuk melihat ekspresi kesalnya yang lucu.

Atau bahkan pada hari itu. Saat ia menoleh kebelakang dan melihat secara nyata bahwa Louis memang benar ada dibelakangnya, sedang tersenyum menatapnya merangkul Zayn.

Ia tidak menyukai Louis, itu mengapa ia bingung saat rasa tidak enak mulai muncul menghantuinya. Ia juga yakin Louis tidak punya perasaan untuknya sedikitpun.

"Gue juga." jawab Bea setelah puas memikirkan tentang kenangannya dengan lelaki jahil didepannya, rasanya terlalu pahit untuk dikenang tapi terlalu sayang untuk dilupakan.

"Gue boleh tanya gak?"

Bea mengangguk berkali-kali tanda ia setuju dengan permintaan Louis. "It's for free anyway."

Louis tertawa lalu menanyakan kembali tentang apa yang membuat mereka sedekat nadi; taruhan. "Dulu yang buat taruhan siapa sih?"

Bea menjawab dengan cepat tanpa hambatan, "Liam."

Louis tersenyum simpul, kembali mengingat saat ia memberikan sejumlah uang kepada Liam untuk membuat taruhan yang ditujukan kepada Bea.

Semua ini adalah ide Louis. Hanya saja Bea tidak mengetahuinya. Tapi teman-temannya yang lain tahu, termasuk Zayn. Pertanyaannya sekarang adalah mengapa Zayn tidak menahan Louis untuk mendekati Bea?

"Kalo gitu gue juga harus makasih sama Liam, ya?"

Bea mengangguk. "Ya iya. Orang dia yang punya uang."

"Bea,"

"Hm?"

Louis duduk terdiam dihadapan Bea, merangkai kata-kata agar tak terlalu terlihat norak didepan Bea. Agar tak terlalu dibilang berlebihan, tidak melankolis.

"Gue tuh sebenernya sayang sama lo. Jauh dari kata taruhan, gue beneran sayang sama lo.

Lo tau gak? Gue udah curiga semenjak Zayn lagi dirumah gue terus langsung pamit kerumah temennya. Terus gue nelpon lo dan berujung denger suara Zayn." Louis berhenti sebentar untuk tertawa dan mengalihkan pandangannya daripada harus menatap mata Bea.

"Padahal kan gue belom tuli, ya? Masa udah dibohongin aja?

Oiya, apalagi waktu gue ngeliat lo sama Zayn, rangkulan. Beh, gak ngerti lagi deh gue."

Bea kini mulai menatapnya iba. Bea benar-benar tidak tahu bahwa Louis memiliki perasaan yang lebih untuknya daripada seorang teman. Ia pikir setelah masa taruhan berakhir, Louis akan langsung melupakan Bea dan mencari perempuan lainnya untuk dipacari tapi ternyata tidak. Penilaian Bea terhadap Louis kali ini salah.

"Gue juga masih inget betapa risihnya kalo lo ngerusuh." ujarnya sambil mulai mengusap pelan tangan halus milik Louis.

"Gue gak ngerti lagi gimana harus bilang terima kasih setelah lo bikin gue bahagia walaupun cuma sebulan." lanjutnya lalu berpindah kesamping Louis dan memeluknya secara cepat.

Bea menangis, tak tahu persis karena apa. Tapi karena ekspresi bingung Louis, ia mengaku.

"Gue putus sama Zayn, dia selingkuh. Emang dasar anjing," umpatnya sambil terkekeh geli disela tangisannya yang belum mereda.

"Tapi beberapa hari ini yang muncul dipikiran gue itu bukan dia. Tapi gue keinget gimana rasanya waktu gue blushing pas lo bilang kangen sama gue karna libur tiga hari."

"Gue kangen lo yang kayak gitu, Lou."

Tanpa sadar, Louis mengeratkan pelukannya sambil terus mendengarkan keluhan Bea dan memperhatikan suaranya yang semakin serak.

Sebenarnya Louis ingin sekali membalas perkataan Bea dan langsung meminta Bea menjadi pacarnya sekarang juga. Tapi tidak, Louis tidak bisa. Louis punya tanggung jawab yang lain sekarang.









end.

ok gue boong. jadi chapter terpanjangnya ada disini :)))

by the way, tanggung jawab louis sekarang itu buat ngejaga gue. tolong percaya sama gue

terus, PLIS jangan bayangin bea nangis dipelukan louis kayak karin yang nangis dipelukan gaga sambil bilang 'maaf aku gak cantik' TOLONG JANGAN

see you!

Louis Tomlinsonㅡ FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang