Louis membuka aplikasi skype secara cepat, barulah masuk notifikasi bahwa Bea meneleponnya. Louis merapikan rambutnya dahulu sebelum ia mengangkat telepon dari Bea dan menghadap ke layar laptopnya. Dari detik pertama hingga menit kesatu, yang Louis lihat hanyalah warna hitam. Hal itulah yang membuat Louis penasaran dan melontarkan banyak pertanyaan dan pernyataan untuk Bea.
"Gaada gambarnya?"
"Oi, gue mau liat apaan?"
"Mana suara desahnya?"Setelah pertanyaan terakhir, tiba-tiba saja wajah Bea yang dipuja Louis itupun muncul. Louis tersenyum gembira, membuat Bea terpaksa tersenyum juga.
"Lo ribut, ya." seru Bea sambil mendengarkan Louis kekehan lucunya yang semakin membuat Louis gemas.
"Abisnya tadi item semua. Sumpah, deh."
Bea tertawa, malah semakin lebar. Entah apa yang ditertawainya, namun sekejap saja membuat Louis reflek tersenyum melihatnya. Tawa Bea berhenti membuatnya fokus kembali ke wajah Louis yang juga ada di layar laptopnya.
Menyadari sesuatu, Louis tiba-tiba saja bertanya. "Katanya lo lagi ena-ena?"
Kening Bea mengerut, tapi terlihat sedikit menahan tawa. Sedetik kemudian, Bea memutarkan bola matanya jengah. "Goblok." Umpat Bea kepada Louis dan ia benar-benar serius.
"Eh, lo--" perkataan Louis terpotong karena suara berat laki-laki yang memanggil Bea dari jarak agak. Louis menatap Bea meminta penjelasan, dan yang ditatap hanya menyuruh Louis untuk jangan mematikan sambungan telepon mereka karena temannya tadi memanggilnya.
20 menit kemudian, wajah bahagia Bea muncul lagi di layar hadapan Louis. Membuat Louis yang tadinya hanya memainkan ponselnya, kembali fokus kepada Bea. "Goodnight, Lou. Gue ngantuk."
"Jangan dong, gue masih pengen liat muka lo." seru Louis yang hanya dibalas tatapan datar Bea.
Louis melanjutkan sambil mengangkat kedua tangannya keatas secara bersamaan tanda ia menyerah. "Allahu, kamu kapan blushingnya?"
Bea kembali memutarkan bola matanya mendengar Louis tetap saja melontarkan gombalan busuk khas dirinya itu. "Udah, ah. Gue pengen tidur, astaga,"
"Tidur aja. gue liatin, nih, dari sini." Sahut Louis sambil terkekeh kecil. Bea yang sedang kesal antara ribet mengurusi Louis dan ia sudah mengantuk sekali, hanya mengambil ponselnya dan memainkannya.
Ponsel Louis yang berada di samping laptopnya itu berkedip dan bergetar, tanda ada notifikasi yang masuk. Louis membuka passcodenya dan membuka notifikasinya, ternyata pesan dari Bea. Louis pun membuka kolom obrolannya dengan Bea dan membaca pesan terakhir yang dikirim oleh wanita cantik yang sudah ia taksir sedari lama.
Bea: gak.
Louis tertawa. Kalau Bea sudah mengiriminya pesan dengan tanda baca titik dibelakangnya, berarti Bea sudah sangat marah. "Iya, deh."
Seperti teringat sesuatu Louis langsung berteriak pada Bea untuk jangan mematikan sambungan mereka karena dirinya ingin bertanya sesuatu.
"Yang manggil lo tadi, temen lo? Yang namanya Niaz?"
Bea terdiam sebentar, seperti enggan menjawab. Tetapi setelah semenit mendiamkan pertanyaan Louis, akhirnya ia memutuskan untuk menjawabnya. "Iya, kenapa?"
"Mirip suara Zayn, ya."
enaena apaan? *wink wink*
KAMU SEDANG MEMBACA
Louis Tomlinsonㅡ Fake
Short StoryIn case this is our very last night, hold my hand while we do what lovers do, Louis.