Kristabel Moore

50.9K 2K 57
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full story sudah bisa didapatkan melalui Playstore dan Karyakarsa.

Di Karyakarsa:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Karyakarsa:

Di Karyakarsa:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Terkadang aku membenci pekerjaanku. Ada hari-hari, di mana tekanan itu membuat aku nyaris tidak bisa bernapas. Seperti hari ini. Aku merasa sesak dan satu-satunya yang kuinginkan adalah berlari pergi, keluar dari ruangan pengap ini, berlari ke jalanan yang terbuka lalu, berteriak sekedar untuk melampiaskan kepenuhan di otakku dan mengembalikan pandanganku yang berair.

Ini benar-benar sesi pemotretan yang buruk! Kepalaku kembali berdenyut ketika aku mendengar teriakan dan makian Alejandro ketika salah satu asisten pencahayaan membuat kesalahan dengan memantulkan alat itu ke sudut yang menurutnya salah.

"Dasar sialan! Kalau kau tidak bisa melaksanakan tugasmu dengan baik, keluar saja! Keluar kalian semua, dasar bodoh!"

Aku memejamkan mata sejenak ketika perhatian pria itu teralihkan. Mataku sakit dan lelah karena berusaha mengikuti instruksi Alejandro untuk membuatnya terlihat – apa istilahnya? Yah, ekspresif. Aku menghela napas dalam dan merasa lega ketika asistenku mendekat untuk membersihkan bulir-bulir keringat yang mulai menutupi bagian atas keningku.

"Terima kasih," aku menyambut uluran botol minun dan segera meneguknya.

"Kau terlihat lelah. Ayo, duduklah dulu sementara kita merapikan tampilanmu."

Aku menurunkan botol itu dan menatap Letia lalu memindahkan pandangan penuh artiku pada Alejandro yang masih berteriak gusar di seberang terjauh ruangan. Entah sedang memarahi siapa lagi.

"Dia akan lebih marah kalau make up-mu berantakan."

Letia ada benarnya, jadi aku membiarkannya membimbingku ke tepi sementara penata rias melakukan sisanya. Apapun itu, aku bersyukur aku akhirnya bisa memejamkan mata dan menenangkan denyut di kepalaku selama beberapa saat.

The Sheikh's Mistress - REPOST for adult onlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang