Happy reading, semoga suka.
Availabe juga di Karyakarsa
Luv,
Carmen
________________________________________________________________________________
Aku membuka mata dan meresapi beberapa detik yang menenangkan itu dengan berbaring di atas kasurku dan menatap langit-langit kamar. Udara yang bergerak di sekitarku sejuk, dengung halus dari pendingin yang bekerja sepanjang malam membuatku merasa nyaman, ataupun setidaknya kamar ini tidak jauh dari kata sunyi.
Aku menggerakkan kepalaku pelan, mencoba melihat melalui tirai tebal yang menutupi pintu balkon dan tidak bisa melihat apa-apa di baliknya. Tapi, perasaanku berkata bahwa malam sudah lama tenggelam dan matahari mulai bergerak naik dalam sinarnya yang pucat.
Aku menghela napas dan akhirnya membalikkan tubuhku ke sisi lainnya, menguatkan hati untuk tidak mempedulikan tempat kosong di sebelahku dan menancapkan pandanganku hanya pada jam digital yang berada di nakas sebelah – mungkin sebaiknya aku pindahkan, tapi aku terlalu tolol untuk melakukannya semalam.
Layar hitamnya menunjukkan kekontrasan dengan angka lima dalam garis-garis warna merah. Pukul lima pagi, aku mengulanginya kembali di dalam hati.
Aku mendesah dalam dan kembali membaringkan tubuhku di atas bantal, lurus menatap langit-langit, menjaga mataku agar tidak menoleh ke bantal kosong di sebelahku. Getaran halus di dadaku hampir terasa seperti sakit ketika aku mencoba membayangkan kembali. Kapan terakhir kalinya Kareem berbaring di sini, merengkuhku di dalam tidurnya? Kapan? Rasanya sudah lama sekali sehingga aku gagal mengingatnya.
Aku hanya ingat pria itu berkata bahwa dia harus pergi ke London, mengurus bisnis dan akan kembali.
Walau kata tunggu aku tidak pernah secara terang-terangan diucapkan, tapi Kareem menyiratkan bahwa dia akan kembali.
Yang perlu aku lakukan hanyalah menunggu.
Aku melepaskan napas dalam lainnya dan bergerak bangkit. Jelas aku tidak akan bisa tidur lagi. Aku bergerak ke samping tirai, mencari tombol otomatis dan menekannya, membiarkan keremangan menyeruak masuk sehingga mengangkat kemuraman kamar ini. Lalu aku bergerak ke arah kamar mandi, membiarkan telapak kakiku telanjang menyentuh lantai, agar aku merasa yakin bahwa aku masih bisa merasakan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sheikh's Mistress - REPOST for adult only
عاطفيةThe Sheikh's Mistress Untuk dewasa Availabe on Google Play https://play.google.com/store/books/details?id=YMFSDwAAQBAJ