seven

138 24 0
                                    

Langkah pria Itu terhenti pada sebuah ruangan dengan papan kayu bertuliskan 'ICU'. Di samping kamar itu terdapat beberapa keluarga yang sedang menangis atau bahkan syok. Mereka yang sadar atas kehadiran pria itu pun segera mengisyaratkan nya untuk masuk ke ruangan ICU tersebut. Dengan gerakan cepat ia pun mendorong pintu ruangan tersebut dan memasukinya. Dapat dirasakan aroma obat-obatan yang menyeruak ke indra penciuman, dan suara alat pendeteksi detak jantung memenuhinya.

Seorang pria yang hampir seluruh bagian tubuhnya terdapat luka-luka itu pun, terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit ini. Bahkan lengannya yang kekar dan dipenuhi banyak tatoo itupun diperban dan terdapat noda merah di perban tersebut.

Saat ia sadar jika ada seseorang yang memasuki ruangannya, pria itupun segera menoleh lemah, bahkan saat takdir mulai memaksa memberikan alur menyakitkan untuknya, ia masih tetap memberikan senyuman terbaiknya. Pria yang masih mematung di depan pintu itu pun langsung melangkahkan kaki untuk menghampirinya.

"Hey, mate. Bagaimana keadaanmu?" Tanya pria berawajah ketimuran itu.

"I feel better" balas pria keriting yang terbujur lemah itu.

"Bagaimana bisa kau bilang keaadanmu lebih baik, jika apa yang ku lihat-"

"Tutup mulutmu, Zaynie. Aku tidak memiliki banyak waktu lagi."

"Harold! Jangan berbicara seakan-akan kaulah yang menentukan ajalmu sendiri" ujar pria ketimuran itu yang mulai khawatir akan kondisi sahabatnya.

"Zayn, a-aku ingin kau memberikan ini pada Ken. Kau tahu 3 hari lagi adalah pertunangan kami" ujar Harry, sambil mengambil suatu benda di dalam selimutnya.

"Harry, apa ini? Maksudku, jelas ini cincin pertunanganmu dengan Ken, dan kau akan memakaikan cincin ini di jari manisnya 3 hari lagi. Tapi mengapa kau memberikan ini padaku, dude?" Tanya Zayn tidak sabaran.

"Zayn, kau tidak mengerti. Bahkan rasanya aku bernafas pun sulit. Dagingku seraya terkoyak, tenggorokanku terasa kering, airpun tak cukup untuk kutelan, nafasku serasa ditarik paksa dari orbitnya, tulangku rasanya ngilu dan kaku. Kau tidak mengerti Zayn. Aku mungkin dilahirkan untuk berkelahi dengan pria tukang mabuk di luar sana, tapi aku tidak dilahirkan untuk berkelahi dengan takdirku sendiri, Zayn."

"Lalu bagaimana dengan orang tuamu? Bagaimana dengan Gemma? Bagaimana denganku atau Louis? dan bagaimana dengan Ken?!" Ujar Zayn sedikit terpancing emosinya, tetapi sahabatnya itu malah tersenyum lemah sambil menatap langit-langit ruangan ICU.

"Inilah tujuanku memanggilmu, Zayn" Harry pun kembali menatap Zayn,lemah kali ini tatapannya sangat lemah.

"Jika pada waktunya nanti, orang tuaku, Gemma, Louis, dan mungkin Ken menangisi ajalku. Aku ingin kau mengalihkan kesedihan mereka, aku ingin kau selalu menjadi alasan untuk mereka kembali berbahagia. Dan, Ken-" Harry pun tersenyum jika ia mengingat gadisnya itu.

"Aku menitipkan nya padamu ,Zayn. Buatlah dia melupakanku, gantikan posisiku sebagai calon tunangannya. Aku tau aku egois, tapi aku berusaha menepati janjiku kepada diriku sendiri untuk menjadi kekasih, dan seorang ayah untuk Ken. Melalui dirimu, Ken akan terus terlindungi. Aku mohon kepadamu, Zayn"

"Harry? Ku mohon berjuanglah. Aku tidak mungkin menggantikan posisi mu untuk menikahi Kenny suatu saat. Aku-arrghh!!" Zayn menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya, berusaha meredam emosinya, tetapi ia semakin terkejut akan suara pendeteksi detak jantung di ruangan ini berbunyi mendengung. Ia melihat Harry tidak sadarkan diri, bibirnya pun membentuk lengkungan. Ia tersenyum. Dengan segera Zayn meletakkan jari telunjuknya di dekat lubang hidung Harry bermaksud mengecheck ia masih bernafas atau tidak. Tetapi takdir seakan tidak berpihak lagi kepadanya.

ANOTHER TIME, THE SAME LOVE [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang