.
.
.
.
Pras berjalan di koridor Polda sambil membawa beberapa map berwarna di tangan dengan siulan tak tertahankan. Ini masih jam 6 pagi, dan tumben-tumbenan Pras datang sepagi ini dengan membawa map sendiri pula. Biasanya.. entah Panji atau Iren yang dia mintai tolong dan dia hanya duduk santai di kursi sembari bermain game. Pras sedang sakit, sakit cinta namanya. Makanya, dari tadi ia tidak berhenti tersenyum-senyum sendirian.
Cinta. Sebuah kondisi yang berhubungan dengan perasaan dan mental seseorang, bisa menyebabkan susah tidur, tersenyum-senyum sendiri, rindu tak tertahankan serta bisa-bisa menjadikan orang yang dicintai jadi objek pikiran kotor.
Dan ya. Itulah yang dilakukan Pras saat tadi malam. Ia menonton film biru, dan setelah itu memikirkan dirinya bersama Wiwa yang.... ya sudahlah, kalian sendiri tau bagaimana otak Pras yang dungu itu kadang bereaksi.
Pras sampai diruangan yang Alhamdulillah sudah bersih, mengkilat serta harum aroma nya. Dia masih bersiul saat pantat bulat itu ia daratkan pada empuknya bantalan kursi. Membuka map merah dan mulai membaca hal-hal yang tercantum pada kertas tersebut lalu mengangguk-anggukan kepala nya macam kambing kejang-kejang, tanda bahwa ia mengerti.
Sekitar jam setengah 7, rekan nya Nauval tiba dengan wajah datar lalu bibirnya sedikit dimonyong-monyongkan. Seperti anak alay yang sedang berselfie ria, dan Pras melihat Nauval mirip dengan Dijjah Yelow versi lelaki.
"Selamat pagi" sahut Pras. Nauval terlonjak kaget. Dia kira, dialah makhluk Tuhan paling seksi yang pertama datang ke kantor. Namun, rupa-rupa nya ada si makhluk Tuhan paling idiot, autis, hiperaktif, ngeres dan aneh yang sudah hadir duluan. Makan obat dosis apalagi ini syaiton!ㅡdesis Nauval dalam hati.
"Apa cuk!" Balas Nauval kasar. Dan Pras memaklumi. Ini pasti akibat rumah tangganya yang berantakan, akibat serial Uttaran. Hahahahah mampus!
"Keep santai Ndan"
"Haissh.. sana! Beresin kerjaan kamu! Jangan ngerusuh!"
Setelah mengatakan itu Nauval langsung membuka laptop. Jangan berpikir ia akan mengetik beberapa laporan. Itu kesalahan besar. Dia Nauval, si otak penuh 'ke-ajimumpungan'. Mumpung ada wifi gratis di kantor, mumpung ada laptop di meja, mumpung masih pagi, mumpung belum rame yang datang. Lebih baik dia streaming di youtube, setidaknya ia bisa menonton liga sepakbola atau motogp yang tak bisa ia tonton karena si bendahara rumah telah menyabotase remot dan tivi nya. Ck! Nasip orang pinggiran.
Selama hampir setengah jam terdiam, dengan kesibukan mereka masing-masing. Akhirnya Pras dan Nauval disadarkan oleh bunyi sirine. Tanda apel pagi harus dimulai. Pras melihat kekiri dan kekanan, melihat keadaan ruangan nya yang sunyi sepi seperti sedang merayakan hari nyepi di Bali, biasa Nauval ngerusuh.. tapi hari ini dia membisu. Panji dan Iren belum juga datang. Palingan mereka berdua sedang merenda kasih di warung Haji Mukamat, penjual bubur cirebon yang enak nya bukan main itu.
"Panji sama Iren mana?"
"Ku tak tau"
"Oh!" Balas Nauval singkat,lalu beranjak dari duduk nya tanpa mengajak Pras. Kakak Asuh egois!
***
"Mhas Pras"
"Mhasss.. sstttt"
"Mhasssss"
Desahan aneh serta suara bisikan mengusik indera pendengaran Pras. Itu mbak Jun, anak pak Min penjual nasi padang di kantin Polda. Mbak Jun itu seorang janda muda, punya body bak Pamella 'duo serigala' yang pastinya bikin kaum Pras geleng-geleng sambil bersiul. Melihat pemandangan seperti ini, membuat Pras sepertinya ingin cepat-cepat menikah dengan Wawi eh maksudnya Wiwi eh bukan.. Wiwa maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Hours
RandomJika kalian mengenal Nauval, maka kalian mengenal Pras. Jika kalian tau Nauval dengan Andini, maka disini kalian harus tau Pras dengan siapa? Pras si Perwira tolol yang jujur dan seorang pemuda tampan yang Playboy pernah jatuh cinta. Pada seorang ga...