Saldama Dwiwarna Syach
Umurku di tahun ini sudah hampir menginjak angka dua puluh enam tahun. Sudah tua. Matang. Wanita karir. Dan single. Aku bekerja di salah satu perusahaan koran dan iklan di bogor sana bernama Quiw Project. Aku adalah pegawai yang bekerja dibidang jurnalistik dan narasi.
Bip.....bip.....bip....bip...
Jam weker ku berbunyi dengan begitu nyaringnya. Entahlah, akhir-akhir ini aku selalu bangun lebih awal. Aku bangun dari tempat tidur lalu dsn bergegas masuk kedalam kamar mandi. Kubasuh muka dan setelah itu di lanjutkan dengan menyikat gigi. Aku melihat bayangan diriku di cermin. Wanita menyedihkan, kantung mataku makin menghitam, tulang pipiku sangat menonjol dan tak ada semangat. Itu terlihat sangat jelas di wajahku ini.
Kau tau, hidup di kota ini bagiku adalah surga. Walaupun wajahku makin jelek atau tidak bergairah seperti empat tahun yang lalu, tapi aku bahagia. Disini, orang-orang sangat minim akan rasa penasaran ataupun bersosialisasi. Terlebi lagi aku hidup di sebuah apartemen yang sebagian besar pemiliknya adalah pekerja dan mahasiswa. Aku tak tau apa yang tetangga sebelahku lakukan, aku juga tidak tau nama tetangga di unit depan. Ya, tanpa sosialisasi ataupun bergaul. Aku suka, ya sangat suka, karena paling tidak aku tidak memiliki tetangga usil yang suka iri ataupun tetangga aji mumpung yang sangat gemar meminta tolong. Saat bertemu paling tidak aku dan tetanggaku hanya tersenyum saat bertegur sapa, bukan nya bergosip ria seperti lain nya
Kringgg.....kringgg....kringgg
Bunyi ponselku mengalun sangat keras. Akupun berlari ke kamar dan langsng mengambil handphone ku yang terletak di atas meja nakas kulihat nama Mama terterah di flip handphone ku. Langsung saja kuangkat telepon mama
"Hallo Assalamualaikum"
"Hm Waalaikumsalam! Wa! Kamu selama ini kemana aja? Tadi malam mama telpon gak kamu angkat"
"Sehabis pulang dari Bogor, Wiwa langsung tidur ma"
"Ya Allah, kamu masih tahan kerja di tempat kerja bedebah itu? Waaaaa!! Sadar waaa!!"
Aku tahu, mama adalah orang kesekian yang selalu menentang tempat kerja ku itu. Memangnya kenapa antara Jakarta dan Bogor? Selama ini aku bahagia. Jakarta? Cukup untuk tempat tinggal saja menurutku, Bogor sangat pas dengan hatiku.
"Ma jangan mulai, dong.."
"Mulai apa wa? Kamu tuh! Udah empat tahun gak pulang kesini? Jangan-jangan kamu sembunyiin anak perjaka ya?" Tuduh mama
Oh, dewa neptunus. Aku tidak segila itu, i just working in here..
Oh gosh! Untuk apa mama berpikiran sekotor itu??
"Mama mulai deh. Pokoknya kalo mau ketemu aku kesini aja, sekalian lihat aku ada nyembunyiin anak perjaka orang gak? Yaudah ya mah. Aku mau mandi dan sarapan. Bye Assalamu'alaikum!"
Daripada aku gila karena perkataan mama lebih baik aku menonton tivi saja. Semoga dengan menonton bisa sedikit menaikkan mood ku.
***
Tak ada yang bisa aku lakukan di hari libur seperti ini. Menonton spogebobs squerpants adalah pilihanku. Aku sangat menyukai spogebobs karena kurasa dia bebas dan bodoh tetapi lumayan pintar, dan baik. Tidak seperti patrick yang lebih bodoh daripada spongebob
Sudah beberapa episode yang ku tonton secara seksama dan serius tapi, entahlah satupun cuplikan tak membuat hati ku riang dan mood ku kembali baik.
Akibat bosan yang tiba-tiba muncul, aku memuskan untuk pergi ke minimarket di bagian bawah apartemenku, ku beli snack dan beberapa kentang, dua kilo terigu, satu rak telur, coklat batang, selai, mentega dan bahan pangan lain nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Hours
CasualeJika kalian mengenal Nauval, maka kalian mengenal Pras. Jika kalian tau Nauval dengan Andini, maka disini kalian harus tau Pras dengan siapa? Pras si Perwira tolol yang jujur dan seorang pemuda tampan yang Playboy pernah jatuh cinta. Pada seorang ga...