Hari Pertama

5.7K 206 1
                                    

Cahaya matahari sudah semakin meninggi. Cahaya matahari terlihat memancar dari sela-sela gedung yang tingginya mencakar langit. Sudah jelas jika itu adalah kota Jakarta. Kota yang sangat terkenal dengan kemacetan jalannya. Mobil - mobil pun sudah mulai memadati jalan raya. Terlihat jika semua orang sedang berburu-buru karena ini adalah Hari Senin. Hari Pertama.

Namun beda dengan seorang gadis yang baru memasuki SMA kelas X, Prilly. Nama lengkapnya adalah Prilly Latuconsina. Seorang gadis sangat susah ditebak kepribadiannya. Jarang memiliki sahabat karena sikapnya yang cenderung Kasar. Namun sangat bijaksana. Gadis itu sedang duduk tenang dalam mobil menatap gedung - gedung yang di laluinya.

Tapi bukan menatap dalam kata yang sebenarnya, sebab hanya dirinyalah yang menatap gedung-gedung itu sedangkan otaknya sedang jauh berkelana.

Dirinya terus berfikir bagaimana jika disekolah ini juga tak ada yang ingin berteman dengannya? Gadis itu sangat ingin memiliki teman. Yang bisa diajak susah, senang, marah, dan keadaan yang membuatnya lupa akan masalah rumah yang membentuk dirinya.

Disaat gadis itu sedang melamun, tiba-tiba saja mobil bergetar hebat dengan cepat kemudian berhenti di tempat dengan tiba-tiba juga membuat Prilly terkaget.

Prilly menyeritkan alisnya. "Kenapa ini, Kang?" Tanya Prilly.

"Aduh non, maaf!" Gerutu Kang Ardi sambil menengok ke belakang. Prilly Menyeritkan alisnya lagi semakin dalam.

"Ada apa kang?" Tanya Pilly sambil melihatnya yang juga sedang melihatnya. Kang Ardi terlihat gugup. Prilly mengetahuinya karena sedari tadi dia hanya menggaruk tengkuknya.

"Ban mobilnya kempes maaf, Non." Ujar Kang Ardi dengan kaku. Mau tak mau Prilly tersenyum.

Ternyata ini alasannya, Pikirnya.

"Oh... Saya kira apa kang. Ternyata ban nya kempes? Tak apalah kang. Biar Ily jalan kaki. Tuh! Udah deket juga" Balas Prilly sopan sambil nunjuk anak anak yang pada jalan kaki. Kang Ardi terlihat tidak enak.

"Gak apa apa non jalan kaki?" Tanya Kang Ardi sekali lagi. Dia terlihat enggan menurunkan Prilly untuk berjalan kaki.

Prilly terkekeh "Gakpapa kang. Udah, akang pulang aja. Biar Ily yang jalan kaki" Usirnya lembut.

Kemudian turun dari mobil lantas merapihkan bajunya yang sempat tersingkap akibat duduk setengah berbaring di mobil.

"Yaudah teh non. Akang pulang yah?!" Pamitnya dan Prilly menganggukan kepalanya. Tak lama kemudian mobil Fortuner-Putih yang dia naiki bergerak menjauh.

Prilly menggaruk tengkuknya

"Terpaksa deh jalan kaki, gak papa hitung hitung tenaga. Kan sekalian olahraga." Hiburnya.

Dengan langkah yang super duper malas, Prilly melangkahkan kakinya menelusuri jalan setapak yang hanya tersisa beberapa ratus meter dari sekolahnya.

Prilly sedang asik berjalan sambil memandang ke arah bawah tak sadar Prilly menabrak seseorang yang memakai sepatu Nike Airmax warna putih bersih.

Dia menebak pasti pemilik sepatu itu adalah cowok karna ukuran kaki yang sangat lebar di banding sepatu mungilnya.

Dan juga...

Aromanya sangat menenangkan baginya.

Sangat Manis, batinnya

Bahkan air liurnya hampir menetes. Prilly segera menggelengkan kepalanya membayangkan hal yang tidak-tidak.

My Badboy - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang