Laura Pov
"Melelahkan!", desisku seraya mendaratkan bokong ke kursi. Ini hari Rabu dan tidak ada jadwal latihan. Sekedar info tentang jadwal gua, Kamis Jumat latihan PADUS dan Selasa Sabtu Latihan dance. Mungkin karena hari ini kelas kami ada olahraga sepak bola dan semua stamina di serap. Untung saja jam pelajaran olahraga terakhir, jadi bisa langsung pulang.
"Ini" Nayla menyodorkan segelas air es, "Thanks" Sekarang gua lagi di rumah, Nayla juga ada. Kami hari ini mau latihan bareng, sebelumnya dia sudah mengganti seragam. Rumah dia yang duluan dapat dari rumah gua, mengguntungkan bagi-Nya.
"Tante belum pulang yah, Ra!" Tante yang di maksud mama gue. "Belum Nay, masih ngajar. Paling bentar lagi." Melenggang ke kamar mengganti seragam meninggalkan Nayla. Mama gua kerja sebagai dosen di sebuah Universitas seni dan mengajarkan musik.
"Nay, kita makan dulu yah. Baru latihan." Ajak gua menuju dapur dengan Nayla di belakang mengikuti. "Ra, loe ngajak gua makan tapi loe ke kamar mandi." Sahut Nayla histeris karena mengikuti gua ke kamar mandi. "Sesak pipis dodol!"Balasku dengan teriakan. " loe bisa ambil sendiri kan!" lanjut gua lagi sambil teriak.
"Enggak usah teriak, oneng. Gua enggak budek!" Gua cekikikan mendengar jawabanNya. Selesai urusan dari kamar mandi, gua melihat Nayla dengan wajah kelaparan sama seperti gua. Di hadapan nya kini sudah lengkap, tinggal giliran gua.
Haneuri paraeseo haetsari bitnaseo. Nae nunmuri deo jal boina bwa. Wae naneun neoinji wae hapil neoinji. Wae neoreul tteonal suga eobtneunji. Suara suami gua sebagai nada dering menghentikan aktifitas gua. "Angga, Ra" Nayla memberitahukan, gua mengambil hp gua yang terletak di atas meja makan. Mengeser layar hijau, menekan loudspeaker dan melanjutkan aktifitas gua yang terhenti.
"Apa, Nga?" Tanya gua sambil mengambil nasi yang tidak jauh dari meja makan. Pastinya suara gua bisa nyampek sama dia karna gua udah pernah nyoba dengan Nayla, korban nya.
(Ra, loe d mna?) Kan Angga bisa dengar, gua melanjutkan percakapan kami.
"Di rumah."Jawab gua dengan posisi sekarang udah di meja makan dan Nayla di samping gua.
(Ohh! Tadi gua jumpa ibu Anne pas masih main futsal. Ibu Anne nyuruh kita 2 antar formulir pendaftaran lomba.)
Belum sempat gua menjawab, Nayla langsung merengek tiba-tiba dengan wajah puppy eyes. "Ra, gua ikut!" "Nanti gua telpon kak Tantri biar kita yang antar formulir pendaftaran dance." Lanjutnya lagi.
Pas gua mau jawab Nayla, si Angga langsung menyahut pertanyaan Nayla.
(Ngapain loe ikutan, dasar CENTIL.) Gua ngakak dalam hati, bentar lagi ada peperangan nih dan gua liat Nayla mengepalkan tangan Nya. Untung saja mereka sekarang lagi enggak face to face. Kalau itu terjadi, gua langsung kabur. Terakhir kali memisahkan mereka gua malah malu sendiri dan biasanya mereka enggak lamaan marahan Nya.
"APA URUSAN NYA SAMA LOE!" Itu pernyataan bukan pertanyaan
Sebelum si Angga menjawab, makin berabe masalahnya. Gua juga udah laper! Gua mengakhiri perdebatan mereka.
"Senin kita antar formulirNya kan? Oia, Nga udah dulu yah. Gua sama Nayla mau lanjut makan!" Gua mengakhiri percakapan sebelah pihak tanpa menunggu jawaban dari sebrang.
"Ayo makan Nay! Kita 2 yang pergi antar formulirNya pun."
Gua bujuk dia, biar enggak manyun lagi. Dan gua berhasil, gua bisa liat senyum Nayla. Kami melanjutkan aktifitas kami yang terhenti. Tanpa diketahui Nayla, gua berdoa agar Tuhan melancarkan semuanya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
PAST
Teen FictionMelangkah menuju masa depan tanpa menyelesaikan masalah di masa lalu. Menimbulkan rasa bersalah dan ingin melupakanNya. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan memberi kesempatan untuk memperbaikiNya.