Laura Pov
Tuts piano terakhir mengakhiri lagu "Fatin-Dia Dia Dia" dan tiba-tiba suara tepuk tangan terdengar. Ini bukan hantu kan!!! Bulu kuduk gua merinding. Gua noleh ke arah pintu dan muncul seorang anak lelaki dengan baju seragam SMP.
"Permainan loe bagus" katanya, dia mendekat. "Nama gua Radit, loe...?" Dia menyodorkan tangan nya agar kami bs berkenalan. Dia seperti menanti jawaban gua,terlihat dari wajahnya yang sedang menunggu. Bukannya cepat membalas, gua malah memberi senyuman. Lucu liat wajahNya seperti itu. Keburu dia marah, gua ingin membalas salam nya tapi...
"Ra, ayo pulang nak." Itu papa, gua melenggang pergi meninggalkan dia. Pas melewati pintu keluar, "Hey!!! Gua blm tau nama loe" Gua membalikkan badan, gua liat wajahnya dan tanpa gua sadari. Gua kasih senyum kedua kalinya, "Kita bisa ketemu lagi." Kata gua mengakhiri dan gua kembali ke papa yang setia menunggu.
Ingatan 3 tahun lalu itu hadir dan itu kejadian pertemuan gua dan Radit pertama kali di tempat yang sekarang gua bersekolah. Waktu itu gua kelas 5 SD dan biasanya ruangan ini yang menjadi tempat gua menunggu abang pulang dari sekolah. Papa sering menjemput kami tapi karena sebuah urusan kerja ke luar negeri, papa tidak bisa menjemput lagi. Akhirnya Papa membelikan motor untuk abang agar bisa menejemputku. Tapi sekarang enggak ada papa dan abang yang jemput lagi.
Mataku terasa panas mengingat semuanya, aihh... acara pake netes lagi. Sambil menghapus cairan bening itu, gua mengeluarkan ponsel dari kantong rok. Mencari kontak Angga dan mengetik pesan.
To Angga
"Nga, maafin gua yah :( "
3 hari ini sejak pertemuan dengan Radit, entah kenapa ada jarak diantara kami berdua. Tetap ngomong tapi sekena-nya dan rasanya itu enggak enak banget. Belum sempat HP nya gua masukki, HP ku bergetar menandakan sebuah pesan masuk.
From Angga
"Santai aja mbak :)"
To Angga
"Loe d mana, gua kangen loe?" {}
From Angga
"Apaan loe? -_- Gua d kelas. Tadi loe asal keluar aja, ngak ngajak-ngajak gua."
Tadi selesai dari pelajaran ibu Anne gua langsung ke ruangan musik tanpa memberitahu Angga.
To Angga
"Hehehe :D Sorry! Gua takut loe nolak :3"
From Angga
"Emang gua bisa nolak loe? Jadi, loe sendiri lagi di mana sekarang? Sama Nayla rempong?"
To Angga
"Sampai sekarang emang belum sih! Ruangan musik dan enggak ada Nayla. Loe kangen?"
Gua terkekeh liat kelakuaan Angga, seketika mood jd bagus. Gua jd ingat waktu pertama kali masuk.
"Loe anak baru yah?" Tanya Angga "Ea!"
"Loe masuk apa?" Gua ngelirik namaku di mading, beberapa detik kemudian gua menemukan namaku. "Gua di kelas D."
"Sama dong, Gua Angga" *menjabat tanganku secara tiba-tiba*
"Laura" *Membalas jabat tangan*
"Teman!" "Ea, teman." "Selamanya." "Ea, selamanya"Eh
Gua kaget, bola mataku rasanya mau keluar pas dia ngomong ngitu. Gua mau menyangkal dan dia langsung ngomong "Loe, udah terlanjur balas omongan gua. Dan itu janji, Okay!" Tanpa mau dengar gua ngomong, dia pergi. Gua kira hari-hari gua akan menyedihkan, tp malah sebaliknya. Dia adalah sahabat gua setelah Nayla, tapi kedua-nya tidak pernah aman. Pasti akan ada keributan yang di timbulkan kalau sudah bersama.
From Angga
"Najiss.... Cepatan balek ke kelas, waktu istirahat sudah hampir habis. Oia, nanti temanin gua jumpa sepupu gua. Ok!"
Gua melirik jam tanganku "Benar kata Angga tinggal 5 menit lg." Sambil berjalan keluar, gua mengetik pesan untuk Angga.
To Angga
"Ok Komandan."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
PAST
Teen FictionMelangkah menuju masa depan tanpa menyelesaikan masalah di masa lalu. Menimbulkan rasa bersalah dan ingin melupakanNya. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan memberi kesempatan untuk memperbaikiNya.