~2~

1K 145 69
                                    

Sepasang burung merpati putih bertengger pada sebuah ranting pohon buah mangga. Bercengkrama seakan tengah membicarakan suasana pagi cerah saat itu. Para ibu yang memiliki tugas setiap awal pagi tak menghiraukan kesempatan untuk melakukan pekerjaan mereka.

Sedang anak sekolah bersiap menuju pada aktivitas masing-masing. Seragam merah muda, merah, biru, abu-abu berdominasi putih tampak sibuk dengan tugas yang telah diberi sekolah.

Memeriksa sepeda jika tersisa waktu, menyetop angkutan umum atau berangkat dengan orang tua, dilaksana.

Begitu pula yang akan Ruby hadapi sehabis memeriksa peralatan tulisnya. Dirasa cukup, gadis yang memiliki mata merah kecoklatan bercermin, lalu menata ulang tatanan rambut kuncir kudanya.

Belum sampai kakinya menapak pintu keluar, Papanya memanggil. "Ruby!" langsung reflek, Ruby berhenti—menoleh.

"Sehabis sekolah, pulang segera." ucap Revan yang tak tau mengapa mendebarkan hati Ruby, karena jarang sekali Papanya melakukan pertemuan dengan formal.

Gadis itu hanya membalas anggukan. Sebelum melesat pergi.

- - -

Kegiatan belajar mengajar berlangsung lancar walau matahari menembus tirai jendela tanpa pengampunan.

Selepas memberi beban pada siswa kelas X, Bu Rianti—guru Biologi mengemasi tas keperluan mengajarnya lalu menutup perjumpaan, istirahat.

Segerombolan murid Taruna Bangsa, berhambur menuju kantin. Cuaca panas ditambah perut berkeroncong, menjadikan mereka nampak tak ada bedanya dengan srigala.

Stand bakso kurcaci, paling banyak diminati. Selain bakso yang berukuran mini, jumlahnya juga banyak. Puas!

Saking ramainya orang, Ruby sampai tak kedapatan kursi, sambil memegang piring berisi nasi goreng dan jus melon, Ruby memilih mencari tempat duduk diluar kantin.

Baru tiga suap nasi goreng yang mendarat, Ruby teringat pada pesan Papanya tadi pagi. Kira-kira apa yang ingin dibicarakan. Gadis pendiam itu duduk di dalam kelasnya dalam hening.

Tak berlama-lama. Bel berontak seakan meneriakkan para siswa kembali masuk kelas yang membosankan itu. Ada berbagai emosi dari segelintir orang, ada yang masih lapar dan ada yang serat tanpa sempat minum.

Tetapi nasib berkata lain.

- - -

Pukul satu lewat tiga puluh menit. Pria keturunan Jerman tersebut telah siap untuk memberitahu kabar gembira pada keluarga.

Istrinya, diperkirakan 50 menit lagi, tiba. Sedang, anaknya sudah sampai. Dengan diantar mang Jono, Ruby bergegas masuk sambil mengucap salam.

Ruby diminta untuk duduk di ruang tamu, setelah Mamanya datang. Sementara itu, ia boleh melepas lelah sejenak.

Shluuuurr... begitulah bunyi cairan transparan dari dalam lemari pendingin saat memenuhi gelas dengan warna serupa. Rasa segarnya langsung membasahi kerongkongan kering tandus selepas sekolah.

Perut juga rasanya ingin diisi oleh sesuatu yang manis. Kue red velvet semalam dijadikan tambatan terakhir.

Setelah puas, Ruby mengganti seragam dengan baju biasa. Cklik! Televisi menyala.

Sahabat KacaKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang