~4~

845 119 43
                                    

Baru sehari kami menempati rumah baru ini. Baru sehari kami terlelap dalam tenang tanpa bunyi bising kendaraan atau asap debu. Baru sehari yang rasanya telah nyaman dengan suasana dan lingkungan baru seperti sekarang.

Setidaknya itu kesan yang terdengar dari dalam hati gadis bermata merah kecoklatan tersebut. Sambil mengikat rambutnya menyerupai kuncir kuda, gadis itu bangkit dari ranjangnya lalu tersenyum pada matahari. Kemudian Ruby melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Butuh waktu sekitar 20 menit baginya menyudahi kegiatannya bersama air. Melangkah kearah lemari dengan pakaian mandi atau bahasa gaulnya disebut bathleisure dilanjut menukar baju disana.

Ruby telah siap, ia menuju cermin untuk membenahi tatanan wajah beserta penampilannya. Tetapi ada suatu fakta dari kaca cermin didepannya, kaca itu telah rusak yang menyisakan setengah bagian, setengahnya lagi entah kemana mungkin dibawa masa lalu mantan.

Oke serius!

Terselip rasa kesal melihat penampakan yang berada dihadapannya sekarang. Ruby memilih untuk berkaca sebentar sebelum ia melengos pergi meninggalkan kamar.

"Pa,,, Papa!" Ruby mencari keberadaan Papanya untuk memberitahu kejadian tadi, tapi mengapa tidak ada balasan. Gadis itu yakin benar di saat awal baru seperti ini Papanya tidak mungkin langsung bekerja. Setidaknya dia harus memeriksa kelengkapan semuanya.

Ruby terus memanggil, hingga membawanya pada suatu ruangan paling ujung dari rumah ini yang berada di lantai satu. Ruangan itu sepertinya ruang barang bekas yang jarang didatangi orang. Terlihat dari pintu kayu yang warnanya telah memudar serta gembok tersemat. Tapi tunggu ruangan itu belum benar-benar terkunci.

Rasa penasaran membawa Ruby masuk. Gelap. Satu kata itu mendominasi saat telah berada didalam, pengap dan berdebu. Adakah sakelar lampu terdekat?

Ia mendengar suara benda jatuh, membuatnya refleks memandang pada sumber suara. Entahlah apa itu, yang pasti tidak dapat terlihat oleh matanya. Kakinya terus melangkah karena rasa ingin tahu, sehingga....

Aduh!

Ruby memekik dalam hati, sepertinya sesuatu telah diinjak yang menyebabkan dirinya tersungkur hampir mencium keramik beraroma tak dapat digambarkan tersebut.

Saat menyentuh kening, Ruby merasa ada sesuatu menetes atau berjalan dari kepalanya, ia meraba dan merasakan sesuatu yang bergerak. Saat dicium bau khas binatang itu langsung terendus. Spontan, Ruby menjauhkan hewan itu dari kepalanya menjauh.

Sambil jingkrak-jingkrak tak karuan.

Ia bahkan tidak peduli rambutnya berantakan akibat tangannya yang terus mengusap. Yang dipeduli kan hanya satu, hewan—kecoa itu tak lagi berada disana. Setelah berhasil mengusirnya, pikiran Ruby kembali tenang.

Ia bangkit dan menangkap sedikit cahaya dari matahari. Namun tidak bisa ia jangkau untuk memperluas edaran cahayanya, karena benda tak terpakai itu jumlahnya banyak dan menghalangi niatnya.

Pasrah, ia mencoba mempertajam penglihatan dan menemukan lampu minyak terletak diatas meja kayu reot. Usahanya berhasil, kini ruangan cukup terang.

Dari berbagai sudut dipenuhi oleh barang-barang tak terpakai, dan hampir keseluruhan tertutupi kain putih. Memang cerdas sekali pemilik sebelumnya.

Atapnya banyak dihinggapi laba-laba, tarantula dan beberapa serangga lainnya. Ruby menghampiri suatu benda vertikal yang berlapis kain merah, satu-satunya benda yang penutupnya berbeda.

Ia membuka dan sedikit terantuk serta tertutup pandangan oleh debu laknat tersebut. Ia baru bisa membuka mata semenit kemudian dan betapa takjubnya ia melihat sebuah cermin yang berada dihadapannya. Cermin oval yang begitu elegan!

Sahabat KacaKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang