Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan pada Armann.
Dia terus datang.
Dia terus muncul dari balik pintu reot yang dipaksa ibu menempel di ambangnya saat malam.
Aku tidak tahu apa-apa.
Aku tidak pernah seperti ini, kehilangan diriku dalam genangan kegelapan di balik pikiranku.
Kemudian hanya ada dia, yang namanya dimulai dengan huruf 'A', seperti diriku.
Huruf A... yang selalu kubenci karena tak henti-hentinya mengkhianatiku. Huruf A yang seharusnya menjadikanku seorang pemimpin, seorang kepala dan bukan ekor. Nyatanya, aku tidak pernah diterima di sisinya.
Tapi, lihat Armann. Huruf A memihaknya, mencintainya, menghadiahkan beribu kecupan di kehidupannya.
Dan Armann selalu menenteng semua itu dengan buta, menginjak-injak tanahku yang sebenarnya juga bukan tanahku.
Lalu, aku akan tampil sebagai daun yang kelelahan di lagi hari. Setelah kupu-kupu bermata lebar menari meninggalkan jejak di atas seluruh keberadaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Nouvelles"aku bertanya-tanya, apakah yang dielu-elukan orang tentang harapan, apakah esensi dari semua idealisme itu, mereka membohongi diri dan tersenyum, sampai tiba di satu titik dan mereka bertanya pada angin: masihkah aku memiliki harapan, angin datang...