Bab 2 :Oh Si Kapten Tim Basket Itu Namanya Afwan!

168 15 12
                                    


Jakarta 02 September 2015

Sang surya telah Menyembul sedikit demi sedikit di ufuk timur menimbulkan cahaya kuning keemasan yang indah. Namun, seorang gadis cantik masih memejamkan matanya rapat dan bergelung dengan nyaman dibalik selimutnya.

Tak lama kemudian jam weker berbentuk jamur yang terletak di atas nakas samping tempat tidurnya berdering dengan keras, membuat gadis itu terusik dalam tidur nyenyaknya.

Gadis itu mendengus jengkel dan kemudian membuka mata sehingga menampilkan lensa hijau kecokelatan miliknya yang indah. Tangan putih mulusnya meraih jam tersebut kemudian mematikan alarm yang sedari tadi terus berdering. Lantas Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi yang terletak di pojok sebelah kiri di dalam kamarnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama Dia telah siap dengan blouse berlengan panjang berbahan lembut berwarna soft pink, celana jeans, dan tak lupa kerudung pashmina berbahan katun bermotif bunga-bunga kecil. Ia melangkahkan kaki yang terbalut flatshoes menuju pintu kamar dan kemudian menuruni puluhan anak tangga ke lantai satu rumahnya.

Gadis cantik itu berjalan menuju ruang makan dan tersenyum lebar saat melihat seluruh anggota keluarganya telah duduk dengan manis mengitari meja makan persegi panjang yang terbuat dari kayu jati untuk sarapan bersama.

"Selamat Pagi semuaaaaaa" teriaknya heboh sambil merentangkan kedua tangannya dan tersenyum lebar saat berada di ruang makan.

Semua orang yang ada di ruang makan itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah gadis yang sudah beranjak dewasa itu.

"Thalea Neola Lawvoski. Kamu ini sebenernya umur berapa sih, dek?" tanya seseorang dengan suara serak khas lelaki.

"Ih bang Raihan Rasyid Lawvoski, masa gatau umur Lea berapa. Ya 21 tahun lah bang! Kuliah ajah udah semester 7" sungut gadis yang dipanggil Thalea itu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Gak salah tuh? Bukannya masih 5 tahun ya, dek?" balas Raihan mencemooh jahil.

Thalea menghentakkan kakinya kesal mendengar ledekan dari kakak laki-laki tersayangnya, dan duduk mengambil posisi bersebrangan dengan Raihan. Raihan terkekeh geli melihat adiknya yang sedang menahan kesal dengannya.

"Sudah dong Raihan, jangan terus-terusan meledek adikmu" sahut lelaki paruh baya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan kedua anak kesayangannya.

"Iya, Pa" sahut Raihan singkat. Thalea tersenyum penuh kemenangan mendengar sang Ayah yang membelanya.

"Sudah ayo kita makan. Raihan pimpin do'a, sayang!" seru seorang wanita khas dengan suara keibuan. Raihan menganggukkan kepala dan mulai memimpin do'a dengan khidmat, lantas semua orang pun menyantap makanannya dalam diam dan begitu lahap karena masakan yang disajikan begitu menggoyang lidah.

"Selesai. Alhamdulillah....." seru Thalea setelah meminum segelas air mineral.

"Pah, Mah.. Lea mau berangkat kuliah dulu ya, takut kesiangan" ujar Thalea kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri kedua orangtuanya.

Thalea menyalimi Ayahnya dan mengecup pipi yang sudah mulai berkerut dengan sayang. "Loh kamu ga bareng Raihan, Le?" tanya Om Adam bingung.

"Enggak ah, Abang pasti lama" sahut Thalea melirik Raihan sambil beralih menyalimi sang Ibu dilanjut mengecup pipinya dengan sayang.

"Ya sudah kalau memang gak ingin bareng, Abang malah enak langsung ke kantor" sahut Raihan jengkel.

Thalea menghampiri sang Abang dan mengecup pipinya. " Dih gitu ajah kok ngambek sih bang, udah ah Lea mau jalan. Kasihan Dante kelamaan nunggu di depan" ucapnya. "Assalamu'alaikum........." tambahnya sambil berjalan meninggalkan ruang makan.

ANONYMOUS (Re-Write & New Tittle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang