Bab 4 : Hadiah Untuk Afwan dan Kemarahan Afwan

74 10 7
                                    

Jakarta, 09 Oktober 2015

Hari ini Thalea sudah menampakkan batang hidungnya di kampus ketika jam baru menunjukkan pukul 07.00 WIB, Ia datang lebih awal agar dapat meletakkan paper bag yang berisi kotak bekal berisi spagetti seafood untuk Afwan di dalam loker milik lelaki itu tanpa ada yang melihat. Thalea melirik jam tangannya, Ia menghembuskan napas bosan saat jam sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB dan Afwan belum menampakkan batang hidungnya, seharusnya lelaki itu sudah ada di kampus sejak pukul 08.00 pagi tadi. Thalea sudah mencari tahu semua tentang laki-laki itu termasuk jadwal kuliah lelaki keturunan Arab itu.

Thalea melirik jam tangannya gelisah. Setengah jam lagi Ia ada kelas namun sosok yang ditunggunya tak kunjung datang. Ia pun memutuskan untuk segera menuju ke gedung fakultasnya agar tidak telat memasuki kelas, namun ketika hendak bangkit dari tempat persembunyiannya dibalik tembok, Thalea melihat lelaki yang memiliki alis tebal itu berjalan dengan terburu menuju lokernya kemudian membuka loker itu dengan tergesa dan tanpa sengaja menjatuhkan paper bag milik Thalea dan Afwan melirik paper bag itu sebentar kemudian berlalu begitu saja dengan terburu-buru tanpa mau mengambil paper bag itu.

Sekali lagi, Thalea menatap miris makanan buatannya yang teronggok begitu saja bagaikan barang tak berarti dan patut dibuang.

Thalea bangkit kemudian melangkah dengan lesu dan juga menahan sesak didadanya menuju gedung Fakultas Sastra dan Bahasa kebanggannya

"Ini masih belum apa-apa, kan ya? Tenang ajah seorang Thalea Neola Lawvoski gak akan menyerah hanya karena hal sepele kayak gini! Selama Afwan belum tahu siapa aku, maka aku masih aman" gumam Thalea menyemangati dirinya sendiri.

**************

Jakarta, 11 Oktober 2015

Thalea telah duduk manis dibalik kemudi Pajero Sport milik Raihan. Setelah meluncurkan berbagai macam bujukan maut miliknya, akhirnya kakak lelaki satu-satunya mau meminjamkan mobil kesayangannya dengan syarat : Thalea harus mau menemani Raihan pergi keacara pertemuan para pemegang saham perusahaan Ayahnya Sabtu minggu depan yang sungguh sangat membosankan dan sangat dibenci Thalea. Raihan akan sangat menikmati ketersiksaan Thalea yang notabenenya orang yang lincah dan cerewet harus menjadi seorang wanita yang anggun dan pendiam.

Hasil menjadi seorang stalker seorang Abdullah Afwan. Thalea mengetahui kegiatan rutin yang dilakukan setiap sebulan sekali di hari sabtu yaitu mengunjungi sebuah panti asuhan dibilangan Jakarta Barat yang bernama " Cahaya Kasih".

Thalea segera menancapkan gasnya setelah menstater mobilnya dan memakai sabuk pengaman. Thalea membelah jalanan sabtu pagi yang mulai dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan lainnya.

Setelah menempuh satu setengah jam perjalanan Thalea sampai di panti asuhan "Cahaya Kasih". Dia memakirkan mobilnya tidak terlalu jauh dari pintu gerbang panti asuhan itu. Bangunan tidak bertingkat namun luas dan sederhana, serta memiliki halaman depan yang luas berumput hijau serta ditanami beberapa jenis bunga-bungaan yang bermekaran dengan cantik. Di samping rumah itu terdapat beberapa mainan anak-anak seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, dan sebuah kotak persegi yang berisi pasir pantai.

Berselang 30 menit, sebuah Vespa Classic merah yang sangat amat Thalea hafal dan kenal memasuki gerbang panti asuhan itu. Afwan turun dan membuka helm serta jaket kulit hitamnya dan meletakkannya di atas jok motornya. Kemudian lelaki itu melangkahkan kakinya memasuki bangunan itu.

Belum sempat kakinya menyentuh pintu utama, puluhan anak-anak kecil berbagai usia dan berbeda jenis kelamin itu bersorak senang kemudian berlari menghampiri Afwan dan memeluk pinggang lelaki itu dengan rona kebahagiaan, Afwan tertawa lebar sambil mengusap kepala anak-anak itu penuh kasih sayang. Thalea terpaku melihat kegiatan tersebut, Ia tidak menyangka seorang Afwan yang Ia ketahui slengean dan tempramental bisa melakukan hal tulus seperti yang saat ini dilihatnya dari kejauhan. Thalea sangat bersyukur pintu gerbang serta tembok panti asuhan yang tidak terlalu tinggi memudahkannya untuk melihat kegiatan apa saja yang dilakukan Afwan.

ANONYMOUS (Re-Write & New Tittle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang