Bab 3 : Surat Pertama Untuk Si Afwan

93 13 14
                                    

Jakarta, 02 Oktober 2015

Jangan kau kira Cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah keterpautan jiwa dan jika itu tak pernah ada, Cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.

-Kahlil Gibran-

Gadis berkerudung itu sedang menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon beringin yang rindang terletak di taman kampus yang sangat asri. Matanya tak pernah lepas dari sekelompok lelaki yang duduk membentuk lingkaran di bawah pohon jambu kancing yang hanya berjarak sekitar dua belas meter di seberangnya. Mata hijau kecokelatan itu berbinar saat matanya menatap sosok yang sangat menarik perhatiannya sebulan terakhir ini. Berbagai macam ekspresi telah muncul diwajah lelaki berparas rupawan itu, Thalea sangat menikmati waktu senggangnya untuk mengamati laki-laki itu dari kejauhan. Melihat bagaimana lelaki itu tersenyum, tertawa, kesal, marah, namun dia belum pernah melihat raut wajah sedih yang dimiliki lelaki itu. Thalea tersenyum sendu.

Hanya melihat, tanpa pernah bisa mendekat. Hanya melihat, tanpa bisa menyapa. Hanya melihat, tanpa bisa menyentuh.

"Abdullah Afwan Alatas" gumam Thalea sembari melebarkan senyumnya.

Thalea bangkit dari duduknya kemudian pergi meninggalkan taman itu sebelum Ia benar-benar merasa menjadi seorang wanita idiot yang tersenyum sendiri di bawah pohon sambil menatap lelaki yang sampai kapan pun takkan pernah menatap dirinya.

**********************

Jakarta, 08 Oktober 2015

Thalea dan Sarah sedang mengintip dibalik sebuah tiang beton bercat abu-abu yang kokoh berdiameter 2 meter. Jantung Thalea berdegup sangat kencang saat melihat sosok yang ditunggu-tunggunya sejak dua puluh menit yang lalu akhirnya menampakkan batang hidungnya. Thalea meremas pergelangan tangan Sarah yang sejak tadi digenggam olehnya "Ya Allah Sarahhh akhirnya si Afwan muncul juga. Duh Sar dia suka gak ya sama masakan Aku?" ujar Thalea cemas. "Berdoa ajah Le, semoga dia suka. Semua juga tahu kok masakan kamu kan nomer satu" hibur Sarah mencoba menenangkan.

Sarah telah mengetahui sejak beberapa minggu yang lalu mengenai Thalea yang akhirnya mulai terbuka perihal "jatuh cinta" yang sedang Ia rasakan, awalnya Sarah pun terkejut sama seperti Dante dan Dandee ketika tahu Thalea menyukai seorang Afwan, namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena itu hak Thalea. Sarah pun telah melarang dan menolak dengan keras saat Thalea ingin membuatkan makan siang untuk Afwan yang akan diletakkan di dalam loker milik lelaki itu. Namun, apa daya seorang Sarah bila harus melawan Thalea yang cerewet dan keras kepala. Berakhirlah mereka disini, dibalik tembok mengawasi gerak-gerik seorang Abdullah Afwan Alatas.

Afwan hari ini tampil menakjubkan dengan setelan kaus polo merah dan jeans hitam panjangnya tak lupa sepatu convers putih yang membalut kakinya. Tubuh tegap itu berjalan menuju loker mahasiswa untuk meletakkan buku-buku yang sudah tak digunakan lagi dimata kuliah selanjutnya.

Afwan mengernyitkan dahi hingga menimbulkan lipatan-lipatan kasar dikeningnya saat melihat sebuah kotak bekal berwarna hitam berpadu dengan biru muda, Afwan melihat sebuah pesan dan membaca pesan yang tertempel diatas penutup kotak bekal yang bertuliskan :

" Hope you like it, Fwan"

-WhiteRose-

"Cih. Masih zaman ya memangnya 'penggemar rahasia'?"Afwan berdecih jengkel.

Afwan pun mengambil kotak bekal tersebut, kemudian menimbang-nimbang kotak bekal itu sambil berpikir mau dikemanakan makanan ini.

"Nih makanan mau Aku apakan ya? dibuang mubazir, kalau dimakan? Bisa jadi di dalamnya ada racun!" Afwan mendapatkan ide saat dilihatnya sosok Brian salah seorang teman satu jurusan, kemudian menyuruh lelaki tersebut menghampirinya dan langsung memberikan kotak bekal itu secara Cuma-Cuma yang disambut senyum sumringah dari Brian karena Ia mendapatkan makan siang gratis. Afwan pun pergi meninggalkan lokernya setelah mengambil buku-buku yang dibutuhkan untuk mata kuliah selanjutnya.

Dari kejauhan Thalea tersenyum pedih melihat Afwan yang memberikan makan siang buatannya kepada orang lain tanpa sedikit pun menyentuh makanan itu. Sarah yang dengan setia di sebelahnya hanya bisa mengusap punggung Thalea memberi kekuatan kepada sahabatnya.

"Mungkin Afwan udah kenyang kali ya Sar? makanya dia kasih makanan buatan aku ke temennya" tanyaThalea lebih kepada dirinya sendiri dengan lirih. Sarah hanya tersenyum sendu menanggapi. "Oke. Kalau gitu, besok aku akan buatin Afwan sarapan ajah deh. Pasti dia kalau pagi belum makan" seru Thalea dengan senyum seribu wattnya. Sarah tercengang melihat perubahan mood Thalea yang luar biasa itu.

"Yaudah yuk Sar kita pergi. Makan dulu, laper nih!" Thalea langsung menarik tangan Sarah yang masih tercengang menuju kantin.

****************

ANONYMOUS (Re-Write & New Tittle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang