8

1.5K 156 50
                                    

Hari ini hari minggu. Dan pada pagi yang tenang hari itu, harus sedikit terganggu dengan kesibukan Biru yang sedang mencari pasangan sepatunya yang hilang entah kemana.

"Udah kamu coba lihat di bawah kolong tempat tidur Ru?" tanya Ibu yang sedah membantu Biru mencari pasangan sepatu Biru.

"Udah tapi gak ada, ih kemana sih dia perginya," kata Biru yang terus mencari dengan panik di setiap sudut rumahnya.

Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit.

Dirinya sudah telat tiga puluh menit dari waktu janjiannya dengan Kelana.

Akhirnya dengan terpaksa disambarnya sepasang sandal jepit butut yang ada dirak sepatu.

"Biru pamit ya Ibuuuu daaaah," kata Biru berlari keluar rumah.

Dengan kecepatan lari yang diatas rata-rata perempuan normal, Biru dapat menempuh jarak dari rumahnya menuju taman kota hanya dalam waktu sepuluh menit.

Dicarinya sosok Kelana dalam lautan orang-orang yang sedang berolahraga pagi. Memang, pagi ini taman kota cukup ramai.

Tiba-tiba dirasakan getaran dari saku celananya. Segera di ambil handphone tersebut dan mengangkatnya.

"Biru dimana nih? Aku udah nunggu disini hampir sejam," kata Kelana dengan nada yang terdengar sedikit kesal.

"Aku udah di taman kota, tapi ini rame banget Na. Aku gatau kamu sebelah mana."

"Biru aku di lapangan, bukan di taman kota. Kan kita janjiannya di lapangan Bi," kata Kelana diujung sana, yang membuat Biru mendadak teringat.

Ya ampun! kok bisa aku lupa kalo janjiannya di lapangan.

Dengan cepat Biru berlari menuju lapangan yang berjarak sekitar satu kilometer dari taman kota.

"Yaampun.. Kelana.. ak..uu..capek..banget," kata Biru sambil mengatur napasnya.

Kelana yang awalnya kesal karena harus menunggu sejam lebih akhirnya kasihan juga melihat Biru yang kelelahan.

Disodorkannya sapu tangan dan sebotol air kepada Biru.

"Makasih Na. ngerti banget apa yang aku butuhin," kata Biru menampilkan deretan giginya.

"Udah siang nih Bi, masa mau lari?" tanya Kelana.

"Aku udah capek banget Na, lari dari rumah ke taman kota terus ke lapangan. Duh.. kamu kalo mau lari ya sana aja aku nungguin disini," kata Biru sambil meluruskan kakinya.

Kemudian mata Kelana baru menyadari alas kaki biru yang berupa sandal jepit. 

"Kamu kok pake sandal jepit sih?" kata Kelana heran.

"Tadi itu lah kenapa aku telat, aku nyari sepatuku gak ketemu-ketemu Na. yaudah karena udah lewat setengah jam dari waktu janjian aku buru-buru ambil sandal jepit terus lari deh," kata Biru menjelaskan dengan enteng.

Kelana hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian duduk disamping Biru dan ikut memijat-mijat kaki Biru.

"Na makan yuk, aku laper," kata Biru.

"Mau makan apa Bi?" tanya Kelana.

"Enaknya apa ya?"

"Ya.. kamu maunya apa?"

"Ya yang enak apa?"

"Apa ya..."

"Ih kok muter-muter sih," kata Biru berdiri menatap cemberut Kelana, yang hanya ditanggapi Kelana dengan tertawa.

"Iya iya, makan di rumah ku aja gimana? Aku masakin nasi goreng," kata Kelana tersenyum.

"Ih mauuu. Ayooooo," kata Biru bersemangat menarik tangan Kelana agar bergegas.

Kelana, Jangan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang